Mohon tunggu...
Syifa Susilawati
Syifa Susilawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pembelajar

Mahasiswi Sarjana - Sejarah Peradaban Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sikap Komunis terhadap Agama: Marx dan Lenin Bersabda

1 Maret 2023   19:23 Diperbarui: 1 Maret 2023   21:16 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: geotimes.com

Marxisme sebagai suatu ajaran maupun strategi perjuangan, dalam sejarah dunia belum pernah sekalipun membawa suatu bangsa, suatu masyarakat ke dalam kemakmuran dan keadilan.

Perlakuan rezim-rezim otoriter marxis di uni soviet, RRC, Kuba, Vitnam, Kamboja, dan sebagainya terhadap rakyatnya lebih banyak menyisakan cerita-cerita seram dan mengerikan dibanding dengan cerita keberhasilan marxis dalam membangun negara dan suatu bangsa yang merdeka.

Dalam risalah komunis, pertentangan kelas (class struggle) adalah satu masalah harus dihilangkan sama sekali (classless society)  demi tercapainya tatanan masyarakat tanpa kelas serta pemerintahan tanpa agama. Hal ini adalah geneologi ideologi yang serupa dan terus diwariskan oleh para penganut pemikiran komunis di berbagai negara di dunia.

Pada dasarnya, gerakan socialism-komunis atau bahkan kapitalis, menganggap bahwa harta benda merupakan tujuan utama untuk mencapai kebagagiaan. maka karena itulah ideologi-ideolog tersebut tergolong ideologi materislisme. Dalam pandangan islam, harta benda bukanlah sasaran dan tujuan utama yang seniai hidup dan mati , karena islam menempatkan proporsi harta benda sebagai perantaraan untuk kesejahteraan manusia.

Komunisme pada mulanya hanya berjuang untuk kepentingan ekonomi, namun dalam perkembangannya, berbeda dengan sosialisme; pejuangan ideologi komunis ialah perjuangan revolusioner untuk mengubah segala tatanan/segala aspek kehidupan.

Bagi kalangan masyarakat awam di Indonesia, komunisme mungkin hanya dikenal sebagai gerakan politik yang beberapa kali melakukan coup terhadap Republik. Baik pada tahun 1948 dengan pemberontakan madiun-nya hingga tahun 1965 dengan gerakan G30S/PKI nya. Dalam ingatan, barangkali ancaman komunis terdengar sebagai cerita-cerita pilu penuh kebengisan dengan watak tak kenal kemanusiaannya dalam memperjuangkan ideologi.

Selain dari bukti-bukti sejarah yang telah menunjukkan kegagalan dan ketidakmampuan komunisme menciptakan tata peradaban manusia. Pada sisi lainnya, mengapa komunisme "diglorifikasikan" sebagai isme yang paling dimusuhi baik oleh kalangan beragama khususnya Islam?

Mari kita perhatikan ungkapan Nabi komunis dibawah ini,

"Die Religion ist der Seufter tier bedriingten Kreatur; das Gemut einer erzlosen Welt,  wie sie tier Geist geistloser Zustiinde ist. Sie ist das Opium des Volkes.", demikian Karl Marx bersabda.

Artinya kurang lebih begini, Agama adalah keluh kesah makhluk tertindas, hati nurani dunia yang tidak berhati, tepat sebagaimana ia adalah jiwa dari keadaan yang tak berjiwa. Dia adalah candu rakyat.

Lenin, juru tafsir Marxisme dalam tulisannya melanjutkan, "Agama adalah candu rakyat. Kata-kta Marx ini merupakan seluruh pandangan dunia Marxisme terhadap agama. Marxisme menganggap semua agama dan Gereja, semua organisasi agama, apa pun juga, selalu merupakan alat-alat reaksioner borjuis untuk nielindungi penindasan dan pengisapannya akan kaum proletar."

Wij moeten de religie bestrijden. Dat is hee a.b.c. van het gehele materialisme, en bijgevolg ook van het Marxisme. Maar het Marxisme is geen materialisme, dat hij het a.b.c. is blijven stilstaan. Het Marxisme gaat verder. Het z.egt: men moet legen de religie weten te strijden, maar hiervoor moel men de oorsprong van het geloofen de religie byde massa's materialistisch verklaren. Dus; weg met de godsdienst, leve het atheisme, die voorbreiding van de atheistische opvatting is onze voornaamste taak

"Kita harus memerangi agama. Inilah abc. dari seluruh materialisme dan' oleh karena itu juga merupakan abc. dari Marxisme. Tetapi Marxisme bukanlah materialisme yang hanya tinggal diam sampai pada abc. itu saja. Marxisme harus maju terus. Ia berkata: kita harus mengetahui bagaimana memerangi agama, tetapi untuk itu orang harus menerangkan secara materialis akan sumber kepercayaan dan agama dari massa. Jadi: lenyaplah agama, hidup ateisme, penyebaran paham ateisme adalah tugas utama kita.

Agama adalah sejenis racun jiwa di mana budak-budak kapitalisme membenamkan nurani mereka untuk kehidupan yang layak".

"Kelas-kelas yang diisap tak bendaya, dalam peperangannya melawan kaum penindas, tak dapat tidak menghasilkan suatu kepercayaan tentang kehidupan sesudah mati yang lebih baik, sebagaimana orang-orang buas yang dalam peIjuangannya melawan alam, melahirkan kepercayaan akan dewa-dewa, setan-setan dan keajaiban-keaiaiban. Agama mengajarkan kaum fakir miskin yang bekelja keras supaya menyerahkan hidupnya dan menyabarkan dirinya dalam dunia ini dan menghibur mereka dengan harapan akan ganjaran surga"

Seperti itulah Marx-Leninis bersikap terhadap agama. Barat memandang Islam bukanlah sebagai agama yang hanya mengajarkan manusia bertopang dagu di masjid atau bertapa di gua-gua; Islam adalah tata hidup yang mengatur hubungan secara vertikal manusia -dalam konteks peribadatan kepada Allah juga mengatur hubungan horizontal antara manusia dengan sesama manusia. Islam tidak hanya mengajarkan manusia agar berdiam diri di masjid untuk menenteramkan jiwa, tetapi Islam juga menyuruh manusia untuk keluar masjid dalam rangka memenuhi kebutuhan dunianya agar seorang muslim dapat sanggup menyempurnakan ibadah kepada Allah secara sempurna. 

Maka wajar saja bila dalam catatan sejarah, permusuhan komunis terhadap Islam sedemikian besar. Sebagaimana yang disuguhkan dalam buku Banjir Darah. Karena Islam dipandang sebagai ancaman paling berbahaya bagi cita-cita ideologi yang tengah diperjuangkannya. Lebih lanjut, diantara banyak tokoh Islam yang secara serius melakukan perlawanan terhadap ideologi komunis, tokoh yang paling getol melawan ideologi komunis di Indonesia adalah KH Isa Anshary. 

Berdasarkan ungkapan kedua tokoh besar komunis itu, dapat kita simpulkan bahwa sejatinya Islam dan Komunis sebagai ideologi, masing-masing tidak akan pernah menemukan titik kesamaan arah dan cita-cita yang selaras. Keduanya berada di persimpangan jalan ideologi yang mau dengan bagaimanapun tidak akan bisa disatukan dalam berbagai tinjauan aspeknya. Islam menekankan bahwa kehidupan yang sejati hanya akan terwujud dengan pengimplementasian pedoman Ilahi (Alquran dan Sunnah) secara sempurna, sedangkan komunisme memandang bahwa agama adalah candu yang merusak. 

Islam memandang bahwa kesejahteraan manusia akan terwujud bila kaum "pemilik modal" dapat menunaikan kewajibannya terhadap "kaum buruh" dan kaum buruh memaksimalkan usahanya untuk senantiasa memperbaiki kedudukan ekonominya berdasarkan tatanan syariat yang sudah diatur dalam Islam. Sedangkan Komunis dengan paradigma utopisnya memandang bahwa kesejahteraan itu akan terwujud ketika suatu masyarakat tidak memiliki pertentangan kelas di dalam masyarakatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun