Mohon tunggu...
Syukri M Nur
Syukri M Nur Mohon Tunggu... Dosen - Peminat Masalah Energi Terbarukan dan Pendidikan Tinggi, serta lingkungan hidup

Salam Nusantara ! Mengabdi untuk negeri ? Saya menempuh melalui dunia swasta. Menjadi konsultan bagi pengusaha yang berminat membangun unit usaha di energi terbarukan terutama berbasis pada bahan baku biomassa, energi angin, dan surya. Pengabdian sosial digalang melalui kegiatan pendirian PAUD Insan Mandiri, dan membimbing anak-anak muda untuk berusaha, bahkan kalangan guru untuk mampu menulis artikel ilmiah. Laman di www.syukrimnur.academia.edu merupakan sarana berbagai untuk informasi energi terbarukan dan bioenergi, anda juga dapat melihat biodata saya. Salam Keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Money

Kenapa Hanya Transisi Energi Jika Kita (Indonesia) Mampu ke Bioekonomi?

13 November 2021   20:27 Diperbarui: 13 November 2021   20:42 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Langkah kebijakan transisi energi hanya terfokus pada penggalian berbagai sumberdaya energi untuk menggeser peran energi fosil. Sementara pendekatan bioekonomi tidak hanya melakukan transisi ke energi terbarukan tapi memiliki empat visi yaitu: visi substitusi, visi penggunaan bioteknologi, visi biodiversitas (pelestarian keragaman hayati), dan visi bioekologi yang mengarah pada total aktivitas kehidupan rakyat selaras dengan lingkungan. Via pertama merupakan tambahan dari pemikiran penulis, sementara tiga visi terakhir merupakan penjelasan visi bioekonomi dari Birner (Birner, 2018).

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Jika implementasi dengan pendekatan transisi energi terjadi maka hanya diperoleh satu manfaat yaitu bertambahnya pasokan energi nasional yang berasal energi terbarukan. Pendekatan bioekeonomi mampu memberikan manfaat berupa penyediaan energi dan material dari bio yang terbarukan pada skala komersial, membuka peluang usaha dan kerja pada lebih banyak sektor. Bahkan dalam akronim akademisnya dapat disebutkan bahwa pendekatan bioekeonomi mampu memberikan 4F (Food, Feed, Fiber, dan Fuels). 

Hal ini memberikan peluang tergantinya material plastik mulai dari botol, tas plastik, dan bahan baku polimer sintesis yang berbahan baku dari fosil (minyak mentah) ke biopolimer. Demikian juga dengan fuels (bahan bakar) akan tergantikan dari bahan baku biomassa melalui teknologi konversi yang multi produk sehingga menghasilkan bahan bakar padat (contoh pelet kayu), biosolar yang mendayagunakan limbah biomassa pertanian dan perkebunan ke produk bioenergi dan setara dengan fuel dari fosil, serta biogas dan gas sintesis yang dihasilkan dari proses fermentasi maupun gasifikasi lanjutan limbah biomassa.

Bahan baku bioenergi Indonesia tak perlu diperdebatkan karena ragam sumber, tipe,  dan jumlahnya yang melimpah. Limbah industri kayu, industri kelapa sawit, pabrik kelapa, pabrik tapioka, pabrik gula, bahkan lahan marginal dan lahan reklamasi lahan tambang dapat dibangun tanaman energi (energy crops). Belum lagi jika dilibatkan bahan baku biomassa yang berasal sampah kota maka dua masalah sekaligus dapat dituntaskan yaitu pencemaran kota dan ancaman keindahan kota serta kesehatan warganya. Akhirnya terlibat juga fungsi pendekatan ekonomi melingkar (circular economy) (Columbus, 2021).  

Kolaborasi Riset Bioekonomi 

Pertanyaan lanjutan yang mungkin terkuak dari artikel ini adalah: (1) Negara mana yang akan membuka diri untuk kerjasama riset bioekeonomi dengan Indonesia? (2) Lembaga mana yang patut menjadi mitra utama? (3) Bagaimana merancang isi dan kerjasama riset? (4) Bagaimana melibatkan peran pemangku kepentingan bisnis dalam kerjasama riset ini?

Semoga rentetan pertanyaan tersebut dapat terjawab dari pengalaman dan rencana penulis. Berdasarkan pengalaman penulis, Jerman menjadi negara prioritas untuk riset tentang bioekonomi dengan dengan dua alasan. Pertama, Jerman merupakan penggagas konsep bioekonomi ini sejak tahun 2005 ketika tim dengan Peneliti utama Dr. Christian Patermann, menyajikan konsep tersebut dan diadopsi oleh Kementerlian Lingkungan Jerman. Pernyataannya yang menarik sebagai pengantar dalam sebuah buku berjudul "Bioeconomy for Beginners" (Pietzsch, 2020) adalah:

"From the point of view of the "fathers" or "founders" of the European bioeconomy, I would like to take this opportunity to state to all authors and beginners: we have never imagined that, with this old and new form of economy, we would be offering a silver bullet. We only wanted to make a contribution towards ensuring that, with the help of and in harmony with nature, economic actions may continue to enable the billions of inhabitants of our planet to live a sustainable and decent life upon it. This desire and concern are very skilfully and convincingly expressed in many contributions to this book, and I would like to express my sincere thanks for that."

Pesan inti dari Mr. Patterman adalah Kami (peneliti) hanya ingin memberikan kontribusi untuk memastikan bahwa, dengan bantuan dan selaras dengan alam, tindakan ekonomi dapat terus memungkinkan miliaran penduduk planet kita untuk menjalani kehidupan yang berkelanjutan dan layak di atasnya. Sebuah kalimat yang bermakna dari seorang "Bapak Bioekonomi". 

Dalam kurun waktu 17 tahun, konsep ini menyebar ke ratusan negara. Uniknya, berdasarkan penelusuran pustaka ada empat srikandi Jerman yang tercatat dalam pustaka dan kegiatan riset pada skala Eropa dan Mondial yaitu Prof. Daniela Thran dari Pusat Penelitian Biomassa Jerman;  Prof. Iris Lewandowski dan Prof. Regina Birner dari Universitas Hohenheim, dan Prof. Barbara Strum dari Institut Teknik Pertanian dan Bioekonomi.

Penulis bersyukur satu dari empat lembaga tersebut telah memberikan surat rekomendasi untuk belajar bioekonomi dalam kurun waktu tiga bulan atas dukungan pembiayaan  DAAD pada Awal Maret 2022. Untuk mendapatkan selembar rekomendasi itu, penulis harus berupaya membuktikan bahwa konsep riset yang dicanangkan penulis yaitu sistem bioenergi berkelanjutan dapat menjadi pelengkap konsep riset Prof. Daniela Thran. 

Kendati rekemondasi telah diraih dan proses aplikasi ke DAAD telah dilaksanakan, namun masih ada satu kalimat dalam tiga alenia disurat mereka yang membuat hati ini tersentuh dan berharap mendapatkan perhatian pemangku kepentingan negeri ini, terutama kepada yang terhormat BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional). Perkenankan penulis menyampaikan kutipan tersebut:

"The applicant got in contact with us via email. We do not know him personally nor have we had joint activities with the university where he comes from.

Therefore, we had to rely on the information in his CV in order to get a glimps of his education and skills. Both concur very well with our research topics in our bioenergy systems department. We consider his research and his career objectives as very important for the Indonesian but also global bioenergy context. Thus, Dr. Muhammad Syukri Nur may forster the Indonesian-German cooperation and technology transfer, in particular in the field of renewable energies, focusing on the system integration of bioenergy.

Because of our lack of knowledge about the Indonesian professional community, we are not able to state whether the applicant will become a decision-maker or thought leader in his respective field. However, we consider his research very important for the implementation of climate friendly energy sources and the development of holistic bioenergy concepts in Indonesia  considering  multiple  aspects".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun