Tapi, nasi sudah menjadi bubur.
"Awas kau Tatsuya. Tunggu pembalasanku besok," gumam Puutaro lagi.
Karena hari telah larut dan dia juga sudah capek, maka tidak ada lagi tenaga tersisa untuk kembali ke Santoku membeli makanan lain, walaupun perutnya terasa lapar sekarang.Â
Dia kemudian berjalan menuju jendela, dan membukanya. Angin malam yang sejuk di awal musim gugur masuk keruangan, sedikit menenangkan hatinya yang kesal.
Puutaro menatap langit. Bintang yang bertebaran di langit membuat pandangannya berkunang-kunang.
Timbul lagi perasaan kesal dalam dirinya. Tapi dia tidak begitu yakin, apakah perasaan kesal itu karena tertipu kardus, atau tertipu bakpao, tertipu RS atau karena tertipu oleh Tatsuya, sahabat karibnya.
Puutaro membalikkan badan dan berjalan menuju tempat tidur. Lalu dia membenamkan badannya disana.
Malam semakin larut. Puutaro tertidur dengan iringan suara angin yang masuk melalui jendela, entah bagai ingin membisikkan sesuatu pesan, atau mungkin hanya sekedar ingin mengejeknya.
Catatan:
*1) Maaf
*2) Rapat