Tasawuf Abad 3-4 Hijriah
Aliran yang menonjol pada masa ini adalah tasawuf yang selalu merunjuk pada nafas Islam dan yang kedua adalah tasawuf sebagai penjernihan moral. Mereka menumbuhkan sendiri hubungan manusia dengan Allah.
Tasawuf Sunni Abad 5 Hijriah
Pada abad ini tasawuf mulai dikembalikan lagi pada Al-Quran dan Sunnah. Tokohnya adalah al-Qusyairi dan Harawi, di samping sufi besar abad ini; al-Ghazali. Dia mengkritik keras para teolog yang menjawab tantangan pemikiran tidak dengan mangkaji, namu dengan membenturkan pendapat-pendapat, berdasarkan premis-premis.
Semua jawaban Al-Ghazali terhadap filsafat dituliskannya dalam Tahafut al-Falasifah. Dalam tasawufnya, Al-Ghazali membedah semua konsep tasawuf pendahulunya, seperti maqam, fana', hulul, mahabbah, dzauq, ma'rifah dan sebagainya, lalu didudukkan pada tempatnya. Dengan begitu, posisi tasawuf di mata para ulama salaf yang sebelumnya dianggap sesat, menjadi diterima.
Tasawuf Filosofis
Dalam dua abad, yaitu sekitar abad VI dan VII, tasawuf filosofis ini mencapai titik kesmpurnaan. Ajaran tasawuf ini memadukan visi mistis dan visi rasional penggagasnya. Tasawuf ini sangat isoteris, cenderung samar dan hanya dipahami oleh para penempuh jalannya. Tokohnya adalah Surahwardi, Ibn Masarra, Ibn 'Arabi, dan Ibn Sab'in. Dalam konsep penyatuan makhluk dengan Tuhan ini juga tertuang dalam karya sastra para sufi, di antaranya adalah Ibn al-Faridh dan Jalalludin Rumi.
Tasawuf Pendiri Tarekat
Tarekat diberikan sufi yang bergabung dengan seorang guru secara kolektif, yang menggelar acara tertentu dan memiliki ritual tertentu. Tokoh yang terkenal adalah Abdul Qadir Jailani, Ahmad al-Rifa'i, dan Najmuddin Kubra.
Pemikiran Islam Kontemporer
Tahun 1967 dianggap sebagai "penggalan" dari keseluruhan wacana Arab modern, karena masa itulah yang merubah cara pandang bangsa Arab terhadap beberapa persoalan sosial-budaya yang dihadapinya.