Kembali ke Jakarta
Meskipun pusat pemerintahan berada di Kutai Kartanegara, pusat perekonomian, perdagangan, dan keuangan tetap di Jakarta. Pepatah kita mengatakan bahwa ada gula ada semut. Ini berarti Jakarta sebagai pusat sirkulasi duwit akan tetap menjadi magnet bagi mereka yang mengadu nasib ke Jakarta. Meski ibu kota Jakarta lebih kejam daripada ibu tiri, seperti dikatakan pelawak Ateng almarhum.
Orang-orang tetap akan berbondong-bondong menyesaki Stasiun Senen, Stasiun Jatinegara, Stasiun Gambir, Terminal Pulogadung, Terminal Kampung Rambutan, Terminal Kalideres, Pelabuhan Tanjung Priuk, juga Bandara Soekarno-Hatta.Mereka rindu Monass dan kangen Ancol. Mereka ingin disapa Tugu Selamat Datang.
Mereka yang berasal dari kelas bawah, kelas menengah, dan kelas atas, sudah kadung dimanjakan dan dininabobokan dengan berbagai kemudahan dan kemewahan. Sebagai pusat perdagangan yang mampu menyedot  uang sejak pagi hingga dini hari, Jakarta menyediakan berbagai kawasan bercorak wisata. Ada wisata  kaki lima, wisata kuliner, wisata belanja, wisata sejarah, wisata pantai, wisata religi, wisata budaya, dan wisata ilmu (pengetahuan).
Selain itu, Jakarta juga menyajikan aneka hiburan yang menawan. Musik, film, teater tradisional dan modern, taman hiburan, dan pusat-pusat perbelanjaan tersedia di Jakarta. Ini menjadi daya tarik bagi warga metropolitan
Lirik lagu milik grup band  legendaris Koes Plus agaknya sudah terlanjur bertahta di hati para penakluk Jakarta. Dua larik lirik lagu "Kembali ke Jakarta" milik Koes Plus, "Ke Jakarta aku kan kembali. Walaupun apa kan terjadi," agaknya sulit dilupakan  Meski teralienasi, bahkan terkucil sekalipun, dari sang kekasih dan masyarakat, orang-orang akan tetap nempil kamukten kepada kota yang pernah dibangun oleh Pangeran Jayakarta ini. Tak ada (ucapan) say good bye kepada Jakarta.
Jadi, meskipun ibu kota negara telah berpindah ke  Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara di Kalimantan Timur, Jakarta masih menjadi pilihan menarik bagi para pencari kerja, pemburu kenikmatan, dan pelancong kehidupan.Memindahkan ibu kota negara di Republik ini dengan luas wilayahnya dari Sabang hingga Merauke, memang tidak sederhana. Demikianlah.
________________________
Â
*) Ditulis oleh Syukur Budiardjo, Pensiunan Guru Bahasa Indoensia SMP di DKI Jakarta. Dengan suka hati menulis artikel, cerpen, dan puisi. Tinggal di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Baatt.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H