Fikih Birrul Walidain-Menjemput Surga dengan Bakti Orangtua
Orang tua adalah pintu surga paling tengah. Imam Tirmidzi mengeluarkan dalam sunan-nya dengan sanad Hasan dari Abu Darda seorang pria mendatanginya, lantas mengadu, "Sesungguhnya aku mempunyai seorang istri, sedangkan ibuku memerintahkanku untuk menalaknya!" Abu Darda berkata, "Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda
"Orang tua adalah pintu surga yang paling tengah.Terserah maumu apakah menyia-nyiakan pintu itu ataukah memeliharanya."
 Salah satu hadits yang menunjukkan besarnya hak bapak adalah apa yang dikeluarkan oleh Imam Muslim dari Abu Huraira RA yang berkata, Rasulullah SAW bersabda:
"Seorang anak tidak bisa membalas budi orang tua, kecuali bila ia mendapati orang tuanya menjadi budak, lantas ia membeli dan memerdekakannya."
Maksudnya-wallahu a'lam- sebagaimana dikatakan oleh Imam Nawawi RA adalah, "Ia tidak akan bisa membalas budinya secara sepadan dengan cara berbuat haik dan menunaikan hak orang tuanya itu, kecuali dengan memerdekakannya."
 Untuk itu sudah seharusnya kita memprioritaskan orang tua kita yang sudah merawat kita dari bayi hingga sekarang..
Beginilah Hasil Berbaksi Kepada Orang Tua
Imam Ahmad mengeluarkan dengan sand shahil dari Aisyah RA yang berkata :"Rasulullah SAW bersabda, "suatu ketika aku tidur, bermimpi sedang berada di surga. Lantas, aku mendengar suara seseorang yang membaca Al-Qur'an. Aku pun bertanya, "Siapakah ini?" Mereka menjawab, " Ini Haritsah bini Nu'man." 'Begitulah berbkati itu, begitulah berbakti itu."
Haritsah adalah seorang yang sangat berbakti kepada ibunya.
Mari cerita sedikit tentang Haritsah, Haritsah bin al-Nu'man adalah anak dari al-Nu'man bin Nafi, buah pernikahannya dengan Ja'dah inti 'Ubaid bin Tsa'labah. Haritsah bin al-Nu'man lahir di Yatsrib (Madinah). Ia termasuk golongan Anshar yang menyambut kedatangan Rasulullah SAW dan para sahabat dari Mekkah (kaum Muhajirin).
Haritsah adalah keturunan Bani an-Najjar, salah satu kabilah terbesar suku Khazraj yang tinggal di sekitar masjid Nabawi, bahkan masjid itu dibangun di atas tanah milik mereka. Haritsah bin al-Nu'man mendapat julukam (laqab), Abu Abdillah.
Haritsah bin al-Nu'man tergolong sahabat karib Rasulullah Saw. IA IKUT SERTA PADA Perang Badar, Perang Uhud, Perang Khandaq dan seluruh peperangan lainnya bersama dengan Rasulullah SAW.
Aisyah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW sangat menghormati Haritsah. Dalam riwayat lain, Aisyah berkata, "Haritsah senantiasa memperlakukan orang tuanya dengan perlakuan terbaik."
Rasulullah SAW pun bersabda, "Kalian pun harus melakukan kebaikan seperti itu,"(Al-Birru washshilah-al jauzi). Maksudnya berbuat baik terhadap kedua orang tua.
Sang sahabat (Haritsah bin al-Nu'man) merupakan anak yang sangat berbakti kepada ibunya. Ia melayani ibunya dengan cinta kasih meski sang ibu telah lanjut usia. Dengan telaten ia menyuapi ibunya dengan tangannya sendiri. Suapan demi suapan makanan diberikan kepada ibunya.
Tak hanya itu, Haritsah juga gemar mebersihkan rambut ibunya, menyisir dan merapikannya. Saat sang ibu memintanya melakukan sesuatu, Haritsah segera dan selalu mematuhinya. Jangankan menolak, mempertanyakan perintah itu pun tidak.
Jika ada seseorang yang menyampaikan perintah sang ibu, Haritsah akan bertanya, "apa yang di inginkan ibuku?" Ia ingin memenuhi setiap keinginan ibunda. Karena itu, ia pun selalu menaati perintah ibunda selama perintah itu tak melanggar syariat agama.
Karena Bakti tulusnya, Rasulullah memipikan Haritsah berada di Surga. MasyaAllah, begitulah hasil berbakti kepada orang tua dengan tulus.
Penulis
Syifa Ul Janah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H