Mohon tunggu...
Syir Aja
Syir Aja Mohon Tunggu... Relawan - Pengembara di muka bumi untuk mencari ridhaNya

senang tertawa dan ditertawakan

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pengalaman Dioperasi di Negara Paling Bahagia Sedunia Masa Pandemi

1 Juni 2021   10:00 Diperbarui: 1 Juni 2021   10:40 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

“Si..ir” sayup-sayup saya mendengar suara memanggil, saya coba membuka mata namun amat silau dan saya menjadi pusing. Saat itu saya merasa tidak nyaman sekali di seluruh tubuh saya dan merasa lelah  sampai ada yang memanggil kembali

“Si..ir”, lalu saya kembali membuka mata perlahan dan seketika mual dan sangat pusing. Suara yang bisa keluar hanya “Hhhh..” pun merasa kelu dan sulit bicara. Lalu seseorang datang menanyakan bagaimana kondisi saya, saya hanya menjawab dengan memberikan angka 6-7 dengan kode jari sambil tetap memejamkan mata saya ucapkan

“Head..ache can not.. open ..my eyes”.

Lalu terdengar dialog berbahasa suomi dan datang dua orang dan memberikan suntikan. Saya merasakan agak hangat di tangan. Lalu saya tertidur kembali dan berulang dipanggil setelah agak sadar lalu ditanyakan saya memberi kode 5-6 dan masih sakit kepala dengan menggerakan jari berputar di kepala. Angka-angka adalah kode skala kesakitan yang dirasa, saat saya coba ingat-ingat dalam dokumen panduan karena mulut amat kering rasanya dan suara saya serak serta belum bisa membuka mata. Saya kembali tertidur lalu kemudian saya merasa tempat tidur saya didorong dan berpindah. Saya dengarkan bahwa mereka membahas soal sakit kepala saya di dekat suatu pintu, lalu tempat tidur didorong lagi, suara lift, didorong, suara pintu.

Saya tidak tahu bagaimana berpindah kasur dan saat tersadar saya sudah ada di dalam ruangan yang berbeda, ruang rawat inap. Seorang perawat memperkenalkan diri, ia mengatakan barang-barang saya telah diletakkan di dalam loker di kamar saya dan menyerahkan kunci loker. Ia juga mengambilkan telepon genggam saya dan mengatakan agar saya dapat menghubungi keluarga. Saya meminta bantuannya. Lalu ia memeriksa suhu, tekanan darah berkala dan ingin mengganti pakaian saya, namun saya belum bisa bergerak banyak dan masih sangat pusing, ia tidak memaksa. Petugas lain datang memberikan makanan kepada saya, perawat ingin menyuapi saya dan beberapa kali memeriksa kondisi saya termasuk untuk makan namun saya belum bisa makan dan mengatakan bahwa dokter Senior akan menemui saya esok pagi.

Kemudian suami saya datang,

“Assalamu'alaikum,,” alangkah bahagianya saya saat itu mendengar suara yang saya kenal ia menanyakan kondisi saya dan membantu saya mencari posisi yang tidak membuat saya pusing dan ingin menyuapi makanan tapi saya belum bisa makan, ia juga mengabarkan orang tua kami. Sementara saya melihat di seberang saya ada pasien lain berjalan menuju kamar mandi sambil memegang infuse sendiri. Covid membuat ia hanya boleh mendampingi saya selama 15 menit saja, perawat mengingatkan suami saya yang kemudian berkoordinasi soal rencana selanjutnya kemudian pamit dan akan menanyakan kapan lagi ia dapat berkunjung dan menjemput kepada pihak RS.

Saya lanjut beristirahat sampai shift berganti. Perawat yang berbeda menghampiri, memperkenalkan diri dan melakukan pemeriksaan standar. Makanan telah dihidangkan namun saya masih belum bisa makan dan hanya minum jus. Pasien di seberang saya sudah bersiap dan ia pulang setelah makan malam itu. Saya bertekad untuk bisa makan semampu saya.

Sementara itu saya amat merasakan tubuh yang tidak nyaman sekali. dan saya ungkapkan kondisi saya pada perawat lalu memanggil dokter malam yang mengubah posisi tempat tidur bagian atas memberikan suntikan dan mengatakan kalau belum berhasil, maka ia akan mengganti suntikan yang sama dengan yang saya dapatkan saat operasi. 

Setelah beberapa waktu saya merasa semakin tidak enak dan mulai menangis, resah rasanya bertanya-tanya apakah ini menuju sakaratul maut?, lalu menyampaikan pada perawat yang memanggil dokter lagi, posisi kepala saya dan tempat tidur diubah memberikan suntikan yang berbeda dan perawat memasangi selimut tambahan serta dua alat kompres guna ulang di sekitar kepala dan leher saya. Saya pun dapat tertidur dan terbangun pada tengah malam. Saya coba mengambil makanan dan menatap ke arah yang membuat saya tidak pusing sambil mengendalikan remote tempat tidur, karena tidak tahu di mana kacamata saya, saya gunakan handphone untuk melihat posisi makanan dan memakan ketimun dan tomat iris, lalu roti dan keju dengan lahap. Saya minum teh yang sudah tidak lagi hangat. Saya kembali beristirahat.

Hingga shubuh hari saya masih merasakan pusing dan tidak bisa menengok ke arah lain, lalu diberikan suntikan kembali dan tertidur hingga pukul 6, di mana sempat terjadi kehebohan saat petugas akan menawarkan saya makan pagi karena adanya cairan di lantai, saya menanyakan ada apa rupanya penampung cairan urin saya bocor, namun petugas menenangkan saya bahwa tidak masalah dan mereka membersihkannya. Mungkin akibat kehebohan tadi malam. Petugas medis menayakan saya ingin makan apa,  saya tanya ada apa, dan ia jawab 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun