Lalu pada tahun 1990, sejarawan Onno Boonstra, Leen Breure, dan Peter Doorn menuliskan  bahwa sejarawan yang menolak menggunakan komputer karena menganggap kemajuan itu  tidak perlu, lalu ia mengabaikan area yang sangat luas dalam penelitian sejarah, makai a tidak  akan dianggap serius lagi kiprahnya.Â
Maka bukan hanya transformasi perpustakaan yang memiliki peranan atas terciptanya  ekosistem digital di era modern ini. Melainkan, eksistensi sejarah digital serta sejarawan digital  dalam wilayah ini pula menjadi syarat agar terciptanya ekosistem digital bagi masyarakat  information society yang akan mewarisi peradaban baru di hari esok. Â
Dengan demikian, sejarah digital akhirnya akan mampu menciptakan metodologi dan  epistemologi sejarah baru dengan melakukan negosiasi interdisipliner dengan perkembangan  zaman. Â
Keberadaan layanan perpustakaan digital seperti aplikasi Ipusnas, khastara, candil, I bagendit  (perpustakaan garut) merupakan satu kehadiran yang layak diapresiasi. Meskipun pada  kenyataannya ketersediaan literatur masih sangat terbatas.Â
Adanya konstelasi teknologi dan revolusi praktis penelitian sejarah akhirnya mendorong  proses diseminasi pengetahuan sejarah di kalangan masyarakat menjadi semakin mudah.  Karena ekosistem digital saat ini menyediakan ragam alternatif bagaimana informasi akan  sampai pada masyarakat luas. Â
Disamping keunggulan kemajuan peradaban digital yang mendorong kemudahan mengakses  informasi, tak ayal produk-produk digital ini menyediakan asupan informasi yang tidak sehat.  Maka Sejarah Digital dengan konstelasi teknologi yang ada adalah solusi untuk menjawab  tantangan atas kekosongan ruang-ruang penyedia literatur positif bagi kalangan information  society ini. Dengan demikian, hidupnya sejarah digital akan menyuburkan ekosistem digital  serta menyelamatkan peradaban moral sosial masyarakat informasi di masa yang akan  datang.
Sumber Pustaka:Â
Dougherty, J., & Nawrotzki, K. (t.t.). Writing History in the Digital Age. Kemman, M. (2021).
Trading Zones of Digital History. De Gruyter. Â https://doi.org/10.1515/9783110682106
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI