Mohon tunggu...
Lupin TheThird
Lupin TheThird Mohon Tunggu... Seniman - ヘタレエンジニア

A Masterless Samurai -- The origin of Amakusa Shiro (https://www.kompasiana.com/dancingsushi)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Makan Rendang di Festival Indonesia 2018 Hibiya Park

30 Juli 2018   11:42 Diperbarui: 30 Juli 2018   12:13 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanggal 28 Juli yang lalu, angin topan nomor 19 atau yang diberi nama angin topan Jongdari yang berasal dari Laut Pasifik, mendarat di Pulau Honshuu dari arah timur lalu ke barat dengan lintasan pergerakannya seperti huruf "S" terbalik. Kabarnya angin topan ini memakan korban 1 orang, yang dinyatakan hilang.

Di Tokyo pun hempasan angin kencang sudah terasa sejak Sabtu lalu dan cukup sering hujan besar turun dengan tiba-tiba walaupun tidak untuk jangka waktu yang lama. Saya sebenarnya rencana pergi ke Festival Indonesia, tangal 28 Juli (Sabtu) kemarin. 

Namun, karena angin topan (yang memang banyak terjadi di sekitar musim panas seperti sekarang ini) yang datang, maka saya mengurungkan niat. Karena itu, baru hari Minggu tanggal 29 Juli, kesampaian niat saya untuk mengunjungi Festival.

Tahun ini hubungan diplomatik antara Indonesia dan Jepang memasuki tahun ke-60. Perjanjian perdamaian antara Indonesia dan Jepang ditandatangani pada tanggal 20 Januari 1958, dan sejak itu pula hubungan diplomatik antara kedua negara mulai terjalin. Indonesia dan Jepang merupakan mitra strategis, dimana Jepang menduduki urutan ke-3 sebagai pasar ekspor dari produk-produk Indonesia. 

Sebaliknya bagi Indonesia, Jepang adalah investor kedua terbesar, khususnya di sektor infrastruktur. Kerjasama dari kedua negara dilakukan di berbagai bidang, tidak hanya dalam bidang ekonomi dan politik, namun juga dalam bidang sosial sampai dengan budaya.

Lokasi Festival Indonesia di Hibiya Park (Dokumentasi Pribadi)
Lokasi Festival Indonesia di Hibiya Park (Dokumentasi Pribadi)
Momen peringatan 60 tahun hubungan diplomatik kedua negara diperingati dengan berbagai acara yang dilangsungkan baik di Indonesia maupun di Jepang. Di Indonesia, awal tahun ini diadakan pertandingan persahabatan J League Asia Challenge antara Tokyo FC dan Bhayangkara FC. Selain itu banyak juga diadakan pergelaran budaya Jepang di Indonesia. Di Jepang sendiri, ada beberapa acara yang berhubungan dengan itu. 

Misalnya pada bulan April lalu dilangsungkan acara simposium yang membahas tentang hubungan antara Indonesia dan Jepang, terutama dalam hal bisnis. Acara ini dibuka oleh Wapres Jusuf Kalla.

Kemudian masih dalam rangka momen 60 tahun tersebut, diadakan acara Festival Indonesia di Hibiya Park, yang dihadiri oleh Ibu Megawati Soekarnoputri, Menko PMK Puan Maharani, MenKUKM Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga, Dubes RI untuk Jepang Arifin Tasrif, Wakil Menlu Jepang Iwao Horii, Wakil Presiden Japan-Indonesia Association Kojiro Shiojiri, Anggota DPR RI Herman Hery, serta Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey.

Hibiya Park merupakan taman kota yang berada dekat dengan pusat bisnis Yuurakucho maupun Stasiun Tokyo dan juga dekat dengan lokasi beberapa gedung pemerintahan dan juga gedung parlemen Jepang yang berada di area Kasumigaseki. Luas area taman sekitar 162 ribu meter persegi, dimana selain dilengkapi dengan panggung permanen untuk pementasan, juga banyak ditumbuhi pepohonan dan ada lapangan rumput luas di tengahnya. 

Karena lokasinya yang strategis dan juga kemudahan akses terutama melalui jalur transportasi publik seperti kereta api, maka Hibiya Park sering digunakan untuk berbagai macam acara, misalnya festival, acara kebudayaan dan acara lainnya.

Promosi dari salah satu stan yang memajang replika Komodo (Dokumentasi Pribadi)
Promosi dari salah satu stan yang memajang replika Komodo (Dokumentasi Pribadi)
Festival Indonesia digelar 2 hari di sini, yaitu tanggal 28 dan 29 Juli 2018. Festival Indonesia ini diisi dengan panggung pagelaran budaya tradisional Indonesia, pameran hasil kerajinan dan juga penjualan produk makanan/minuman indonesia, workshop untuk anak-anak, area kuliner yang menyajikan makanan Indonesia, serta promosi (wisata) dari berbagai daerah di Indonesia dan terutama promosi Asian Games yang kurang dari satu bulan lagi akan dilangsungkan di Jakarta dan Palembang.

Sayangnya, saya tidak sempat menikmati pementasan Tari Salman dan juga parade serta pertunjukan Reog Ponorogo, karena sepertinya acara itu hanya dilangsungkan di hari pertama. 

Di hari kedua, saya sempat menikmati pertunjukan angklung, lalu juga menikmati alunan lagu dari Keroncong Tugu yang menyanyikan lagu-lagu daerah Indonesia dan juga lagu Jepang yang bisa dikatakan paling populer di Indonesia yaitu kokoro no tomo.

Pengunjung yang antusias mendengar serta berjoget dengan iringan Keroncong Tugu (Dokumentasi Pribadi)
Pengunjung yang antusias mendengar serta berjoget dengan iringan Keroncong Tugu (Dokumentasi Pribadi)
Di area workshop, pada hari Minggu saya melihat anak-anak serius mengikuti acara mewarnai topeng. Topeng kecil seukuran tangan kemudian diwarnai dengan cat yang sudah disediakan. Lalu ada juga beberapa stan yang menjual produk makanan dipenuhi pengunjung, karena mungkin mereka juga tidak sempat datang di hari sebelumnya, terlebih  karena memang beberapa memberikan diskon khusus sampai dengan 50 persen.

Antusias dari masyarakat Indonesia yang tinggal di Tokyo (dan sekitar) serta masyarakat Jepang sendiri amat besar, terlihat dari pengunjung yang membeludak menghadiri acara ini. Suasananya di dalam area festival seperti di Indonesia, karena kita bisa mendengar percakapan dalam Bahasa Indonesia dan beberapa bahasa dari daerah lain di Indonesia. 

Pengunjung terlihat ceria karena selain bisa melupakan sejenak rasa penat setelah seminggu bekerja, pastinya mereka juga senang karena bisa menikmati masakan Indonesia, yang memang jarang ditemukan di Tokyo.

Seperti juga saya, sangat antusias karena saya bisa memuaskan keinginan saya untuk menyantap hidangan Indonesia. Memang ada beberapa restoran yang menyajikan masakan Indonesia di Tokyo, dan juga di daerah sekitar seperti di Yokohama sampai ke Hiratsuka, dimana letaknya satu sama lain saling berjauhan. 

Namun khusus hari itu, kita bisa langsung mencoba semuanya hanya dalam beberapa langkah kaki saja karena stan mereka berdekatan jaraknya.

Antri panjang di stan Restoran Padang (Dokumentasi Pribadi)
Antri panjang di stan Restoran Padang (Dokumentasi Pribadi)
Tapi tunggu dulu. Walaupun jarak antara stan berdekatan, namun tidak mudah untuk mendapatkan makanan yang kita inginkan karena harus berjuang diantrean yang panjang. Sehingga saya harus pikir-pikir untuk antre di stan yang mana, karena saya memperkirakan butuh waktu lebih dari 30 menit untuk sampai ke baris paling depan.

Setelah menimbang sejenak, maka saya memutuskan untuk antre di stan yang menjual rendang karena saya tidak tahu lokasi warung si empunya walaupun namanya ditulis besar-besar di stan. Selain itu, karena selama ini saya belum bisa menemukan restoran yang menjual rendang yang "enak" di Tokyo. 

Saya juga membayangkan, kalau melahap nasi panas dengan lauk rendang yang pedas di musim panas dan berkeringat seperti ini, tentunya akan bisa membuat sensasi tersendiri.

Setelah antre, perkiraan saya tidak meleset karena butuh waktu sekitar 30 menit untuk sampai ke barisan paling depan. Namun, saya kecewa karena ternyata nasi sudah habis dan kalau "ngotot" mau makan nasi juga,  harus rela menunggu sekitar 30 menit lagi! Tentunya saya tidak mau membuang waktu untuk menunggu lebih lama, karena perut sudah tidak bisa diajak kompromi. Sehingga saya memesan rendangnya saja tanpa nasi, dan berencana untuk menyantapnya di rumah. 

Untuk mengganjal perut yang sudah "menagih" jatah, saya hanya memesan risoles dan es rujak di stan itu. Saya lalu pindah ke stan lain untuk kembali antre memesan bakso serta siomay, kemudian setelah selesai melahapnya ganti antre di stan yang lainnya untuk membeli batagor, dan tak ketingalan es campur untuk melepas rasa dahaga. Pokoknya, waktu saya habis hanya untuk antre dan makan saat itu :)

Lapangan rumput di Hibiya Park (Dokumentasi Pribadi)
Lapangan rumput di Hibiya Park (Dokumentasi Pribadi)
Walaupun kecewa karena saya tidak bisa menyantap rendang di area festival, namun saya puas karena akhirnya saya bisa makan rendang dengan nasi hangat setelah saya pulang ke apartemen. Memang makan rendang dengan nasi hangat bisa menimbulkan sensasi yang tersendiri. 

Terutama bagi saya yang sudah terbiasa dengan masakan Jepang, yang menurut lidah saya sedikit "garing" karena hanya mempunyai rasa asin dan sedikit manis. Rasa dari masakan Indonesia, terutama rendang yang "nanonano", memang tidak ada bandingannya di dunia!

Di acara Festival Indonesia itu saya tidak sempat menyaksikan pertunjukan artis seperti RAN dan GIGI karena saya harus antre makanan dan juga saya sempatkan untuk melihat-lihat stan pameran dari berbagai instansi yang memamerkan hasil kerajinan serta makanan dari Indonesia. 

Saya hanya sempat melihat parade Ondel-ondel yang berkeliling area. Kemudian saya juga sempat membeli kopi Toraja dan kerupuk udang, yang bisa saya nikmati nanti ketika saya "kangen" Indonesia.

Parade ondel-ondel berkeliling area Festival (Dokumentasi Pribadi)
Parade ondel-ondel berkeliling area Festival (Dokumentasi Pribadi)
Acara Festival Indonesia ini menarik karena memang di Hibiya Park tersedia berbagai fasilitas seperti bangku dan taman yang bisa dipakai untuk duduk dan menikmati makanan. Lapangan rumput juga ada, sehingga bisa dipakai untuk beristirahat sambil berselonjor. 

Bahkan toilet pun juga cukup tersedia di dalam area taman. Pepohonan yang rindang serta adanya air mancur dan beberapa kolam juga menambah sejuk suasana, terutama di musim panas seperti sekarang ini.

Semoga acara seperti ini lebih sering diadakan, karena selain bisa mengobati rasa kangen para perantau seperti saya akan cita rasa masakan Indonesia, tentunya juga bisa jadi ajang untuk promosi Indonesia di Jepang.

Akhirnya menyantap rendang dengan nasi hangat di rumah plus batagor (Dokumentasi Pribadi)
Akhirnya menyantap rendang dengan nasi hangat di rumah plus batagor (Dokumentasi Pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun