Lenin, juru tafsir Marxisme dalam tulisannya melanjutkan, "Agama adalah candu rakyat. Kata-kta Marx ini merupakan seluruh pandangan dunia Marxisme terhadap agama. Marxisme menganggap semua agama dan Gereja, semua organisasi agama, apa pun juga, selalu merupakan alat-alat reaksioner borjuis untuk nielindungi penindasan dan pengisapannya akan kaum proletar."
Wij moeten de religie bestrijden. Dat is hee a.b.c. van het gehele materialisme, en bijgevolg ook van het Marxisme. Maar het Marxisme is geen materialisme, dat hij het a.b.c. is blijven stilstaan. Het Marxisme gaat verder. Het z.egt: men moet legen de religie weten te strijden, maar hiervoor moel men de oorsprong van het geloofen de religie byde massa's materialistisch verklaren. Dus; weg met de godsdienst, leve het atheisme, die voorbreiding van de atheistische opvatting is onze voornaamste taak
"Kita harus memerangi agama. Inilah abc. dari seluruh materialisme dan' oleh karena itu juga merupakan abc. dari Marxisme. Tetapi Marxisme bukanlah materialisme yang hanya tinggal diam sampai pada abc. itu saja. Marxisme harus maju terus. Ia berkata: kita harus mengetahui bagaimana memerangi agama, tetapi untuk itu orang harus menerangkan secara materialis akan sumber kepercayaan dan agama dari massa. Jadi: lenyaplah agama, hidup ateisme, penyebaran paham ateisme adalah tugas utama kita.
Agama adalah sejenis racun jiwa di mana budak-budak kapitalisme membenamkan nurani mereka untuk kehidupan yang layak".
"Kelas-kelas yang diisap tak bendaya, dalam peperangannya melawan kaum penindas, tak dapat tidak menghasilkan suatu kepercayaan tentang kehidupan sesudah mati yang lebih baik, sebagaimana orang-orang buas yang dalam peIjuangannya melawan alam, melahirkan kepercayaan akan dewa-dewa, setan-setan dan keajaiban-keaiaiban. Agama mengajarkan kaum fakir miskin yang bekelja keras supaya menyerahkan hidupnya dan menyabarkan dirinya dalam dunia ini dan menghibur mereka dengan harapan akan ganjaran surga"
Seperti itulah Marx-Leninis bersikap terhadap agama. Barat memandang Islam bukanlah sebagai agama yang hanya mengajarkan manusia bertopang dagu di masjid atau bertapa di gua-gua; Islam adalah tata hidup yang mengatur hubungan secara vertikal manusia -dalam konteks peribadatan kepada Allah juga mengatur hubungan horizontal antara manusia dengan sesama manusia. Islam tidak hanya mengajarkan manusia agar berdiam diri di masjid untuk menenteramkan jiwa, tetapi Islam juga menyuruh manusia untuk keluar masjid dalam rangka memenuhi kebutuhan dunianya agar seorang muslim dapat sanggup menyempurnakan ibadah kepada Allah secara sempurna.Â
Maka wajar saja bila dalam catatan sejarah, permusuhan komunis terhadap Islam sedemikian besar. Sebagaimana yang disuguhkan dalam buku Banjir Darah. Karena Islam dipandang sebagai ancaman paling berbahaya bagi cita-cita ideologi yang tengah diperjuangkannya. Lebih lanjut, diantara banyak tokoh Islam yang secara serius melakukan perlawanan terhadap ideologi komunis, tokoh yang paling getol melawan ideologi komunis di Indonesia adalah KH Isa Anshary.Â
Berdasarkan ungkapan kedua tokoh besar komunis itu, dapat kita simpulkan bahwa sejatinya Islam dan Komunis sebagai ideologi, masing-masing tidak akan pernah menemukan titik kesamaan arah dan cita-cita yang selaras. Keduanya berada di persimpangan jalan ideologi yang mau dengan bagaimanapun tidak akan bisa disatukan dalam berbagai tinjauan aspeknya. Islam menekankan bahwa kehidupan yang sejati hanya akan terwujud dengan pengimplementasian pedoman Ilahi (Alquran dan Sunnah) secara sempurna, sedangkan komunisme memandang bahwa agama adalah candu yang merusak.Â
Islam memandang bahwa kesejahteraan manusia akan terwujud bila kaum "pemilik modal" dapat menunaikan kewajibannya terhadap "kaum buruh" dan kaum buruh memaksimalkan usahanya untuk senantiasa memperbaiki kedudukan ekonominya berdasarkan tatanan syariat yang sudah diatur dalam Islam. Sedangkan Komunis dengan paradigma utopisnya memandang bahwa kesejahteraan itu akan terwujud ketika suatu masyarakat tidak memiliki pertentangan kelas di dalam masyarakatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H