Berbeda dengan cuaca cerah saat kedatangan, hujan deras mengguyur Jakarta, mengantarkan saya menuju Bandara Soekarno Hatta pada hari Kamis tanggal 24 Januari yang lalu, untuk kembali ke Tokyo.
Saya memandang lampu hiasan warna-warni dan cahaya gedung pencakar langit di sekeliling jalan berpendar, dari jendela kaca mobil Grab yang basah oleh siraman air hujan, ketika melaju di jalan tol dalam kota.
Melihat perkembangan kota Jakarta saat ini, tentunya kita tidak bisa begitu saja melupakan jasa-jasa para pahlawan yang telah berhasil, bukan saja untuk mengusir penjajah dan memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia. Namun juga, kita harus ingat bahwa pembangunan dan kemajuan teknologi yang bisa kita nikmati sekarang adalah buah dari hasil mereka menanam bibit-bibit kebajikan, di segala bidang.
Mobil Grab yang saya tumpangi agak memperlambat lajunya karena hujan turun dengan deras mengguyur jalan, sehingga tertahan oleh mobil-mobil yang meluncur di depan karena sama-sama memperlambat kecepatan.
Sambil sesekali melirik jam tangan untuk memastikan bahwa waktu masih cukup sehingga saya tidak akan ketinggalan pesawat, saya mencoba berpikir dan merenungkan tentang apa itu pahlawan.
Ternyata, agak sulit untuk menemukan definisi yang pas tentang pahlawan. Ada beberapa alasan untuk itu.
Kata pahlawan sendiri, kalau kita cari padanannya dalam Bahasa Inggris, paling pol kita menemukan kata Hero.
Saya berpendapat, padanan ini kurang pas karena bayangan saya tentang "Hero" adalah seperti Rambo, Superman, atau kalau di film koboi zaman dahulu adalah orang yang selalu menang sewaktu beradu kehebatan menembak melawan penjahat.
Pokoknya, "Hero" itu orang yang keren (Ah, mungkin saya terlalu banyak "diracuni" oleh film-film buatan Hollywood sehingga berpikiran seperti itu).
Padahal, pahlawan menurut saya bukan hanya sekedar keren. Dia juga harus bisa memberikan nilai, menggugah hati, dan yang paling penting harus bisa menjadi panutan.
Lalu, kriteria dan definisi dari pahlawan tentunya akan berubah dan sekaligus berbeda dari zaman ke zaman. Misalnya, saat ini pahlawan tidak perlu lagi memanggul bedil, atau berteriak "Merdeka atau Mati!" untuk mengusir penjajah.