Mohon tunggu...
Silivester Kiik
Silivester Kiik Mohon Tunggu... Guru - Founder Sahabat Pena Likurai

Hidup hanya sepenggal cerita tentang perjuangan, sekelumit jejak-jejak kaki di bumi, aku, kamu, dan mimpi kita.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi-puisi Silivester Kiik

12 Agustus 2019   15:11 Diperbarui: 12 Agustus 2019   15:21 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

puing-puing usang masih menyendiri di tepi pantai,
menggigil di atas pasir tanpa gerak,
gemuruh gelombang mengangkatnya,
dengan mulutnya terbuka tanpa pesan.

angin malam menyentuh dengan tangannya,
mengeluarkan noda-noda di atasnya,
seraya menyerukan isyarat sebuah kematian,
di bukit pasir segalanya bermuara.

bulu-bulu burung camar yang ditembak masih rapi tersimpan,
botol-botol masih menggulingkan raganya dengan bisu,
ikan-ikan ditemukan mulai membengkak,
menunggu giliran untuk lenyap.

jam demi jam,
hari demi hari,
tanah yang berlumpur meluncur jauh,
pohon-pohon kerdil pulas dalam rayuan tangan-tangan berdosa.

masih saja hati pemilik akal bertingkah seperti cerobong pabrik,
yang menatap seluruh ciptaan adalah haknya,
bahkan ia sendiri tak tahu,
hiruk-pikuk jejaknya hanya sebuah kekosongan.

///

Atambua, 12 Agustus 2019

Pic: pixabay.com
Pic: pixabay.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun