Pilpres (Indonesia) memang topik yang selalu menarik untuk dibahas, bahkan bagi media Jepang.
Koran Nikkei yang terbit hari ini (24 September) memuat berita seperempat halaman tentang Pilpres 2019. Saya tidak tahu darimana rujukan berita yang ditulis, namun isinya padat dan lengkap. Bagian menariknya, ditulis disana bahwa Jokowi didukung oleh konglomerat media, sedangkan pihak Prabowo didukung dengan dana yang besar dari kekayaan pribadi Sandiaga Uno sebesar 7 triliun rupiah! (nominal ini bahkan disebutkan sebesar 110 kali lipat jumlah kekayaan dari gabungan tim Jokowi).
Apalagi di Indonesia, tempat akan diselenggarakannya pilpres, tentu hal ini menjadi topik yang hangat (bahkan menjurus ke panas).
Terutama setelah penetapan oleh KPU pada tanggal 21 September yang lalu, angka (yang menurut KBBI adalah tanda atau lambang sebagai pengganti bilangan) atau nomor (yang juga menurut KBBI adalah angka yang menunjukkan kedudukan dalam urutan, kumpulan dsb), beberapa minggu bahkan beberapa bulan kedepan akan menjadi topik primadona bagi masyarakat maupun media.
Buktinya seperti kita ketahui bersama, setelah melewati undian kemudian KPU menetapkan dan mengumumkan bahwa bagi pasangan capres dan cawapres untuk pilpres 2019 Jokowi-Ma'ruf Amin mendapatkan nomor urut 01, sementara rivalnya Prabowo-Sandiaga Uno mendapatkan nomor urut 02, maka topik ini hangat dibicarakan baik dalam tulisan-tulisan di media sosial maupun dalam media konvensional seperti televisi dan koran.
Saya tidak akan menulis tentang hubungan nomor urut tersebut dengan hal-hal lain, misalnya dengan keberuntungan, sejarah, apalagi dengan urusan klenik. Terutama, bagi saya, angka 1 dan 2 tidak mempunyai kedudukan yang khusus dibanding dengan angka lainnya yaitu 3 sampai 9.
Dalam tulisan ini saya hanya ingin intermeso bahwa angka-angka tesebut sangat unik, terutama jika dilihat dari sudut pandang secara matematika.
Angka 1
Kita mulai dari angka 1. Tahukah anda bahwa angka 1 itu sebenarnya sama dengan 0,99999...(atau 1=0,99999...)?
Kalau tidak percaya, ini pembuktian pertamanya.
Coba kita bagi sisi kiri dan kanan masing-masing dengan 3.
1:3=0,33333...
Lalu sebelah kanannya 0,99999...:3=0,33333...
Hasil kiri dan kanan sama kan, sebesar 0,33333... Jadi benar adanya 1=0,99999...
Pembuktian keduanya begini. Jika kita misalkan 0,99999...=X.
maka 10X-X=9.
dari situ 9X=9, jadi X=1.
Kalau kita ganti ini di persamaan 0,99999...=X , maka terbukti kan bahwa 0,99999...=1
Terakhir tentang 1, kalau angka 1 dibagi dengan 9801 hasilnya menjadi unik (angka beruntun dari 00 sampai 99) seperti ini:
1/9801=
0.00 01 02 03 04 05 06 07 08 09
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
50 51 52 53 54 55 56 57 58 59
60 61 62 63 64 65 66 67 68 69
70 71 72 73 74 75 76 77 78 79
80 81 82 83 84 85 86 87 88 89
90 91 92 93 94 95 96 97 98 99
Angka 2
Kemudian untuk angka 2, percayakah anda bahwa 2 sebenarnya sama dengan 1, alias 2=1.
Kalau tidak percaya, simak pembuktiannya berikut ini :
Kita umpamakan a=b.
Jika kedua sisi dikali a, maka hasilnya a^2 = ab (catatan : ^ artinya pangkat, jadi ^2 dibaca kuadrat).
Kedua sisi dikurangi b^2, maka hasilnya a^2 - b^2 = ab-b^2.
Dengan bentuk lain (a+b)(a-b)=b(a-b).
Kedua sisi dibagi dengan (a-b), maka hasilnya menjadi a+b=b.
Dari sini , karena perumpamaan awal kita a=b, jika a kita ganti dengan b maka hasilnya akan menjadi b+b=b.
Kalau dipersingkat menjadi 2b=b, lalu kalau kedua sisi dibagi b menjadi 2=1.
Kesimpulannya, 2 itu sebenarnya sama dengan 1 dan 1 itu sebenarnya sama dengan 2.
Jadi saya pikir, nggak perlu berantem antara pendukung 1 maupun 2 :)
Terakhir, menarik juga untuk disimak seperti yang diungkapkan oleh Sandiaga Uno pada pidatonya setelah penetapan nomor urut, bahwa pada menit-menit terakhir sebelum dimulainya undian, terjadi kesepakatan yang bisa dicapai amat singkat antara Jokowi dan Prabowo untuk menambahkan angka nol didepan nomor urut 1 dan 2.
Kita tahu bahwa angka nol merupakan unsur yang penting, karena tanpa itu ilmu pengetahuan tidak bisa berkembang seperti saat ini. Khususnya ilmu komputer yang mengenal bilangan biner (0 dan 1), lalu bidang lainnya seperti engineering, kemudian ilmu Fisika, dan terutama Matematika.
Sedikit tentang sejarah angka nol, kalau ditilik dari asal muasalnya, nol sebagai angka ditemukan oleh Brahmagupta dari India pada abad ke-5 masehi. Walapun pada masa sebelumnya, nol juga sudah dipakai oleh bangsa Sumeria maupun bangsa Maya. Bedanya, mereka memakai nol bukan sebagai angka (digit) yang membedakannya dari angka 1 sampai 9, melainkan hanya memakainya sebagai penanda dari puluhan, ratusan dan sebagainya.
Menurut Zero Project, angka nol bisa lahir (ditemukan) karena berangkat dari pemikiran atau filsafat yang berkembang pada saat yang sama, yang menggambarkan ketiadaan pada suatu benda, atau tidak ada nilai pada suatu keadaan tertentu, maupun keadaan hati yang kosong tidak ada apa-apanya.
Dalam Bahasa Jepang, keadaan itu biasa disebut sebagai kuukyo (atau kyomu) dan dari tidak ada apa-apa itu juga bisa menjadi titik awal. Pada titik awal ini maka semua keadaan, wujud, bentuk atau apapun akan dimulai.
Keadaan kosong ini bukanlah hal yang jelek (negatif) karena seperti peribahasa Jepang yang sering diucapkan berbunyi "genten ni modoru", yang artinya kembali ke titik awal atau ke keadaan yang kosong tidak ada apa-apa. Terutama peribahasa ini sering diucapkan saat hati kita sedang gundah gulana, atau pada saat kita mendapat masalah yang bikin kepala pusing tujuh keliling.
Kembali ke titik awal, ke titik nol bisa membantu kita untuk berpikir jernih, karena tidak ada hal yang mengganggu pikiran. Titik awal adalah suatu keadaan yang belum ada apa-apa alias keadaan kosong.
Dari keadaan kosong itulah titik start kita untuk kembali berpikir memecahkan masalah atau mengusir perasaan gundah gulana kita.
Maka tepat kiranya kalau nomor urut masing-masing pasangan dimulai dengan angka nol, karena diharapkan agar kedua pasangan mengingat kembali titik awal, sehingga bisa berpikir jernih dan menggali kembali apa makna dan tujuan sebenarnya dari kontestasi pilpres nanti.
Lebih penting lagi diharapkan juga agar masyarakat pendukung dari masing-masing pasangan bisa memaknai titik awal (titik nol) ini, sehingga bisa lebih wawas diri dan tidak membuat aksi yang berlebihan, kemudian menjadikan pemilu dan hasilnya sebagai titik awal untuk menyongsong IndONEsia yang Maju di masa datang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H