Jika menang dipuji, jika kalah dicaci-maki. Begitu sepertinya nasib jadi atlet di Indonesia, jika seorang atlet menang, sorotan media bernada pujian dan sanjungan tak henti membanjiri pemberitaan, tetapi jika sang atlet kalah dalam satu atau dua pertandingan saja, Â semua prestasi, pencapaian dan kemenangannya yang terdahulu seolah lenyap tergantikan dengan cibiran dan caci maki, terutama dari warganet atau yang beken dengan sebutan netizen.
Bermodal jari dan kuota ponsel netizen bisa memposting dan mengomentari apa saja melalui media sosialnya, bahkan sebagian dari mereka tak peduli, jika komentar dan postingan yang mereka buat berisi kebencian yang bisa melukai perasaan orang lain.
Hal ini terjadi pada Andritany Ardhiasya, kiper senior Timnas itu dirisak warganet pasca kekalahan Timnas lewat drama adu pinalti dalam laga api Timnas Indonesia melawan Uni Emirat Arab  Jumat kemarin, Andritany dinilai tidak bisa mengantisipasi tendangan Pinalti yang dilesakaan para pemain Uni Emirat Arab ke gawang Indonesia.
Pasca Timnas bola Indonesia gagal merebut tempat di 8 besar Asian Games itu, Andri merasakan tajamnya mulut dan jari warganet; hujatan dan cacian memenuhi kolom komentar akun instagram kiper asal Persija Jakarta itu. Seperti dalam capture yang saya ambil dari akun Instagram milik Andritany (@Andritany) berikut ini:
Andritany sudah memberikan usaha terbaiknya dalam laga api kemarin, apapun hasilnya, menurut saya dia sudah berusaha sebaik-baiknya meski akhirnya kalah. Tapi ada apa dengan kemanusiaan (sebagian) warganet kita? Sebagian dari mereka bukannya memberi semangat dimasa krisis, malah menghujat. Pantaskah menghina orang yang sudah berusaha membawa nama negara di tingkat internasional? Rasanya mulut dan jari warganet begitu beracun. Tidak bisakah berlaku sedikit beretika terhadap orang yang telah berusaha demi nama Indonesia?Â
Memangnya apa yang telah dilakukan para warganet yang hina Andritany itu untuk membanggakan Indonesia? Bahkan mungkin uang untuk beli kuota saja masih minta orangtua. Sudah berani kiper Timnas kau hina. Dimana urat malu para penghina Andritany itu? Mungkin sudah putus dan dilempar ke Kuba.
Ayolah warganet yang masih menghina Andritany, kritik boleh dan amat sah disampaikan, tapi jangan menjatuhkan mental orang. Sekedar informasi, Andritany Pernah remuk tulang pipi gara-gara menahan bola demi bela Timnas di Piala AFF 2014. Lalu Andritany pernah patah tulang hidung juga yang mengantarnya naik meja oprasi. yang seperti itu masih juga dihina-hina? Ayolah Warganet yang masih menghina Andritany, punya malu sedikit. Apa kalian mau patah tulang demi membela negara, apa bisa sekuat Andritany Ardiasya?
Andritany hebat, tidak drama, dan tidak playing victim, anak ini prestasinya jelas. Dia bukan aji mumpung yang numpang tenar dan minta dialem, lalu teriak-teriak ketika di bully, bikin pembelaan sendiri pakai macam-macam dalil psikologi sebagaimana bocah SMA viral yang minim prestasi yang pernah diundang Jokowi ke Istana nyaris setahun silam, belakangan ketahuan, bocah perempuan itu viral karena plagiasi.
Andritany tidak seperti itu, dia berbeda, Andri adalah kiper berprestasi dengan kiprah yang jelas, bahkan tulang hidung dan pipinya saja pernah dikorbankan demi Indonesia.
Andritany Ardiasya menunjukan kelasnya ketika dirisak warganet, saya merinding melihat ketegaran dia menghadapi nyinyiran netter di IG dan twitter, dengan tidak mengunci dan tak memproteksi kolom komentar di IG nya saja dia sudah hebat. Tahan banting dengan membawa garuda di dalam semangat dan prilakunya.
Salut untuk Andritany. Semangat dan sabar Tapi rasanya saya justru kehilangan Indonesia di media sosial. Kala sebagian orang di negeri ini sibuk menghujat anak bangsa yang sudah berusaha, para penghujat itu sedang kehilangan jiwa petarung di dalam diri mereka sendiri.
Kemampuan baca-tulis dan berbicara adalah rahmat, tapi apa jadinya jika dipakai untuk menghina tanpa aksi nyata? Rasanya menekan egoisme dan menahan nyinyir masih menjadi PR panjang bagi Indonesia.
Salam Kreatif!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H