Berhembus angin lalu sekejap pula cintamu layu, jangan ragu wahai cintaku. Cintaku tak pudar ditindih waktu.
Secarik kertas satu persatu terbang bebas ke tong sampah...
hingga tak teritung banyaknya, untuk mengungkap rasa menjadi kata...
Aku lebih memilih untuk terdiam, memilih membungkam mulutku.
Semua ini karena cinta yang tidak pasti ini...
Tidak,
Aku bukan akan mencintai atau membenci, sebab aku hanya bait yang terselip disekelebat rindumu
Hinnga terlampau gerah dengan segala gundah, lebih baik ku berserah, bukan karena menyerah, tapi lebih kepada pasrah
Mungkin penantian hati ditubuh ini terlalu lama terdiam dalam kelam..
Berharap cahaya hati mengisi kekosongan ini.
Sendiri tertatih menanti..
berharap keindahan menorehkan tinta disecarik hati ini..
Dengan gilaku berkata,
Sayang, demi cinta telah kutukar Tulang Rusuk-mu dengan Tulang Punggung-ku, maka setialah kita hingga Tulang-Belulang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H