Mohon tunggu...
Syifa Nahda Aqila
Syifa Nahda Aqila Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa PPG Calon Guru Tahun 2024

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pembelajaran Berdiferensiasi pada Pembelajaran Matematika di Kurikulum Merdeka

26 Desember 2024   17:01 Diperbarui: 29 Desember 2024   20:40 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Prinsip-prinsip Pembelajaran Berdiferensiasi Sumber : (Purba et al., 2021)

PENDAHULUAN

Peserta didik dibimbing untuk menjadi seseorang yang lebih baik daripada sebelumnya merupakan tujuan utama dari suatu pendidikan, karena pendidikan merupakan hal utama dalam pembentukan karakter peserta didik, sehingga pendidikan dapat membuat peserta didik menjadi pribadi yang lebih baik daripada sebelumnya. Pendidikan dapat dijadikan sebuat alat untuk menciptakan atau menghasilkan individu yang bertumbuh dan sisi lain yang dapat dilihat adalah nilai sosial, intelektual, dan moral (Gaspersz et al., 2023). Guru sebagai seorang pendidik memiliki tanggung jawab yang besar terhadap perubahan tingkah laku dari peserta didik. Pendidikan menjadi sebuah proses untuk mengubah tingkah laku peserta didik menjadi manusia yang mandiri dimanapun peserta didik tersebut berada. Pendidikan tidak hanya pada aspek intelektual saja, melainkan juga menekankan proses pembinaan kepribadian peserta didik secara menyeluruh. Maka dari itu, pendidikan perlu didukung oleh kurikulum yang diterapkan dalam sistem pendidikan nasional agar pendidikan dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Salah satu cara untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia adalah kegiatan pembelajaran yang dirancang dan disusun secara sistematis dan terstruktur. Dalam kegiatan pembelajaran, guru memiliki peran penting agar kegiatan pembelajaran berhasil mencapai tujuan dari pembelajaran tersebut. Guru tidak hanya sebagai pengajar saja, melainkan juga harus dapat membentuk karakter, moral, dan budaya bagi peserta didik (Wardani, 2022). Sebagai teladan, guru harus memberikan contoh yang baik kepada peserta didik dalam mewujudkan perilaku yang berkarakter yang meliputi olah pikir, olah hati, dan olah rasa. Di lingkungan sekolah, tidak hanya guru yang memiliki peran untuk menanamkan pendidikan karakter kepada peserta didik, namun seluruh warga sekolah mempunyai tanggung jawab yang sama. Setiap mata pelajaran yang ada di sekolah dapat mengintegrasikan pendidikan karakter untuk peserta didik. Guru dapat mengarahkan serta menuntun peserta didik dengan tidak memaksa agar peserta didik dapat menggali potensi yang dimiliki, dan peserta didik dapat menjadi manusia yang merdeka batinnya, pikirannya, serta tenaganya dan mereka dapat menjadi manusia yang berguna bagi nusa, bangsa, dan agama sehingga bisa mengangkat derajat negara (Nita et al., 2023). Menurut (Alang, 2014) guru yang profesional dan berkompeten harus memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

Pembelajaran matematika merupakan sebuah proses peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir dalam memecahkan sebuah permasalahan yang diberikan (Gusteti & Neviyarni, 2022). Dengan mengikuti pembelajaran matematika dapat membantu peserta didik meningkatkan kemampuannya dalam membangun konsep-konsep matematika. Matematika dapat dijadikan sebuah alat untuk peserta didik itu berpikir, berkomunikasi, dan memecahkan sebuah permasalahan. Dalam kegiatan belajar, peserta didik diberikan kesempatan untuk berpartisipasi aktif, bertanya, dan menyampaikan pendapat untuk mengembangkan kemampuan matematis yang dimiliki oleh peserta didik. Metode, strategi, dan model pembelajaran dalam pembelajaran matematika harus disesuaikan dengan materi dan kebutuhan belajar peserta didik

Pandemi covid-19 merupakan salah satu hal yang turut mengubah paradigma pembelajaran di Indonesia. Hal yang utama dalam proses pembelajaran adalah menyesuaikan kebutuhan belajar peserta didik dengan melakukan test diagnostik awal, yaitu diagnostik kognitif dan non-kognitif, terhadap keadaan psikis, latar belakang, dan kesiapan belajar peserta didik, namun saat pandemi covid-19 pembelajaran dilakukan secara daring (dalam jaringan) dengan mengabaikan keberagaman yang dimiliki oleh peserta didik (Safarati & Zuhra, 2023). Upaya pemerintah dalam memulihkan kondisi pendidikan di Indonesia saat ini adalah dengan mengimplementasikan kurikulum Merdeka. Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum yang merancang proses pembelajaran dengan mempertimbangkan segala tahap perkembangan dan tingkat pencapaian peserta didik sesuai dengan kebutuhan belajar. Kurikulum ini telah direalisasikan sejak tahun 2021, dengan diluncurkannya program sekolah penggerak sebagai episode ketujuh dari program besar Merdeka belajar dari Kementerian Pendidikan, dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Fitra, 2022). Salah satu upaya dalam mengembangkan konsep merdeka belajar yaitu dengan menggunakan pembelajaran Berdiferensiasi agar guru dapat merancang sebuah kegiatan pembelajaran berdasarkan kebutuhan dan kesiapan belajar peserta didik.

ISI

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pendekatan yang melihat perbedaan dari masing-masing individu dan mengakui keragaman yang dimiliki oleh peserta didik. Pembelajaran ini bukan pembelajaran yang mengindividukan peserta didik, tetapi lebih menjadikan pembelajaran yang menyesuaikan kebutuhan peserta didik melalui pembelajaran yang independent dan memberikan kesempatan belajar yang maksimal kepada peserta didik (Gusteti & Neviyarni, 2022); (Marlina, 2020). Pembelajaran berdiferensiasi dalam kurikulum Merdeka digunakan sebagai alternatif untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran (Hanif Evendi et al., 2023).

Menurut (Fauzi et al., 2023); (Handoko, 2024) tiga elemen yang harus diperhatikan dalam pembelajaran berdiferensiasi, antara lain (1) Content (Konten), mengacu pada apa yang dipahami dan dipelajari oleh peserta didik, (2) Proses, cara peserta didik untuk mendapatkan informasi dan membuat ide mengenai hal yang sedang dipelajari, dan (3) Product (Produk), hasil atau karya yang peserta didik buat sesuai dengan apa yang telah mereka pelajari. Hasil yang telah mereka buat, akan di demonstrasikan di depan kelas. Berdasarkan (Purba et al., 2021) tujuan khusus dari pengembangan pembelajaran berdiferensiasi adalah memberikan contoh terkait penerapan yang dapat dilakukan pada tingkat sekolah dasar dan menengah tentang cara mengakomodasi perbedaan yang dimiliki oleh peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran pada kurikulum Merdeka.

Tomlinson menjelaskan tentang 5 prinsip dasar yang berkaitan dengan pembelajaran berdiferensiasi, yaitu   :

  • Lingkungan belajar

Lingkungan belajar meliputi lingkungan fisik sekolah dan kelas. Di mana guru harus dapat menata susunan kelas agar lingkungan belajar menjadi nyaman untuk digunakan, seperti menata kursi dan semua yang ada di dalam kelas dengan rapi dan teratur sesuai dengan kondisi kelas tersebut. Selain itu, lingkungan kelas yang bersih dan nyaman akan membuat peserta didik lebih bersemangat dalam proses menuntut ilmu.

  • Kurikulum yang berkualitas

Kurikulum merupakan suatu rencana pembelajaran yang dibuat secara sistematis dan terstruktur. Kurikulum yang berkualitas harus memiliki sebuah tujuan agar guru dapat membantu peserta didik untuk mencapai tujuan akademiknya.

  • Asesmen berkelanjutan

Guru menggunakan asesmen diagnostik pada awal pembelajaran untuk mengetahui kemampuan awal, kesiapan, dan kebutuhan belajar peserta didik. Selanjutnya, pada proses pembelajaran guru menggunakan asesmen formatif untuk mengetahui ketercapaian terhadap materi yang telah dipelajari. Pada akhir pembelajaran, guru memberikan asesmen sumatif untuk mengetahui sejauh mana ketercapaian dari tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Asesmen yang dilakukan secara berkala dan berkelanjutan dapat membantu guru untuk mengetahui hasil dari proses belajar peserta didik.

  • Pengajaran responsif

Dalam setiap proses pembelajaran, penilaian akhir yang digunakan oleh guru berfungsi untuk menemukan kekurangan dalam membimbing peserta didiknya untuk memahami isi materi pelajaran. Pengajaran resposif berfokus pada kebutuhan dan tingkat pemahaman peserta didik.

  • Kepemimpinan dan rutinitas kelas

Guru yang profesional dapat mengelola dan mengondisikan peserta didik dengan efektif. Kepemimpinan disini dapat disebut sebagai teknik bagi guru untuk membantu peserta didik mematuhi pelajaran dan aturan yang telah ditetapkan di kelas. Sedangkan rutinitas kelas, disebut juga sebagai kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru untuk memberikan arahan dengan benar melalui contoh yang diterapkan dan dilakukan pada rutinitas sehari-hari.

Berdasarkan pendapat (MS, 2023) pembelajaran berdiferensiasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut, antara lain lingkungan belajar yang dapat membuat peserta didik melakukan kegiatan belajar dengan baik, memiliki tujuan pembelajaran yang jelas, melakukan asesmen yang berkelanjutan untuk mengetahui proses belajar peserta didik, guru memberikan respon yang baik terhadap kebutuhan belajar peserta didik, dan guru dapat memanajemen kelas secara efektif. Pembelajaran berdiferensiasi dapat diintegrasikan dengan beberapa model pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum Merdeka, dimana mengharuskan pembelajaran berpusat kepada peserta didik seperti menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), dan Project Based Learning (PjBL). Model pembelajaran tersebut dapat disesuaikan dengan gaya belajar peserta didik, dan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik (Ayu Sri Wahyuni, 2022). Pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran berdiferensiasi sangat efektif, karena peserta didik menjadi lebih paham dan membuat pembelajaran lebih menarik karena menggunakan media yang sesuai dengan gaya belajar masing-masing (Aprima & Sari, 2022).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun