Mohon tunggu...
sylva juliantywardani
sylva juliantywardani Mohon Tunggu... Akuntan - pelajar

----

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

At Seventeen

26 Februari 2020   10:00 Diperbarui: 26 Februari 2020   10:03 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

16 juli 2019 hari dimana aku menjadi manusia 17 tahun. Usia yang katanya paling indah? Well, emang indah. 17 tahun masa dimana aku merasa menjadi manusia. Loh kemarin-kemarin apa dong? Ya gatau. Setengah manusia maybe? Iya 17 tahun dimana aku baru merasa hidup. 17 tahun dimana aku mulai menjadi manusia, manusia yang berpikir dan manusia yang mulai mencemaskan banyak hal seperti orang tua.

Contohnya pagi ini. "Sasa sayang, baju kamu kan banyak kenapa kamu selalu musingin apa yang mau kamu pake?" Kata ibuku untuk yang kesekian kali. Iya akhir-akhir ini aku merasa terganggu dengan baju-bajuku. Kemana saja aku hidup selama ini. Bajuku sedikit, tidak beragam dan itu saja-saja. 

Itu membuatku pusing, bagaimana jika orang berpikir aku memakai baju itu-itu saja? Ah, bagaimana kalo orang berpikir aku gak modis? Ah persetan dengan baju-bajuku. Aku sudah cukup pusing memikirkan bagaimana penampilan bisa menjadi hal besar untukku sekarang.

17 tahun masa paling indah, katanya. Sekarang aku duduk dikelas 12. Senior? Bebas dong? Tinggal lulus doang? Iya memang benar. Tapi tidak sesimpel itu. Kelas 12 itu jika diibaratkan seperti roller coster. Bikin pusinggg.

"Saira, kayanya aku jadi masuk fk deh"

"Ah sa, kayanya aku mau masuk gizi"

"Tapi aku baru persiapan ini, itu bla bla bla"

"Kamu mau masuk apa btw?" Tanya Diana temanku.

Dan kalian tau aku jawab apa? Aku tidak menjawab dan hanya tersenyum. Aku tersenyum lalu otakku berputar. Ada yang menohok alam bawah sadarku tapi tidak keras. Intinya saat itu aku merasa bingung. Lagi-lagi kemana saja aku selama ini? Aku bahkan tidak tau aku akan kuliah dimana dan dijurusan apa. 

Sebenarnya ada sih jurusan yang aku mau, tapi setelah melihat nilai-nilai rapotku sampai semester 4 nyali ku menciut. Semua rencanaku ambyar. Nilaiku turun dan buruk. Entah apa yang aku lakukan selama 2 tahun dan sekarang aku menyesal.

Setelah pusing soal penampilan dan masa depan. Pertemanan di 17 tahun juga tidak semulus yang aku bayangkan. Pertemanan yang 2 tahun dilalu baik-baik saja tiba-tiba berubah. Diana dengan keras kepalanya membuat semuanya muak. Ana dengan sifat moodynya yang membuat semuanya bosan. Dan Citra yang sibuk kegiatan yang ia punya. 

Aku? Menurutku aku tetap sama. Aku masih suka mengasingkan diri dan diam. Tapi itu masalahnya, pertemanan kita yang sekarang terasa dingin malah kudiamkan dan cenderung kujauhi. Sekarang kita tak sedekat dulu, saling menyalahkan dan saling menghancurkan mood masing-masing. Seburuk itu? Ya menurutku itu buruk. 17 tahun rasanya semua menjadi ribet. Apapun itu membuatku pusing. Diri sendiri, teman, keluaraga, sekolah,gebetan? Tidak ada yang berjalan lancar.

#OVERTHINKING 

Yes bel berbunyi. Ini waktunya pulang. Seperti yang aku ceritakan tadi, sekarang aku kelas 12 diumur 17 tahun. Namaku Saira. Tidak perlu tahu nama panjangku, yang pasti panjanggggg sekali.

"Mau langsung pulang?" Citra menarikku.

"Gak tau"

"Aku mau cerita."

Satu jam berlalu, Citra menyelesaikan cerita dan tangisanya. Lagi-lagi aku bilang 17 tahun berat, overthinking mulai menjadi beban bagi kami. Citra dengan segala pemikiran yang menggangunya menangis. Dan aku, aku tidak menangis disekolah. Aku pergi ke sekolah dan pulang tanpa melakukan apa-apa. Aku ada disekolah tapi otakku entah dimana.  Aku tertawa tapi dirumah seperti orang gila.

Diumur 17 tahun aku mulai kenal dengan yang namanya overthinking. Overthinking kadang seperti sedang mencoba membunuhku. Berisik. Banyak suara dikepala.

 Contohnya seperti ini :

"Tadi aku ngelakuin kesalahan gak ya?"

"Gimana ya kalo yang aku lakuin bikin orang gak suka sama aku?"

Lalu ..

"Eh aku mau jadi apa ya?"

"Bentar lagi lulus, tapi aku masih males-malesan."

"Aku bodo banget deh disekolah"

Jadi..

"Ih aku apaan sih ko banyak mikir"

"Aku benci jadi diri sendiri. Ribet!"

Iya gitu, awalnya mikir apa dan berakhir jadi apa. Lagi-lagi 17 tahun menyebalkan. Aku dipaksa sadar penuh atas semua yang sedang, akan, dan telah aku lakukan. Aku dibiarkan berpikir lebih banyak dari sebelumnya.

#INSECURE

17 tahunku banyak rupa-rupanya. Setelah overthinking, insecure mulai menyerangku. Dulu aku tidak apa-apa dengan wajahku yang menurutku terkadang buruk dan terkadang cukup bagus. Tapi sekarang kepercayaan diriku mulai menurun. Aku selalu melihat apa yang orang lain punya. Dimulai wajah, pakaian, benda dan apapun itu apa yang orang punya. Aku terus melihat dan membandingkanya dengan punyaku.

Wajah, aku merasa sangat buruk dengan wajahku sekarang. Bekas luka yang tidak hilang, hidung yang pesek, dan kulit yang semakin gelap. Aku memikirnya dan menyalahkan apapun. Kenapa aku tidak seputih dulu sih? Kenapa hidungku tidak mancung? Kenapa orang tua ku membiarkan bekas luka ada diwajahku?. Iya itu bagian paling parah, aku menjadi manusia yang kufur nikmat. Aku tidak bersyukur dengan apa yang aku punya.

Akibatnya, aku semakin menjadi remaja 17 tahun yang super ribet. Semuanya harus terlihat baik setidaknya dimataku. Dari ujung kaki hingga ujung kepala. Aku akan menatanya dengan sempurna. Aku tidak ingin ada celah dimana diriku akan merasa buruk.

Tapi yang aku lakukan salah. Semakin aku berusaha, semakin aku merasa lebih buruk dari orang lain. Rasanya setiap yang aku lakukan tidak akan pernah sama dengan yang orang lain punya.  Setelah berusaha, aku selalu melihat diriku lebih jelek dari orang lain, pakaianku lebih kuno dari orang lain dan barang-barangku yang menurutku tidak pernah cukup.

Selesai soal penampilan dan fisik. Aku bahkan tidak percaya diri dengan kepribadian yang aku miliki. Aku merasa sifatku buruk, dan orang lain lebih baik. Simpelnya, aku selalu berpikir , aku sangat bodoh orang lain pintar.

Mending jika ke insecure-an yang aku punya membuatku lebih baik. Tapi bagaimana jika itu membuatku semakin stress? Terlalu banyak yang ada dikepalaku, dan lagi insecure berakhir overthinking.

#ANXIETY

Aku dengan kecemasanku. Sekarang aku duduk dikelas. Ramai tapi lebih ramai dikepalaku. Aku sudah memperkenalkan dirikan? Namaku Saira, artinya senang. Seharusnya sih aku selalu senang sesuai namaku. Tapi itu tidak mungkin bagi manusia. Berbagai perasaan hadir berlomba-lomba untuk dirasakan. 

Salah satunya kecemasan atau anxiety. Tidak ada yang aneh dengan rasa cemas. Hanya saja diumur 17 tahun rasa cemasku kadarnya semakin tinggi dan sering. Jika dulu aku hanya memcemaskan omelan ibuku ketika aku terlambat bangun atau mencemaskan omelan guru karena aku terlambat datang ke sekolah.  

Dulu hal-hal yang membuatku cemas cenderung jelas. Dan cepat hilang. Tapi versi cemas diumur 17 tahun berbeda. Jika harus dijabarkan apa yang membuatku cemas akupun tidak tau. Gambaranya seperti ini, ketika aku cemas aku cenderung menjadi pendiam selama berhari-hari. 

Aku kesulitan tidur, dan moodku semakin memburuk. Kadang ketika mencemaskan terlalu banyal hal aku hanya ingin menangis. Dan lucunya setelah mencemaskan banyal hal beberapa hari kemudian aku tidak tau apa yang aku rasakan. Rasanya seperti kecemasan yang aku rasakan kemarin itu diluar kendali yang tidak bisa aku atur. Pokonya anxiety atau kecemasan adalah salah satu yang paling menyesakan diumur 17 tahunku.

#TUMBUH

Hari ini aku menulis tepat 2 hari sebelum memasuki semester 2 sebagai kelas 12. 2 minggu liburan aku habiskan tanpa belajar. Salah satu yang aku cemaskan adalah seleksi masuk perguruan tinggi negeri. Normalnya, aku harus belajar untuk mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi dan mengurangi kecemasanku. Tapi satu hal yang aku pahami dari diriku sendiri belajar diiringi kecemasan hanya membuat aku stress. 

Karena itu aku pilih memanjakan diriku 2 minggu kemarin. Memanjakan diri sendiri atau self love biasa aku menyebutnya. Salah satu self love yang aku lakukan liburan kemarin adalah melakukan fun camp. Tidak disangka-sangka hal yang dulu aku hindari saat ayah mengajak, sekarang malah hal yang aku butuhkan. 

Aku merasa pergi fun camp dan menikmati alam bisa mengurangi stress diumur 17 tahun ini. Begitu banyak upaya yang aku lakukan untuk tidak stress dan tetap waras. Sejujurnya menjaadi stress diumur 17 tahun itu memalukan. Kenapa? Karena masalah yang aku terima tidak seberat masalah ayah ibuku. 

Karena itu sekarang giat untuk terus tumbuh. Iya tumbuh menjadi remaja 17 tahun yang lebih baik. Aku mulai merbah kebiasaan-kebiasaan kecil agar aku lebih tenang. Sekarang aku lebih rajin mengatur dan mempersiapkan apa yang akan dan harus kulakukan untuk mengurangi perasaan cemas jika nanti aku melakukan kesalahan.

Saat sedang semangat-semangatnya untuk lebih baik, aku mulai mengontrol semua ambisi yang ingin aku lakukan supaya aku tidak stress. Sering aku membiarkan diriku bermalas-malasan karena aku tau jika aku terlalu memaksakan moodku akan hancur dan kembali mental ku yang cemen ini down. Ya itu merusak segalanya. Jadi bagian dari 17 tahun yang aku lakukan adalah tumbuh. Tumbuh untuk lebih baik lagi dan tidak menjadi remaja 17 tahun yang stress. Karena sungguh itu memalukan.

#NOTHING

Well, setelah membahas hari-hari negatif yang aku lalui, aku mulai membahas hari positif yang akhirnya aku mulai. Tapi hari ini aku menghentikan sebentar hari positif yang baru aku mulai. Hari ini aku tidak masuk sekolah, aku mengatakan pada Citra untuk memberitahu guru bahwa hari aku sakit. 

Of course, setelah membaca cerita hari-hari ku yang buruk pasti kalian bisa menebak bahwa hari ini aku berbohong perihal sakit. Saira remaja 17 tahun sekarang sedang menikmati kopi dengan cemilan pedas didepan tv. Menonton spongebob di jam 08.00.

Jika kalian melihatku saat ini sepertinya kalian mengira aku sedang bahagia karena bolos sekolah. Kalian benar, aku bahagia. Tapi kalian juga harus tau semalam aku terlihat sangat bodoh. Setelah berminggu-minggu belajar dengan guru fisika baru rasanya malam itu limitku. Aku tau, aku sangat lemah. Padahal semua teman sekelasku mungkin tertekan dengan caranya mengajar tapi mungkin mereka biasa saja bukan?

Aku tidak tau, yang aku tau melihat teman-temanku mendapat nilai bagus sementara aku tidak itu sangat buruk. Aku tau ini bukan pelajaran pertama aku mendapat nilau buruk, tapi kali ini berbeda. Karena cara mengajar guru baru aku mulai tertantang untuk berusaha. Aku belajat untuk pelajaran fisika saat itu dan itulah alasan kenapa mendapat menilai buruk sangat membebaniku saat ini. 

Entah kenapa aku merasa usaha itu tidak cocok untuk orang sepertiku. Berusaha hanya semakin menyakitiku jika aku gagal. Dan hari ini , dengan mengaku aku tau ini salah. Aku memutuskan aku tidak mau kecewa karena aku berusaha lagi.

#SEMOGA 

Terbiasa diburu deadline, sepertinya aku akan berhenti sebentar menceritakan bagaimana 17 tahunku berjalan. Masih ada 4-5 bulan sisa 17 sebelum berubah menjadi 18. Tapi sepertinya ini terakhir kali aku bercerita. Untung saja sekarang ada waktu istirahat dari latihan ujian praktek untuk berdrama. Citra, ana, diana sedang menungguku  diluar. 

Sekarang pertemanan kita mulai membaik lagi, semoga saat itu terakhir kita bertengkar yaa. Ohiya, dibab terakhir aku ingin bercerita keadaan 17 tahun sekarang. Hari ini Saira yang berarti senang sedang merasakan biasa saja. Hal-hal buruk silih berganti tapi tidak terlalu memperngaruhi arti senang yang aku miliki. 

Aku ingin menceritakan bagaimana aku mencapai titik ini, sepertinya butuh 5 bab lagi untuk menceritakanya. Tapi kalian tau sendiri sekarang aku 17 tahu dikelas 12 SMA. Aku sangat sibuk sekarang. Semoga 5 bulan yang tersisa di umur 17 tahun berjalan dengan menyenangkan. Nanti diumur 18 semoga aku bisa menceritakan tentang semua yang aku lalui. Nanti aku akan ceritakan bagaimana Citra, Diana dan Ana juga. Sampai bertemu kembali!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun