Mohon tunggu...
Syifa Maisarah
Syifa Maisarah Mohon Tunggu... Administrasi - administrasi

fresh Graduate

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Digitalisasi Sektor Pertanian, Strategi Meningkatkan Produktivitas Pertanian Berkelanjutan di Sulawesi Tenggara

9 Agustus 2022   19:52 Diperbarui: 10 Agustus 2022   22:23 1291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: laporan Perekonomian Provinsi Sultra Tahun 2022

 ABSTRAK

Digitalisasi pertani di Sultra merupakan strategi yang tepat untuk diimplementasikan oleh petani di masa adaptasi new normal pasca pandemi covid-19. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui digitalisasi pertanian mampu meningkatkan produktivitas pertanian berkelanjutan di Sultra. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori digitalisasi dan teori pertanian berkelanjutan. Metode dalam penelitian ini adalah kualitatif pendekatan deskriptif dengan sumber data diperoleh dari data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi teknologi di sektor pertanian di Sultra sudah berhasil di terapkan oleh petani melalui pendampingan oleh pemerintah. Penggunaan konsep digital eco farming di kalangan petani Sultra telah meningkatkan hasil panen padi serta dengan biaya produksi yang rendah mampu menghasilkan gabah yang berkualitas. Digitalisasi pertanian dapat memberikan manfaat bagi petani, terutama dalam meningkatkan produktivitas pertanian serta tepat sasaran dalam rangka mendukung program pemerintah menjadikan lumbung pangan dunia menuju Indonesia emas di tahun 2045.

Kata Kunci:  Produktivitas, Pertanian Berkelanjutan

PENDAHULUAN

Latar belakang

Indonesia adalah negara agraris yang memberi konsekwensi pertumbuhan kehidupan hampir keseluruh masyarakat, oleh karena itu perlu adanya perhatian dari pemerintah pada sektor pertanian yang akan berimbas pada perekonomian nasional yang stabil dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Di era digital 4.0 semua sektor telah menerapkan teknologi, termasuk juga pertanian sehingga inovasi dan teknologi pertanian merupakan salah satu kebijakan pemerintah untuk memperlancar dan mempercepat laju pembangunan pertanian yang berkelanjutan. Selain itu upaya pemerintah menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia dengan target realisasi pada 2045 terus dilakukan melalui pemanfaatan ratusan ribu hektar rawa yang dialihfungsikan sebagai lahan pertanian produktif untuk mendorong kesejahteraan petani. Produktivitas pertanian yang tinggi dapat menjamin ketahanan pangan masyarakat sehingga mampu mencapai kembali swasembada pangan seperti di tahun 1984.

Sulawesi Tenggara (Sultra) menjadi salah satu daerah pendukung untuk menjadikan Indonesia menuju lumbung pangan dunia. Wilayah ini memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah. Didukung letak geografisnya yang terdiri dari pantai dan pegunungan, provinsi ini menyimpan potensi ekonomi yang besar yang tidak kalah dengan potensi apa pun di belahan dunia. Potensi tersebut jika dikelola secara optimal akan memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakatnya. Salah satu cara mengelola potensi ekonomi di daerah tersebut dengan melakukan analisis untuk mengidentifikasi sektor-sektor ekonomi yang memiliki potensi besar.

Salah satu sektor  yang menjadi ungulan di Sultra adalah sektor pertanian. Berdasarkan data per Ferbruari 2022 menunjukkan sebanyak 31,01% dari total tenaga kerja bekerja di sektor ini. Namun kecenderungan akan bertahannya sektor pertanian di Sultra dalam jangka panjang mulai terancam. Sehingga sektor pertanian harus mampu mengimpelementasikan pertanian berkelanjutan secara ekologis serta berkontribusi lebih efektif mengurangi kemiskinan dan kekurangan gizi. Berdasarkan data dari Studi Status Gizi Indonesi (SSGI) tahun 2021, di Sultra juga masih ditemukan beberapa kasus kekurangan gizi, seperti anak balita pendek (stunting) dan balita kurus (wasting) sehingga provinsi ini menjadi daerah prevalensi stunting tertinggi di Indonesia. Angka stunting di sulawesi Tenggara berada di atas rata-rata nasional yaitu 30,02%, sementara angka stunting nasional mencapai 24,4%. Oleh karena itu kemiskinan dan kelaparan harus diberantas pada generasi mendatang dengan mendorong petani untuk memanfaatkan teknologi pertanian yang ramah lingkungan sehingga dapat memutar roda perekonomian, memberikan kesejahteraan bagi petani serta mampu meminimalisir angka stunting di Sultra.

Gambar 1.1 Sektor Pertanian Menyerap Tenaga Kerja Terbesar di Sultra

Rumusan masalah

Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan untuk dikaji lebih lanjut dalam penelitian ini sebagai berikut:

  • Bagaimanakah keberhasilan teknologi tepat guna dalam mendorong produktivitasi pertanian berkelanjutan di Sultra?
  • Apasaja peluang dan hambatan dalam memanfaatkan teknologi digital bagi petani di Sultra?

Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai permasalahan yang di teliti:

  • Untuk mengetahui keberhasilan teknologi tepat guna dalam mendorong produktivitasi pertanian berkelanjutan di Sultra.
  • Untuk mengetahui peluang dan hambatan dalam memanfaatkan teknologi digital bagi petani di Sultra.

TINJAUAN PUSTAKA

Teori Digitalisasi 

Digitalisasi adalah proses pengalihan informasi menggunakan teknologi digital, sehingga informasi bisa diperoleh dan ditransmisikan melalui peralatan dan jaringan internet. Brennen dan Kries (2010), mengemukakan digitaliasi merupakan penggunaan teknologi digital dan data-data yang telah terdigitisasi untuk memengaruhi cara penyelesaian sebuah pekerjaan, mengubah cara interaksi perusahaan/pelanggan serta menciptakan aliran pendapatan baru (secara digital). Tujuan dari digitalisasi adalah untuk membantu masyarakat dalam memudahkan segala aktivitas dan pekerjaan sehari-hari.

Teori Pembangunan Berkelanjutan

Pertanian berkelanjutan merupakan pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbaharui dan sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui untuk proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin (pertanian yang ramah lingkungan). Sehingga pertanian keberlanjutan ini mampu memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan generasi masa depan.  Dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 2019 tentang Sistem Budidaya Pertanian Berkelanjutan menjelaskan bahwa sistem pembangunan berkelanjutan perlu di implementasikan dalam pembangunan di bidang pertanian melalui sistem budidaya pertanian untuk mencapai kedaulatan pangan dengan memperhatikan daya dukung ekosistem, mitigasi, dan adaptasi perubahan iklim guna mewujudkan sistem pertanian yang maju, efisien, tangguh, dan berkelanjutan. Menurut Martin (2016), salah satu upaya untuk mewujudkan pertanian berkelanjutan adalah dengan pengembangan pola bertani dengan memerhatikan ekosistem lahan dan potensi suatu wilayah.

Kegiatan pembangunan dinyatakan berkelanjutan, jika kegiatan tersebut secara ekonomis, ekologis dan sosial bersifat berkelanjutan. Berkelanjutan secara ekonomis berarti suatu kegiatan pembangunan harus dapat membuahkan pertumbuhan ekonomi dan penggunaan sumber daya serta investasi secara efisien. Berkelanjutan secara ekologis mengandung arti bahwa kegiatan tersebut harus dapat mempertahankan integritas ekosistem, memelihara daya dukung lingkungan. Sementara itu berkelanjutan secara sosial, mensyaratkan bahwa suatu kegiatan pembangunan hendaknya dapat menciptakan pemerataan hasil-hasil pembangunan, mobilitas sosial dan pengembangan kelembagaan.

Tujuan pertanian berkelanjutan yaitu (1) Menjaga atau dan meningkatkan keutuhan sumberdaya alam lahan dan melindungi lingkungan, (2) Menjamin penghasilan bagi petani, (3) Menjamin konservasi energy, (4) Meningkatkan produktivitas, (5) Meningkatkan kualitas dan keamanan bahan pangan, dan (6) Menciptakan keserasian antara petani dan faktor sosial ekonominya. Pertanian berkelanjutan juga harus bisa menjamin ketahanan pangan bagi rakyat dan bangsanya.

DATA DAN METODOLOGI

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Penulis berusaha mendeskripsikan peristiwa yang menjadi fokus penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas terkait dengan objek yang ingin di teliti sehingga dapat digunakan untuk menjawab permasalahan yang ada. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari data sekunder melalui kajian pustaka. Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung. Data yang di gunakan dalam penelitian ini bersumber dari buku, jurnal, skripsi, media massa elektronik, internet, Undang-Undang, serta dokumen yang berhubungan dengan penelitian.

HASIL

Keberhasilan Teknologi Dalam Mendorong Produktivitasi Pertanian Berkelanjutan Di Sultra

Konsep pengembangan pertanian yang banyak dikembangkan pada saat ini adalah konsep pertanian cerdas (smart farming) yang berorientasi pada pertanian berkelanjutan (precision agriculture). Bertujuan untuk melakukan optimalisasi berupa peningkatan hasil (kualitas dan kuantitas) dan efisiensi penggunaan sumber daya yang ada. Ditengah pesatnya perkembangan teknologi pertanian, beberapa wilayah di Indonesia seperti Kota Denpasar, Cilacap dan Ngawi telah menerapkan teknologi pertanian dan memiliki produktivitas rata-rata Nasional. Tingginya produktivitas pertanian seperti padi di daerah ini merupakan hasil dari pemanfaatan teknologi pertanian produksi tepat guna seperti teknologi digital farming, penggunaan Varietas Unggul Baru (VUB) dan proses pemupukan yang tepat. Termotivasi dari pengembangan program di beberapa daerah tersebut, Pemerintah Sultra bersama dengan dinas terkait berupaya meningkatkan pengembangan produktivitas pertaniannya. Upaya tersebut dilakukakan dengan mengimplementasikan digitalisasi ke sektor pertanian. 

Digitalisasi pertanian di Sultra merupakan strategi yang tepat untuk diimplementasikan oleh petani karena sektor pertanian di Sultra menjadi kekuataan ekonomi Indonesia Timur dan telah berhasil menyumbang nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) serta lapangan pekerjaan yang besar, meskipun angka ini semakin menurun setiap tahunnya. Sektor pertanian masih menjadi sektor terbesar dengan pangsa terhadap PDRB Sultra sebesar 24,78% diikuti oleh sektor pertambangan (sumber: laporan Perekonomian Provinsi Sultra Mei Tahun 2022).

Banyaknya penduduk yang bekerja di sektor unggulan tidak menjadikan kesejahteraan masyarakat Sultra meningkat. Tingkat kemiskinan di Sultra masih berada diatas rata-rata nasional, dengan porsi terbesar adalah masyarakat di perdesaan.  Sehingga dengan adanya penerapan teknologi digital akan meningkatkan pertumbuhan PDRB sektor pertanian, dan juga meningkatkan produktivitas hasil pertanian serta nilai tambah petani.

Salah satu langkah yang dilakukan oleh Pemerintah Sultra adalah meluncurkan aplikasi Geospasial Sistem Informasi Prasarana dan Sarana Pertanian (GININFOSP) pada tahun 2021. Aplikasi ini bertujuan untuk memudahkan petani dalam mengakses informasi terkait prasarana dan sarana pertanian. Sehingga petani akan lebih mudah saat mencari lokasi kios pupuk dengan satu klik di aplikasi tersebut dan dapat mempercepat produktifitas pertanian di Sultra.

Selain itu, pemerintah juga telah memperkenalkan digital farming kepada petani. Teknologi ini sebagai program agar petani dapat mengelola sektor pertanian dengan berbasis bantuan digital agroteknologi sejak dini. Dengan digital farming ini, petani dapat menggunakan berbagai teknologi dan aplikasi untuk meminimalkan risiko yang menyebabkan gagal panen. Digital farming menggunakan bantuan alat sensor tanah dan udara bernama RiTx dan ponsel berbasis android yang dapat menjangkau minimal 10 hektare lahan pertanian.  Setiap lima menit sekali, RiTx bertani akan memberikan informasi apa yang terjadi di lahan pertanian meskipun si petani sedang berada di luar daerah. Aplikasi ini sangat bermanfaat bagi petani di Sultra, dikarenakan juga mampu memberikan informasi terkait prediksi cuaca, maupun jadwal pemupukan yang baik dilakukan oleh petani.

Digital eco farming merupakan suatu konsep pengelolaan pertanian secara organik yang didukung oleh penggunaan platform yang dikonektivitaskan dengan perangkat teknologi seperti Smartphone. Dalam perkembangannya, konsep ini diintegritaskan dengan usaha peternakan/ integrated digital eco farming. Tujuannya untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi tahap persiapan tanam, pengelolaan budidaya panen, hingga paska panen sehingga akan meningkatkan produktivitas lahan pertanian.

Salah satu daerah di Sultra yang berhasil mengimplementasikan konsep integrated digital eco farming adalah Desa Langgomea, Kecamatan Wepai, Kabupaten Konawe di tahun 2021. Keberhasilannya dalam menerapkan konsep ini mampu menciptakan lokasi agrowista terpadu yang bernam Taman Edukasi Jiwa Asri yang mengintegrasikan budidaya padi organik, pengembangan tanaman holtikultura, peternakan, dan budidaya ikan air tawar. Sehingga konsep ini mampu mendorong terciptanya model zero waste dengan tingkat produktivitas yang lebih tinggi.

Keberhasilan konsep digital eco farming yang diterapkan di Desa Langgomea, menjadikan daerah lainnya di Sultra yaitu Desa Mokupa, Kecamatan Lambandia, Kabupaten Kolaka Timur juga ikut menerapkan konsep tersebut. Untuk melihat tingkat keberhasilan penerapan konsep tersebut sebagai bahan pembanding maka demplot dibagi menjadi tiga bagian yaitu, demplot organik (pemupukan padat dan urine ternak sapi), demplot organik (pemupukan urine sapi, dan demplot anorganik dengan luas masing-masing 0,5 Ha. Berdasarkan hasil panen padi sawah pada ketiga demplot menunjukkan bahwa demplot organik (pemupukan padat dan urine ternak sapi) memiliki produktivitas lebih tinggi dibandingkanya demplot yang lain. Selain itu, dengan biaya produksi yang rendah mampu meningkatkan kualitas gabah yang berkualitas dibandingkan dengan biaya produksi demplot lainnya sehingga akan mendapatkan keuntungan yang optimal. Sehingga secara keseluruhan implementasi digital eco farming ini mampu meningkatkan produktivitas lahan dari 5 ton/Ha menjadi 6 ton/Ha.

Tabel 1.1 Perbandingan Analisis Usaha 3 Demplot Percontohan untuk Luas 1 Ha tahun 2021

Jenis demplotHarga /KgTotal biaya produksiBenefit-Cost RatioAnorganik3.3006.910.0001,87Pupuk organik cair5.0004.420.0006,94Pupuk organik cair dan padat5.0003.930.0006,73

Sumber: olah data dari laporan Perekonomian Provinsi Sultra Tahun 2021

Sehingga kedepannya program ini perlu didorong untuk perluasan ke berbagai wilayah sentra padi di Sultra untuk meningkatkan produktivitas lahan yang optimal. Penggunaan pupuk organik dalam meningkatkan produktivitas pertanian di Sultra merupakan salah satu langkah dalam mewujudkan pertanian berkelanjutan yang mampu memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan generasi masa depan dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin. Hal ini sesuai dengan salah satu nawacita Presiden Jokowi-Ma’ruf Amin periode 2020-2024 yaitu “mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan”.

Melalui digitalisasi pertanian akan membantu para petani di Sultra menjadi melek digital sehingga mampu memanfaatkan teknologi dengan baik dan menjaga daerah pertaniannya dengan ramah. Adanya teknologi akan meningkatkan hasil produktivitas yang mampu memberikan kesejahteraan bagi petani sehingga terciptanya ketahanan pangan yang handal di Sultra.

Peluang Dan Hambatan Dalam Memanfaatkan Teknologi Digital Bagi Petani Di Sultra

Bila ditinjau dari ketersediaan sumberdaya maka peluang pengembangan sistem pertanian di Sultra cukup besar. Komoditas pertanian yang ada di Sultra dikelompokkan kedalam komoditas pertanian, perkebunan, hortikultura dan peternakan. Dengan mengimplementasikan konsep digital eco farming akan meningkatkan produktivitas hasil panen, dengan biaya produksi yang rendah akan menghasilkan gabah yang berkualitas. Adanya konsep digital ini akan memudahkan petani dalam melakukan penjualan hasil pertaniannya karena dapat mempromosikan melalui aplikasi pertanian yang terintegrasi di smartphone. Peluang lainnya yaitu seluruh limbah dari kotoran hewan dan tanaman dapat didaur ulang sehingga dapat dimanfaatkan kembali ke dalam siklus produksi seperti dijadikan pupuk organik atau pakan hewan ternak. Sehingga pemanfaatan ini akan melindungi linkungan tanpa menghambat pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sultra mencatat bahwa adanya peningkatan jumlah ekspor setiap tahunnya di Sultra. Nilai ekspor di Sultra sampai Juni 2022 terus bertumbuh. Meskipun ekspor di dominasi oleh sektor pertambangan. Sementara itu, kegiatan ekspor di Sultra sudah dapat dilakukan dari pelabuhan Kendari langsung ke beberapa negara tujuan. Hal ini akan membantu petani dalam mengekspor komoditas pertaniannya ke mancanegara.

Sementara hambatan yang dialami oleh petani di Sultra dalam meningkatkan produktivitasnya dan mewujudkan pertanian berkelanjutan yaitu selain minat generasi muda terhadap pertanian yang rendah dan lahan pertanian produktif juga semakin terbatas karena beralih fungsi untuk pembangunan seperti yang terjadi di Kota Kendari. Penggunaan teknologi juga masih terbilang minim di kalangan petani Sultra seperti yang terjadi di Desa Tanjung Batu Kecamatan Kabawo, Kabupaten Muna. Ini disebabkan tidak efektifnya kegiatan penyuluhan dan kurangnya inisiatif petani untuk mencari dan menerima inovasi baru. Sehingga banyak petani di Sultra masih hidup dalam garis kemiskinan. Garis kemiskinan pada September 2021 tercatat mengalami peningkatan sebesar 11,74%. Maraknya petani yang menggunakan pestisida dan pupuk kimia juga mengancam keberlangsungan pertanian yang ramah lingkungan di Sultra. Rendahnya pengetahuan terkait pupuk organik yang sering dianggap produktivitasnya rendah. Kondisi ini tentu mengakibatkan terancamnya lingkungan serta nilai jual produk pertanian rendah.

Hambatan lainnya yang dihadapi oleh petani di Sultra adalah terkait proses ekpor. Potensi hasil pertanian di sultra belum dapat di ekspor langsung dari sultra tetapi dikirim terlebih dahulu ke daerah lain seperti ke Surabaya, Jawa Timur pada dua tahun belakang. Hal ini akan menjadi kendala bagi petani di Sultra karena membutuhkan biaya yang besar untuk mengeskpor komoditas pertaniannya. Meskipun sebagai daerah agraris, di tahun 2022 Pemerintah Sultra juga terus melakukan impor komoditas pertanian dari luar negeri seperti bawang putih, kedelai, bahkan beras untuk memenuhi permintaan di daerahnya. Hal ini di sebabkan masih rendahnya ketersediaan produktivitas komoditas di daerah sehingga harus di impor dari wilayah lain. Di tahun 2022 berdasarkan pangsanya, impor di Sultra didominasi oleh barang baku  dan konsumsi sebesar 89,83 % kemudian diikuti oleh impor barang modal sebesar 10,17%.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa salah satu langkah memajukan perekonomian daerah harus difokuskan pada sektor-sektor yang merupakan potensial di daerah. Sektor pertanian merupakan sektor potensial di Sultra yang memiliki peranan besar dan strategis dalam pembangunan perekonomian di Sultra sehingga juga berdampak pada pembangunan nasional. Digitalisasi pertanian merupakan strategi yang tepat untuk diimplementasikan di era digital 4.0 di Sultra. Sehingga dengan pemanfaatan teknologi digital secara optimal mampu memberikan informasi tentang komoditas pertanian, kebutuhan pasar, luas wilayah tanam serta informasi perkiraan masa panen dengan cepat dan akurat.

Adapun rekomendasi penulis dalam meminimalisir permasalahan yang terjadi yaitu:

  • Pemerintah Sultra perlu meminta warga khususnya petani di daerah untuk tidak mengalihfungsikan lahan pertanian menjadi lahan permukiman. Sebab kenyataan di lapangan saat ini lahan pertanian yang ada di kota itu semakin berkurang akibat alih fungsi.
  • Perlunya memperkenalkan teknologi digital di sektor pertanian kepada petani Sultra salah satunya melalui penyuluh pertanian. Peran penyuluh pada dasarnya tidak hanya sekedar memperkenalkan teknologi kepada petani, melainkan juga meningkatkan kapasitas petani agar mampu secara mandiri dalam menjalankan usahanya. Sehingga dengan meningkatnya pengetahuan terkait teknologi, petani mampu memberikan kontribusi yang besar dalam meningkatkan hasil pertaniannya dan membantu pemerintah dalam mengurangi kemiskinan dan kekurangan gizi di Sultra.
  • Pemerintah harus mengenjot milenial untuk tertarik dengan pertanian dengan mengubah stigma terkait kehidupan petani dimata milenial dan memberikan modal kepada petani pemula terlebih yang memiliki latar belakang sarjana pertanian untuk kembali ke ranah pertanian.
  • Menggalakkan penggunaan pupuk organik dalam keseharian akan memberikan dampak positif dalam jangka pendek dan panjang dibandingkan dengan pupuk kimiawi yang memberikan hasil jangka pendek yang bagus namun dalam jangka panjang dapat merusak lingkungan.
  • Adanya komitmen untuk mendukung kemajuan ekonomi di Sultra dengan mengoptimalkan potensi ekspor pada petani agar tetap dapat mengeskpor komoditasnya langsung dari sultra.
  • Pemerintah daerah perlu mendorong investasi pada industri pertanian agar dapat meminimalisir impor barang kebutuhan pokok dari provinsi lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Febrianti, V. P., Permata, T. A., Humairoh, M., Putri, O. M., Amelia, L., Fatimah, S., & Khastini, R. O. (2021). Analisis Pengaruh Perkembangan Teknologi Pertanian Di Era Revolusi Industri 4.0 Terhadap Hasil Produksi Padi. Jurnal Pengolahan Pangan, 6(2), 54-60.

Firdausy, C. M., Suryana, A., Nugroho, R., & Suhartoko, Y. B. Revolusi Industri 4.0 Dan Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan.

Ilyas, I. (2022, April). Optimalisasi peran petani milenial dan digitalisasi pertanian dalam pengembangan pertanian di Indonesia. In FORUM EKONOMI (Vol. 24, No. 2, pp. 259-266).

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara. 2022. Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Tenggara Mei 2022. Sulawesi Tenggara.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara. 2022. Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Tenggara Februari Agustus 2021. Sulawesi Tenggara.

Lagiman, L. (2021). Pertanian Berkelanjutan: Untuk Kedaulatan Pangan Dan Kesejahteraan Petani.

Johan, D., Maarif, M. S., & Zulbainarni, N. (2022). Persepsi Petani Terhadap Digitalisasi Pertanian untuk Mendukung Kemandirian Petani. Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen (JABM), 8(1), 203-203.

Puspitasari, R. D. (2019). Pertanian berkelanjutan berbasis revolusi industri 4.0. Jurnal Layanan Masyarakat (Journal of Public Services), 3(1), 26-28.

Salahuddin, S., Mardin, M., & Wasariana, W. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Motivasi Petani dalam Usahatani Padi Sawah di Desa Tanjung Batu Kecamatan Kabawo Kabupaten Muna. Buletin Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo, 19(36), 275512.

https://aptika.kominfo.go.id/2022/06/smart-farming-untuk-tingkatkan-produktivitas-petani-sumba-timur/

https://sultra.jpnn.com/sultra-terkini/1539/angka-stunting-di-sultra-ini-rinciannya-di-17-kabupatenkota.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun