Mohon tunggu...
Syifa Salma Zakiah
Syifa Salma Zakiah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia

Menempuh S1 di UPI, memotivasi saya untuk menjadi yang lebih baik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Alat Wacana Semantik Lebih Dalam

18 Desember 2023   15:19 Diperbarui: 18 Desember 2023   16:16 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Untuk dianggap tepat dan baik, sebuah wacana perlu disusun secara koheren dan kohesif. Dalam proses penyusunan itu, alat-alat wacana---termasuk di dalamnya alat wacana semantik, membantu menciptakan keterkaitan dan keselarasan yang dibutuhkan dalam wacana tersebut

Alat-alat wacana semantik melibatkan berbagai teknik dalam pembentukan hubungan makna atau makna antar bagian-bagian kalimat dalam suatu wacana. Beberapa alat wacana semantik meliputi:

1. Mengaplikasikan perbedaan atau keberlawanan di antara bagian-bagian kalimat dalam suatu wacana.

Contoh: dalam lagu Cakra Khan yang berjudul "Harus Terpisah" terdapat bait yang berisi pertentangan atau keberlawanan antar kalimatnya.

Ku berlari, kau terdiam

Ku menangis, kau tersenyum

Ku berduka, kau bahagia

Ku pergi, kau kembali

Ku mencoba meraih mimpi

Kau coba tuk hentikan mimpi

Memang kita takkan menyatu

Bisa dilihat antara kalimat satu dengan dengan kalimat lain berisi keberlawanan. Di mana hal tersebut diperjelas pula di baris kelima dan keenam yang sangat menunjukkan pertentangan.

2.  Menerapkan relasi generik-spesifik atau sebaliknya, yaitu spesifik-generatif.

Contoh: "Banyak buah-buahan yang panen di bulan ini, salah satunya mangga."

Dalam kalimat tersebut, adanya pola generik-spesifik di mana 'buah-buahan' berperan sebagai kata yang bersifat generik, lalu mengerucut menjadi 'mangga' yang merupakan buah spesifik dari yang dibicarakan.

3. Memakai perbandingan antara isi bagian-bagian kalimat atau di antara dua kalimat dalam satu wacana.

Contoh: "Anna memiliki paras yang cantik. Bak bidadari yang turun dari khayangan."

Pada kalimat di atas, paras Anna nan cantik dibandingkan dengan bidadari yang juga terkenal kecantikannya. Adanya kata "bak" dalam kalimat tersebut, menandakan bahwa dua kalimat itu dibandingkan.

4. Menggunakan hubungan sebab dan akibat antara isi bagian-bagian kalimat atau antara dua kalimat dalam wacana.

Contoh: "Sudah disediakan tempat pembuangan sampah, tetapi warga masih saja membuang sampah di sungai. Akibatnya di musim penghujan seperti sekarang, sungai itu tersumbat dan meluap ke permukiman warga."

Kalimat di atas menunjukkan adanya hubungan sebab akibat. Hal tersebut dibuktikan dari adanya kata "akibatnya" serta penjelasan penyebab dari terjadinya sungai meluap.

5. Menggunakan hubungan tujuan di dalam isi sebuah wacana.

Contoh: "Sejak kelas 10, Arka sudah mempertahankan nilai-nilainya yang tinggi. Supaya bisa lolos SNBP pilihan pertama yang diinginkannya."

Kalimat tersebut menghubungkan kalimatnya dengan tujuan di dalam isi wacana. Adanya kata "supaya" membuktikan bahwa tujuan Arka mempertahankan nilai tingginya adalah untuk mencapai tujuan tertentu---yang dalam hal ini adalah lolos SNBP pilihan pertama.

6. Menggunakan hubungan rujukan yang sama pada dua bagian kalimat atau pada dua kalimat dalam satu wacana.

Contoh: "Di Australia, kucing dibasmi oleh pemerintah setempat. Hewan lucu itu sudah menjadi hama yang mengganggu ekosistem di sana."

"Hewan lucu itu" pada kalimat kedua merujuk pada "kucing" di kalimat pertama---bukan "pemerintah setempat" karena frasa tersebut bukanlah hewan lucu yang dimaksud di kalimat yang kedua.

Nah, demikian alat wacana semantik dibahas. Dengan adanya artikel ini, diharapkan menambah pemahaman tentang salah satu alat wacana bagi para pembaca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun