Mohon tunggu...
Lupin TheThird
Lupin TheThird Mohon Tunggu... Seniman - ヘタレエンジニア

A Masterless Samurai -- The origin of Amakusa Shiro (https://www.kompasiana.com/dancingsushi)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dostoevsky dan "Kegilaan" Masyarakat Zaman Sekarang

1 September 2018   07:00 Diperbarui: 1 September 2018   10:35 811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Orangtua harus terus memperhatikan tanpa boleh sedikitpun lengah (bahkan terkadang harus bergadang) kurang lebih 1 tahun setelah itu. Setelah berangsur bisa merangkak dan kemudian berjalan, maka manusia masih harus dilatih untuk berbicara, membaca, dan menulis. Baru kemudian manusia lambat laun akan bisa beradaptasi dengan baik di lingkungannya.

Lebih jauh lagi, menurut ukuran undang-undang, manusia (khususnya di Indonesia) boleh dibilang "dewasa" jika telah berumur 17 tahun (Jepang lebih lama lagi yaitu 20 tahun). Kebanyakan sampai pada umur yang disebut "dewasa" itu, manusia masih bergantung (makan, minum, dan lainnya) pada induknya yaitu orangtua. Bahkan ada beberapa yang masih terus bergantung kepada orangtua setelah mereka "dewasa".

Dari perbandingan diatas, kita bisa tahu bahwa hewan memang disiapkan untuk bisa hidup dalam lingkungannya semenjak dari dalam kandungan. Sehingga setelah mereka lahir, biasanya hewan bisa "mandiri" dan mampu beradaptasi dengan lingkungannya lebih cepat dibanding manusia. 

Kenapa hewan mampu beradaptasi dengan lingkungan lebih cepat, sedangkan manusia butuh waktu lebih lama?

Salah satu sebabnya adalah lingkungan kehidupan yang berbeda antara hewan dan manusia. Manusia dihadapkan pada lingkungan yang lebih kompleks dibandingkan dengan hewan. Apalagi sebagai makhluk sosial, cakupan lingkungan dimana manusia itu hidup juga lebih luas, mulai dari lingkungan dimana dia tinggal, sampai di lingkungan dia sekolah/bekerja, yang terkadang berbeda daerah/provinsi, bahkan bisa juga berbeda negara.

Lalu, darimana manusia bisa belajar agar bisa beradaptasi dan bergaul dalam masyarakat (lingkungan sosialnya) dengan baik?

Pertama dan yang paling utama adalah dalam keluarga. Keluarga sebagai unit terkecil lingkungan kehidupan sosial manusia, merupakan salah satu penentu yang ikut membentuk sikap dan perbuatan sang pribadi manusia tersebut. Orangtua memegang peran utama bagi pendidikan manusia disini, misalnya dalam pendidikan etika, sikap dan gaya hidup, disiplin dan masih banyak lagi yang lain.

Selanjutnya di sekolah, dimana sekolah mempunyai andil yang tidak bisa dikesampingkan dalam membentuk dan mengembangkan intelektualitas sang manusia. 

Intelektualitas bukan hal yang utama, namun bisa mempengaruhi cara berpikir manusia kelak jika dia sudah lulus dari sekolah dan melakukan berbagai aktivitas kehidupan dalam masyarakat, entah sebagai karyawan, wiraswasta, pegawai pemerintahan, bahkan sampai akhirnya menjadi pejabat atau petinggi di tempatnya bekerja.

Kemudian juga para pemuka agama, mempunyai peran yang penting untuk mendidik dan membentuk mental manusia yang baik terutama dalam bidang spiritual. Terlebih, dalam tatanan sosial masyarakat Indonesia, pemuka agama ditempatkan dalam posisi yang mulia (tinggi), yang kata-katanya kebanyakan pasti tidak akan dibantah.

Pendidikan yang baik dan berguna bagi si pribadi manusia dalam lingkungan tempat hidupnya (dalam level keluarga, sekolah dan dalam level spiritual) seperti yang saya sebutkan diatas merupakan hal prinsipiil yang tidak bisa ditawar lagi. Sebab, jika salah mendidik, meskipun hanya dalam salah satu dari 3 level itu, maka akibatnya bisa fatal nanti. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun