Pekerjaan yang digeluti oleh mbok Sri dan suaminya sangat telaten dan rapih. Seorang tetangganya menuturkan bahwa mbok Sri sangat gesit walau pun tubuhnya begitu ringkih. “mbok itu gesit, mba. Saya saja yang masih lebih muda gak bisa secekatan itu. Nyuci banyak, nyetrika banyak, tapi kuat banget,” Ungkap tetangga tersebut.
Di tengah himpitan ekonomi, mbo Sri juga dituntut untuk bisa mengelola keuangan. Pasalnya, setiap tahun ia dan keluarga harus membayar kontrakan sebesar Rp 7 juta. Hal itulah yang membuatnya harus bekerja tanpa henti. Dia harus rela menanggalkan waktu santai guna mendapatkan uang dan menyambung kehidupan. “Kerja gak ada libur, jadi kayak kerja rodi,” imbuhnya.
Mbok Sri dengan kepekaan dan kepeduliannya yang tinggi, seolah menjerumuskannya pada segudang pekerjaan tanpa henti bersama seorang majikan.
Kendati demikian, mbok Sri tak pernah menyerah dalam menjalani hidup. Dia senantiasa optimis dalam bekerja dan mengais rezeki. Mbok Sri percaya rezeki yang ia peroleh sudah diatur sang pencipta. Dia pun meyakini rezeki setiap orang tak akan tertukar serta meyakini bahwa setiap kebaikan yang ia tanam menjadi bekalnya menuju surga.
Status sosial dan keterbatasan ekonomi tak mematahkan semangatnya dalam membantu sesama. Bisa dikatakan bahwa ia mempunyai jiwa sosial yang tinggi. Kepribadiannya yang ramah membuat tetangga nyaman berada di dekatnya. Tak heran, wanita paruh baya itu disenangi oleh lingkungannya walaupun sang majikan kerap tidak menyukainya.
“saya baru sebulan tinggal tetanggan sama mbok Sri, tapi sudah dianggap seperti keluarga. Mbok Sri tuh bilang kalo tetangga itu harus saling menjaga. Ramah dan baik banget. Saya tuh kemarin sempat sakit dan langsung diurusi dan dibantu. Pantas saya lihat anak-anak atau tetangga lainnya nyaman ngobrol atau apalah sama mbok Sri itu,” pungkas tetangganya.
Nasib mbok Sri bisa dikatakan berbeda dengan lansia lainnya. Namun, kebaikan dan kedermawanannya patut diapresi. Sebab, dia masuk ke dalam segelintir kelompok yang terpilih. Hanya sebagian orang yang mampu berbagi di tengah himpitan ekonomi. Ia adalah paruh baya yang menjunjung tinggi prinsip kemanusiaan, kepeduliannya mematahkan pahitnya sebuah pekerjaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H