Jumat 10 Juni yang lalu, saya menulis artikel berjudul Afi Sayang Kenapa Bongkar Pasang Puisi Orang? Artikel itu dilandasi atas temuan saya tentang Afi yang melakukan bongkar-pasang terhadap sebuah puisi berjudul "Pernahkah Kau" yang puisi aslinya ditulis oleh Tifanny Blenvis Seorang penulis asal Virginia Amerika Serikat. Puisi aslinya bisa dilihat pada foto dibawah ini.
Maka pagi itu secara kebetulan bola ada pada saya.
Saya membaca status facebook Afi dari link yang dibagikan seorang teman facebook lewat di timeline beranda saya, di situ ada status Afi yang berjudul dicurhati orang, isinya dari awal sampai akhir menurut saya amat bagus, mengajak orang peduli terhadap masalah dan curhatan orang lain. Tapi sayang, postingan itu ditutup dengan puisi yang bukan milik Afi, tapi diakui sebagai karya Afi dengan mencantumkan @afinihayafaradisa seperti dalam capture ini. Padahal itu bukan milik Afi, tapi milik Tifanny dalam buku Chicken Soup For Teenage Soul on Tough Stuff. Bait terakhir puisi Tiffany dikutip oleh Afi dengan mengubah beberapa kata dan ini tidak baik.
Bongkar pasang tulisan orang lalu diakui sebagai karya sendiri jelas tidak baik. Dan itulah awalnya saya tertarik mencari kata satu menit dalam posisiku di kolom pencarian Facebook.
Dan saya menemukan postingan Afi berjudul "Pernahkah kau" terposting di tanggal 7 Maret 2017, bisa dibilang, Afi melakukan bongkar-pasang terhadap puisi pernahkah kau yang dia posting di facebooknya.
Afi mengutip beberapa bait milik Tifanny, mengganti penempatan liriknya, membuang bagian yang tidak cocok dengan budaya kita di Indonesiq dan mengakui itu adalah karyanya. Sementara puisi asli milik Tiffany termuat dalam buku Chicken Soup dengan bait-bait yang lebih kompleks. Ini adalah capture kutipan Afi
Saya putuskan menulis artikel Afi Sayang, saya gunakan bahasa yang lembut mengingat usia Afi yang masih muda, juga mengingat saya punya adik perempuan berusia 14 tahun.
Saya tahu membahas kekhilafan seseorang yang sedang tenar tidaklah mudah, saya jalan dengan bukti yang saya pegang, ketika saya menulis itu, saya tahu tulisan saya akan menuai pro-kontra dan memang demikian hingga kini, tulisan itu menuai beragam reaksi dan saya terima semuanya, apapun itu. Memaki atau mendukung, itulah dunia maya.
Termasuk malam tadi, saya membaca sebuah artikel dari Kompasianer Cecep Gues yang menuduh saya melakukan kebohongan, lebih lengkapnya silahkan baca di sini. Sebelumnya, saya hargai tulisan tersebut, itulah budaya literasi. Ketika tulisan di balas dengan tulisan. Tapi menanggapi tulisan tersebut, inilah poin-poin klarifikasi saya: