1. Healing (penyembuhan) dari stress, kecemasan, depresi, kesedihan, dan masalah-masalah psikologis lainnya
2. Perubahan atau transformasi pola-pola pemikiran, perasaan dan tindakan yang tidak mendukung.
3. Keyakinan terhadap diri atau kepercayaan diri
4. Pertumbuhan pribadi yang mengantar pada  kehidupan yang autentik.
Terdapat lima bagian penting dalam hidup yang bertujuan memelihara emotional well-being, yaitu:
1. Resiliensi dan Koping (Resilience and Coping), yang merupakan kemampuan untuk menghadapi kejadian dalam hidup dan tekanan-tekanan hidup yang dikaitkan dengan adanya perubahan kondisi lingkungan. Kemampuan koping yang efektif memberikan seseorang kontrol yang lebih baik terhadap hidupnya dan menambah kepekaan mereka terhadap kesejahteraan emosionalnya.
2. Produktivitas dan Kontribusi (Productive Contributions) yang ditunjukkan dengan tetap aktif, bahagia, dan menikmati apa yang telah hidup berikan. Hal ini juga ditandai dengan upaya mempertahankan self-esteem (harga diri), merasa produktif dan memiliki peran yang bermakna dalam urusan sehari-hari.
3. Hubungan Sosial (Social Connections), yaitu memiliki hubungan yang berarti dengan keluarga, teman, rekan sebaya, komunitas yang lebih luas, serta pekerja/staf. Hubungan yang berarti ini dapat berupa hubungan yang menerima dan memberikan kasih sayang secara tulus.
4. Kesenangan dan Kebutuhan Dasar (Comfort and Basic Needs), yaitu pemenuhan kebutuhan fisiologis dasar dan tidak adanya masalah-masalah kesehatan. Hal ini juga meliputi kepekaan terhadap privasi, rasa aman dan sejahtera sehingga seseorang dapat merasa nyaman dengan lingkungannya.
5. 'Menikmati' berbagai Stimulus (Enjoying Sensory Enrichment), yaitu memiliki indra ataupun kepekaan yang terstimulasi. Seseorang menikamti habitat ataupun kehidupan di sekelilingnya serta merasa nyaman terhadap sejumlah aktivitas dan dorongan untuk memberikan dukungan emosional dan respek.
Sebagai penutup, Emotional Well-Being dapat dimaknai sebagai keadaan keseimbangan emosional yang dicapai melalui kemampuan untuk mengelola emosi. Pengelolaan emosi meliputi kemampuan kita untuk menilai dan mengekspresikannya. Oleh karena itu, merasakan afek negatif yang kemudian mendasari munculnya label emosi negatif bukanlah hal yang dilarang untuk bisa mencapai kesejahteraan emosional. Kemampuan individu dalam mengelolanya yang kemudian akan menentukan sejauh mana individu akan merasa sejahtera secara emosional. Meskipun demikian, sangat disarankan untuk membangun emosi yang didasari oleh afek-afek positif yang dialami, sehingga dapat terbangun mood yang baik pula. Dengan hadirnya banyak afek positif, kita akan lebih mudah merasakan kepuasan hidup dan kebersyukuran yang mengantarkan kita pada kesejahteraan subjektif atau apa yang juga kita kenal sebagai kebahagiaan.Â