"Mohon ampun, hamba, Raden!" Kata Raden Sukra
menghiba meminta kepada Raden Mas Sutikna.
Wajahnya pucat disiram gelap menjelaga
disapu angin dingin rimba belantara.
"Prajurit, habisi dia!
Siksa dia seperti dia telah menyiksa
hatiku sekian lama di dalam petaka
hingga kini tiba waktunya aku pungkasi keangkuhannya!"
Lolong anjing hutan menebar keluh
melindap Raden Sukra yang segera luruh.
Derik jengkerik dan belalang malam menggemuruh
mengguncang Raden Sukra yang meruntuh.
Keris prajurit menikam dada Raden Sukra
hingga darah merah membasahi raganya.
Raden Sukra temui ajal seketika
hingga tubuhnya menggelepar layaknya.
Ketika malam dijemput pagi
Raden Sukra membeku di belantara sunyi.
Raden Mas Sutikna dan prajuritnya pergi
meninggalkan Raden Sukra teronggok mati.
Cibinong, 8 Maret 2015
![1524032677315-5d77b8140d823073c3356302.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/09/10/1524032677315-5d77b8140d823073c3356302.jpg?t=o&v=555)