Sumber daya alam bukan saja soal segala faktor produksi yang terhampar di muka bumi, akan tetapi juga berupa potensi yang bisa dimanfaatkan dari perkembangan kebutuhan manusia. Gejala sosial ini juga menjadi potensi yang memerlukan kepekaan untuk mendekteksinya dengan tepat sasaran, sehingga inovasi yang muncul merupakan inovasi yang tepat guna.
Sejarah Negara Memajukan Sumber Daya Manusia
Memajukan sumber daya manusia tentu bukan hal yang mudah untuk dilakukan, apalagi perputaran waktu yang berputar dengan cepat dan tidak dapat kita prediksi arah geraknya dengan tepat menyebabkan perlu waktu yang tidak sebentar seorang individu yang kita anggap sebagai sumber daya manusia yang maju ini untuk memperbanyak pengalamannya, menajamkan softskillsnya, mematangkan pengetahuannya, serta membetuk pola pikir yang kompatibel dengan gejala sosial terkini.Â
Banyak negara adikuasa klasik maupun kontemporer memulai langkah untuk memajukan bangsa dan negaranya dengan memperbaiki dan memajukan kualitas sumber daya manusianya.
Daulah umayyah misalnya, negara ini pernah menjadi negara adikuasa disekitar tahun 316 H/929 M tepatnya pada periode pemerintahan Abdurrahman III. Pada priode pemerintahan Abdurrahman III, segala cabang ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan peradaban islam mengalami denyut perkembangan yang sangat mengesankan dan mengagumkan.Â
Tidak dapat diragukan lagi, ia berhasil mengantarkan Daulah Umayyah di Andalusia ke gerbang puncak kebesaran dan kemegahan yang tiada tara pada masanya. Eropa dan dunia Barat pada masa itu masih terpuruk dalam keterbelakangan, kebodohan, dan kemunduran(Ismail, 2017, hlm. 282). Semua itu berawal dari sang pendiri Daulah Umayyah di Andalusia yang ia adalah pemimpin pertama di Daulah Umayyah ialah Abdurrahman I atau dikenal dengan julukan Abdurrahman ad-Dakhil.
Ia adalah arsitek pembangunan daulah, ia memulai awal pemerintahan dengan membagi wilayah administratif, menggencarkan pembangunan arsitektur dan setiap sudut yang berpengaruh terhadap kesejahteraan rakyat dan tidak lupa ia membangun gedung-gedung perguruan tinggi dan institusi-institusi pendidikan sebagai bentuk kepeduliannya terhadap pengembangan ilmu pengetahuan untuk daulah yang dipimpinnya.
Begitu juga Amerika Serikat yang beberapa kali melakukan perbaikan sistem negara yang tidak langsung berpengaruh terhadap human capital developmentnya. Pada   sekitar   awal   tahun   1990-an   Amerika   mengalami persoalan  degradasi  moral  yang  semakin  mengkhawatirkan. Â
Oleh karena  itu,  pada  tahun  1992  para  ahli  pendidikan,  pemimpin remaja,  dan  sarjana  etika  yang  peduli  pada  persoalan  ini melakukan  pertemuan  di  Aspen,  Colorado  dan  menghasilkan deklarasi  Aspen,  yang  mengusulkan diberlakukannya  pendidikan karakter  di  Amerika. Hasil  pertemuan  itu  kemudian  dikenal dengan Aspen  Declaration  on  Character  Education. Â
Mulai  waktu itu,  di  Amerika  Serikat  muncul  lebih  dari  empat  puluh  program pendidikan karakter. Setelah lebih satu decade pendidikan karakter mulai  dikembangkan  di  Amerika,  dengan  11  negara bagian mengembangkan  pendidikan  karakter  melalui  dukungan  legislasi, dan  8  negara  bagian  mendorong  pendidikan  karakter.  Diantara program  tersebut  adalah Character  Development  &  Leadership (CD&L), dan Character Education Partnership (CEP) (Sultoni, 2016).
Memajukan Sumber Daya Manusia Sebagai Tahap Awal Memajukan Bangsa