Mohon tunggu...
Lupin TheThird
Lupin TheThird Mohon Tunggu... Seniman - ヘタレエンジニア

A Masterless Samurai -- The origin of Amakusa Shiro (https://www.kompasiana.com/dancingsushi)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Antara Angka Nol, Satu, Dua dan Pilpres 2019

24 September 2018   22:36 Diperbarui: 24 September 2018   23:12 2075
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedikit tentang sejarah angka nol, kalau ditilik dari asal muasalnya, nol sebagai angka ditemukan oleh Brahmagupta dari India pada abad ke-5 masehi. Walapun pada masa sebelumnya, nol juga sudah dipakai oleh bangsa Sumeria maupun bangsa Maya. Bedanya, mereka memakai nol bukan sebagai angka (digit) yang membedakannya dari angka 1 sampai 9, melainkan hanya memakainya sebagai penanda dari puluhan, ratusan dan sebagainya.

Menurut Zero Project, angka nol bisa lahir (ditemukan) karena berangkat dari pemikiran atau filsafat yang berkembang pada saat yang sama, yang menggambarkan ketiadaan pada suatu benda, atau tidak ada nilai pada suatu keadaan tertentu, maupun keadaan hati yang kosong tidak ada apa-apanya.

Dalam Bahasa Jepang, keadaan itu biasa disebut sebagai kuukyo (atau kyomu) dan dari tidak ada apa-apa itu juga bisa menjadi titik awal. Pada titik awal ini maka semua keadaan, wujud, bentuk atau apapun akan dimulai.

Keadaan kosong ini bukanlah hal yang jelek (negatif) karena seperti peribahasa Jepang yang sering diucapkan berbunyi "genten ni modoru", yang artinya kembali ke titik awal atau ke keadaan yang kosong tidak ada apa-apa. Terutama peribahasa ini sering diucapkan saat hati kita sedang gundah gulana, atau pada saat kita mendapat masalah yang bikin kepala pusing tujuh keliling.

Kembali ke titik awal, ke titik nol bisa membantu kita untuk berpikir jernih, karena tidak ada hal yang mengganggu pikiran. Titik awal adalah suatu keadaan yang belum ada apa-apa alias keadaan kosong.

Dari keadaan kosong itulah titik start kita untuk kembali berpikir memecahkan masalah atau mengusir perasaan gundah gulana kita.

Maka tepat kiranya kalau nomor urut masing-masing pasangan dimulai dengan angka nol, karena diharapkan agar kedua pasangan mengingat kembali titik awal, sehingga bisa berpikir jernih dan menggali kembali apa makna dan tujuan sebenarnya dari kontestasi pilpres nanti.

Lebih penting lagi diharapkan juga agar masyarakat pendukung dari masing-masing pasangan bisa memaknai titik awal (titik nol) ini, sehingga bisa lebih wawas diri dan tidak membuat aksi yang berlebihan, kemudian menjadikan pemilu dan hasilnya sebagai titik awal untuk menyongsong IndONEsia yang Maju di masa datang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun