Mohon tunggu...
Syir Aja
Syir Aja Mohon Tunggu... Relawan - Pengembara di muka bumi untuk mencari ridhaNya

senang tertawa dan ditertawakan

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pengalaman Dioperasi di Negara Paling Bahagia Sedunia Masa Pandemi

1 Juni 2021   10:00 Diperbarui: 1 Juni 2021   10:40 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

“I can see, don't worry that's normal” lalu mengambilkan saya dua butir obat di gelas plastik mini dan air di gelas kertas. Setelah meminum itu kamu akan lebih santai dan tarik nafas dalam-dalam. Ia lalu menanyakan alat-alat penting saya untuk dimasukkan ke dalam plastik dan menuliskan seluruh barang itu selain tempat kacamata dan meminta saya tandatangan sebagai bentuk persetujuan keamanan karena akan dimasukkan ke dalam loker.

Selanjutnya saya diantar ke ruang ketiga, ini adalah ruang tunggu pasien. Tidak ada siapapun di sana, saya diminta untuk mengubah arah pakaian saya yang di dalam karena harusnya yang terbuka berada di luar, saya sempat tertawa untuk itu dan perawat mengatakan bahwa itu sering terjadi dengan pasien lainnya. Saya berganti pakaian di kamar mandi ruang tunggu yang lebih lengkap namun tetap sangat ramah bagi pengguna. Ada sekitar 4 kursi yang amat sangat nyaman di dalamnya dengan warna warni berbeda dengan bantal kecil menempel di setiap kursi, ada empat menggantung pakaian, lemari, majalah, penghangat ruangan, tv, minuman serta teko untuk air panas, kopi, dengan penataan yang amat rapi dan penuh harmoni dengan warna putih sebagai latar belakang, ruangan ini cukup membuat saya takjub karena seperti menuju dunia mimpi.

Setelah itu saya duduk di kursi yang terdekat dengan kamar mandi sambil terus berdzikir dan menarik nafas, tidak lama ada pasien lain yang duduk di seberang saya, lalu ada seseorang yang mendatanginya dengan dokumen dan berbicara dengan bahasa suomi, disusul dokter senior didampingi dokter yang lebih muda menanyakan perempuan itu. Saya kira dokter yang sama akan menanyakan saya dan saya bersiap-siap, namun ternyata mereka keluar lagi.

Sambil merasakan kecanggihan selimut yang mulai menghangat, pintu terbuka dan masuklah dua orang dokter yang berbeda, seorang dokter senior pria yang saya kira dapat saya panggil dengan “Opa” memanggil nama “AMANATI” saya merespon dan ia dengan ramah sekali dan bersimpati menanyakan kondisi saya dan yang saya rasakan, dokter disebelahnya mencatat lalu ia memberi tahu sekilas soal pertimbangan bahwa paska pemulihan ada beberapa kondisi yang tidak boleh saya lakukan untuk alasan kesehatan. Lalu ia mengajak saya bertiga ke luar ruangan ke arah kanan lurus lalu belok ke kiri, ia mengajak saya berbicara soal hal-hal ringan hingga kami tertawa dan tidak menyadari bahwa kami makin mendekati ruang selanjutnya yang saya kira langsung ruang operasi, saya diminta masuk ke ruangan keempat dan mereka berpamitan.

Ternyata ini adalah ruang tunggu selanjutnya yang lebih minimalis dari ruang sebelumnya namun tidak kalah membuat saya takjub. Saya duduk menunggu, disusul oleh pasien yang sebelumnya dengan petugas yang memberi dan meminta kami menggunakan hairnet. Tidak sampai lima menit ada perawat pria yang memanggil saya “AMANATI” sambil membuka pintu lalu saya didampingi untuk mengikutinya, ia mendorong tempat tidur sambil mengantar saya berjalan dengan rileks ke dalam ruangan terakhir, ruang operasi. Ia membukakan pintu dan kembali saya takjub.

Saya disambut oleh beberapa orang yang memperkenalkan diri dengan amat sangat ramah.

“Hi.. I am...who responsible for..” Saya berusaha tersenyum kepada mereka sambil memperhatikan ruangan yang sangat dingin, saya sempat berhenti setelah beberapa langkah, pandangan saya ke arah perlengkapan dan peralatan yang amat futuristik di dominasi warna putih sekaligus seperti peralatan di dunia “gamer” yang pernah saya lihat.

Hingga petugas yang mengantar saya meminta saya untuk melepaskan pakaian luar dan bawahan tapi saya tidak bergeming karena saya masih sadar ia pria yang lebih muda dari dokter sebelumnya dan saya malu. Ia lalu menutupi saya dengan pakaian luar saya dekat kepalanya, sebelumnya saya melepas kacamata dan memasukkan ke dalam tempat kacamata yang saya bawa dan memasukkan dalam kantong dan melepas alas kaki. Lalu saya diminta untuk berjalan menuju “singasana operasi”, saya duduk di tempat tidur atau kursi utama lalu berbaring, dimintaagak menggeser posisi saya lebih ke bawah dan meletakkan kaki saya di alas. Dokter dan perawat lain dengan pakaian operasi berwarna hijau dan biru navy datang ke hadapan saya menatap saya dan menyapa saya. Hingga yang terakhir saya disapa oleh yang akan melakukan injeksi bius total, suara yang ceria dan ramah di sebelah kiri saya, sementara di bawah saya merasa mereka mulai seperti membalurkaki saya, terdengar kalimat yang memeriksa eksekusi operasi

“Monitor” seseorang berkata

“Ready!” seorang menjawab, lalu dilanjutkan bahasa suomi dan dokter anestesi mengatakan kepada saya bahwa kita akan memulai suatu proses yang dinamakan “take off” ia memegang tangan saya dan meminta saya menarik nafas saat ia akan melakukan injeksi. Saat itu saya mengingat pesan ayah saya, saya mengucapkan syahadat.

Paska Operasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun