Mohon tunggu...
Lupin TheThird
Lupin TheThird Mohon Tunggu... Seniman - ヘタレエンジニア

A Masterless Samurai -- The origin of Amakusa Shiro (https://www.kompasiana.com/dancingsushi)

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Tidak Ada Senyum dan Tawa di Panmunjom

6 Mei 2018   16:48 Diperbarui: 6 Mei 2018   19:39 2743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bendera yang dipasang di pagar sekitar Bridge of Freedom (Dokumentasi Pribadi)

Bis JSA yang membawa kita ke area garis demarkasi (Dokumentasi Pribadi)
Bis JSA yang membawa kita ke area garis demarkasi (Dokumentasi Pribadi)
Kemudian di gate yang kedua, tentara dari United Nation (PBB) masuk ke dalam bus untuk memeriksa wisatawan sekali lagi. Setelah semua beres, peserta dipersilahkan turun dan masuk ke dalam gedung visitor centre  di dekatnya untuk melakukan prosedur administrasi. 

Kami kemudian di "ceramahi" lagi dengan peraturan yang harus ditaati selama berkunjung, misalnya tidak boleh mengambil foto kecuali sudah diperintahkan, tidak boleh mengeluarkan benda (apapun itu) dari dalam baju maupun kantong celana, harus berjalan berjejer 2 baris, tidak boleh bercakap-cakap yang isinya menjelek-jelekkan Korut, tidak boleh melakukan gerakan secara tiba-tiba dan lainnya. Pokoknya, ada banyak aturan lagi, yang saya sudah agak lupa.

Surat pernyataan yang menyatakan bahwa kita sendiri yang bertanggungjawab akan segala sesuatu yang terjadi (www.mairu-michi.com)
Surat pernyataan yang menyatakan bahwa kita sendiri yang bertanggungjawab akan segala sesuatu yang terjadi (www.mairu-michi.com)
Dan terakhir, lalu ini juga yang membuat kami peserta tur bahkan mengeluarkan keringat dingin adalah, kita diminta untuk menandatangani surat pernyataan bahwa apapun yang terjadi disana nanti (bahkan kalau kita mati tertembak pun) adalah menjadi tanggung jawab kita pribadi. Kalau kita tidak menandatangani ini, maka kita tidak diperkenankan untuk masuk ke lokasi. 

Secara "terpaksa" kemudian saya (kita) menandatanganinya, karena kalau tidak ya uang yang telah kita bayarkan untuk ikutan tur (yang tidak murah juga) tentunya akan menjadi sia-sia. Di sini kita juga diberikan kartu tanda "tamu" yang harus dipasang selama berada di area ini, karena status kita disana adalah sebagai tamu dari tentara PBB.

Pemandangan di sekitar garis demarkasi dan Panmungak Hall di utara (Dokumentasi Pribadi)
Pemandangan di sekitar garis demarkasi dan Panmungak Hall di utara (Dokumentasi Pribadi)
Dari sini kita pindah naik bus yang disediakan oleh UN untuk sampai ke area garis demarkasi. Dalam perjalanan, di sebelah kanan dan kiri jalan, banyak tentara yang sedang melalukan latihan militer. Tentunya ini juga menambah ketegangan peserta tur. Beberapa saat kemudian sampailah bus di area utama di mana tentara dari dua Korea berhadap-hadapan langsung yaitu daerah yang disebut Joint Security Area (JSA). 

Di sekitar garis demarkasi di area JSA, tentara dari masing-masing negara terlihat sigap sambil memandang lurus satu sama lain. Tentara Korsel yang berdiri dekat dengan garis demarkasi bahkan tidak bergerak sedikitpun. Yang menarik, ada dua prajurit Korsel yang menyembunyikan setengah badannya di gedung bercat biru yang dibangun diatas garis demarkasi.

Sampai disini kemudian kita dibawa ke gedung utama dan ada penayangan sejarah Panmunjom selama 30 menit. Setelah itu ada penjelasan lagi tentang apa yang tidak boleh dilakukan selama kita di sana. Kemudian tibalah saatnya kita keluar dan kita diharuskan berjalan dengan membentuk dua barisan (seperti yang bisa kita lihat di foto pada awal tulisan).

Di luar kita bisa langsung melihat 3 gedung biru, yang dibangun diatas garis demarkasi. Tentara Korsel terlihat bersiaga disana. Jauh di depannya di seberang daerah demarkasi di area Korut, terlihat gedung megah dengan tiga lantai yang disebut gedung Panmungak Hall. Ada beberapa tentara Korut yang terlihat juga disana. Kemudian, kita naik ke anjungan yang agak tinggi dilantai atas gedung. Dari sini kita bisa melihat garis demarkasi, dan juga pemandangan Korut, dimana banyak bukitnya yang kelihatan agak tandus.

Sungai Imjin yang tampak angker karena mendung (Dokumentasi Pribadi)
Sungai Imjin yang tampak angker karena mendung (Dokumentasi Pribadi)
Kita juga bisa melihat sungai Imjin, yang menyimpan banyak sejarah, yaitu selain menjadi lokasi perang dua kali, sering juga digunakan sebagai sarana bagi orang yang ingin melarikan diri dari Korut ke Korsel. Suasana sungai Imjin juga terlihat angker hari itu, mungkin karena awan yang tebal menghiasi langit disekitar JSA saat saya berkunjung kesana.

Orang-orang juga terlihat sangat tegang, karena mereka tidak bebas untuk melakukan gerak-gerik karena memang sudah diperingatkan untuk tidak berperilaku yang bisa mengundang kecurigaan tentara Korut di seberang. Saat pemandu mempersilakan peserta tur untuk mengambil foto, maka saya tidak menyia-nyiakan kesempatan itu (dengan menggunakan smartphone).  

Setelah itu kami masuk ke gedung biru yang berada persis ditengah garis demarkasi. Waktu kunjungan di situ dibatasi hanya kurang lebih 5 sampai 10 menit. Di tempat ini dahulu diadakan perundingan antara Korut dan Korsel. Suasana di dalam juga tegang, karena tentara Korut terkadang melihat suasana kedalam gedung dari lokasi mereka. Kita juga sudah diingatkan untuk tidak berbicara dengan tentara Korut yang "mengintai" itu, atau melakukan gerakan apapun terhadap mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun