Mohon tunggu...
Syifa Nurbaeti Solihin
Syifa Nurbaeti Solihin Mohon Tunggu... Penulis - Writer Enthusiast

Mahasiswa Pendidikan yang memiliki semangat dalam mengambil peran untuk menebar kebaikan dengan segenap kemampuan. Bertanggung jawab dengan setiap langkah yang ditempuh serta senang mengeksplore diri melalui berbagai kegiatan guna menjaring relasi dan merajut wawasan. ‘Demi Islam Saya Berdiri’ adalah motivasi terbesar saya dalam setiap langkah. Menjelajahi alam, membaca buku, dan menulis semakin menyadarkan diri untuk terus berbagi arti meski dengan cara yang sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Himpitan Ekonomi Tak Melemahkan Prinsip Kemanusiaan

23 Juni 2022   08:40 Diperbarui: 24 Juni 2022   17:27 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pekerjaan yang digeluti oleh mbok Sri dan suaminya sangat telaten dan rapih. Seorang tetangganya menuturkan bahwa mbok Sri sangat gesit walau pun tubuhnya begitu ringkih. “mbok itu gesit, mba. Saya saja yang masih lebih muda gak bisa secekatan itu. Nyuci banyak, nyetrika banyak, tapi kuat banget,” Ungkap tetangga tersebut.

Di tengah himpitan ekonomi, mbo Sri juga dituntut untuk bisa mengelola keuangan. Pasalnya, setiap tahun ia dan keluarga harus membayar kontrakan sebesar Rp 7 juta. Hal itulah yang membuatnya harus bekerja tanpa henti. Dia harus rela menanggalkan waktu santai guna mendapatkan uang dan menyambung kehidupan. “Kerja gak ada libur, jadi kayak kerja rodi,” imbuhnya.

Mbok Sri dengan kepekaan dan kepeduliannya yang tinggi, seolah menjerumuskannya pada segudang pekerjaan tanpa henti bersama seorang majikan. 

Kendati demikian, mbok Sri tak pernah menyerah dalam menjalani hidup. Dia senantiasa optimis dalam bekerja dan mengais rezeki. Mbok Sri percaya rezeki yang ia peroleh sudah diatur sang pencipta. Dia pun meyakini rezeki setiap orang tak akan tertukar serta meyakini bahwa setiap kebaikan yang ia tanam menjadi bekalnya menuju surga.

Status sosial dan keterbatasan ekonomi tak mematahkan semangatnya dalam membantu sesama. Bisa dikatakan bahwa ia mempunyai jiwa sosial yang tinggi. Kepribadiannya yang ramah membuat tetangga nyaman berada di dekatnya. Tak heran, wanita paruh baya itu disenangi oleh lingkungannya walaupun sang majikan kerap tidak menyukainya.

saya baru sebulan tinggal tetanggan sama mbok Sri, tapi sudah dianggap seperti keluarga. Mbok Sri tuh bilang kalo tetangga itu harus saling menjaga. Ramah dan baik banget. Saya tuh kemarin sempat sakit dan langsung diurusi dan dibantu.  Pantas saya lihat anak-anak atau tetangga lainnya nyaman ngobrol atau apalah sama mbok Sri itu,” pungkas tetangganya.

Nasib mbok Sri bisa dikatakan berbeda dengan lansia lainnya. Namun, kebaikan dan kedermawanannya patut diapresi. Sebab, dia masuk ke dalam segelintir kelompok yang terpilih. Hanya sebagian orang yang mampu berbagi di tengah himpitan ekonomi. Ia adalah paruh baya yang menjunjung tinggi prinsip kemanusiaan, kepeduliannya mematahkan pahitnya sebuah pekerjaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun