Dalam kondisi yang telah dialami oleh Taiwan dan Georgia, keduanya dianggap dan diakui sebagai negara yang berhasil. Meskipun keduanya mempunyai keterbatasan masing-masing, namun keduanya dapat memutuskan langkah-langkah serta kebijakan yang strategis untuk menahan serta mengurangi angka penyebaran covid-19 di negaranya.
Pelaksanaan diplomasi publik ditengah krisis covid-19 yang melanda dunia telah diakui dan dinilai dapat dimanfaatkan untuk memperkenalkan nilai-nilai tertentu. Sebagai bukti nyatanya yaitu Taiwan yang merupakan negara demokratis dianggap tidak akan mampu untuk menghadapi kasus penyebaran covid-19 yang pesat, namun Taiwan memberikan bukti nyata bahwa dengan adanya keterbukaan informasi, keterlibatan aktor non-negara, masyarakat dan transparasi ternyata lebih efektif dalam mengatasi penyebaran covid-19 dan penanggulangan krisis.
Beberapa pihak yang menganggap serta meragukan nilai 'keterbukaan' dan 'transparasi' dalam sistem demokrasi pun akhirnya mengakui bahwa nilai-nilai tersebut memiliki peran penting demi keberhasilan suatu negara dalam menekan angka penyebaran virus covid-19.
Pemanfaatan diplomasi publik dapat mendukung terbangunnya hubungan kerja sama antar negara. Sejak dianggap berhasil memerangi penyebaran Covid-19, Georgia menjadi mitra utama, khususnya Amerika Serikat dalam perang melawan Covid-19.
Sementara itu, Taiwan juga membuka peluang kerja sama dalam memerangi pandemi COVID-19, hal ini  dilakukan untuk memperbaiki kesalahpahaman  sebelumnya antara Taiwan dan  WHO. Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan, "Meski Taiwan telah secara tidak adil dicampakan oleh WHO dan PBB, kami tetap ingin memakai kekuatan kita di bidang manufaktur, pengobatan, dan teknologi untuk bekerja dengan dunia".