Pernah sekali ku injakkan kaki
Di negeri bermusim asap
Entahlah, sepanjang mata memandang hanya kepulan asap
Terbit dan tenggelamnya matahari tak lagi indah
Langit biru menjelma langit abu-abu
dinding-dinding sekolah kehilangan suara
suara pelajar yang tak bisa belajar
kemana senyum umat negeri asap?
Masker menutup mulut, pintu dan jendela tertutup
Ah.. aku dengar ucap mereka
“kami uda seperti pisang salai!”
Benarlah demikian
Manusia-manusia di tanah ini terus diasapi
Ntah untuk apa...
Mereka tak tau kenapa..
Negeri asap terus produksi asap
Bahkan asap-asap di ekspor ke negeri tetangga
Oh, raja negeri asap
Umatmu sudah sesak dan muak
Bagai ikan termangap-mangap tanpa air
Paru-paru merindu udara bersih
Negeri asap..
Apakah engkau ingin mengelepaskan jin-jin penghunimu bersamaan dengan kepulan asapmu?
Jika ya, cukuplah sudah!
Kami sudah memegang botol agar jin dan asapmu masuk ke dalamya.
Dan kemudian dengan sorak-sorai membuang botol haram itu ke perut lautan!
Umat negeri asap terbatuk-batuk massal tapi para raja tertawa ria
Aku hanya mampu berdoa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H