Kompasiana yang kita kenal sekarang ini adalah sosial blog yang terbuka untuk masyarakat umum, Di Kompasiana siapa saja bisa menulis setelah membuat akun dan menyandang sebutan Kompasianer, Pada perjalanannya, Kompasiana awalnya merupakan sebuah rubrik di Harian Kompas yang diasuh dan diisi oleh salah satu pendiri Kompas P.K Ojong antara kurun waktu 1966-1971, Di tengah pergolakan orde baru.
Di dalam buku Kompasiana: Esai Jurnalistik Tentang Berbagai Masalah, dituliskan dalam pengantar penerbit kalau rubrik Kompasiana di Harian Kompas pertama kali muncul ke khalayak pada 04 April 1966., Jadi jika sekarang rubrik Kompasiana masih ada, tentulah rubrik Kompasiana di Kompas sudah berusia 51 tahun, seusia dengan Kompas itu sendiri.
Namun pada perjalanannya Kompasiana diambil alih dan diubah bentuk menjadi blog oleh Pepih Nugraha, sang inventor 'pendobrak' saat itu Nyaris 42 tahun setelah kelahiran rubrik Kompasiana pertama oleh P.K Ojong tahun 1966.
Â
Kompasiana dalam bentuk rubrik di harian Kompas akhirnya berhenti tayang sejak akhir 1971an, kemudian, nyaris 37 tahun setelahnya-- di tahun 2008 Pepih Nugraha menghidupkan lagi Kompasiana sebagai blog internal jurnalis Kompas, tapi kemudian pada 22 Oktober 2009, Kompasiana memutuskan membuka diri untuk menampung tulisan warga biasa hingga terbentuklah Kompasiana yang kita kenal sekarang ini.
**
Kembali ke rubrik Kompasiana jadul, saya baca dalam buku Kompasiana PK Ojong yang diterbitkan tahun 1981, ditulis bahwa pada bentuk aslinya rubrik Kompasiana yang dulu memiliki bentuk perwajahan yang khas di cetak dengan huruf kursif lebar satu kolom disusun berdampingan. Menurut penerbit Gramedia, perwajahan Kompasiana yang seperti itu di Koran merupakan pilihan P.K Ojong untuk menampilkan kesan berisi dan ringkas.
Rubrik Kompasiana di Kompas dan Embrio Jurnalisme Warga Sejak Awal
Kompasiana selama kemunculannya 1966-1971 di Harian Kompas mengusung 10 topik besar yang menjadi perhatian penulisnya pada saat itu antara lain: Pers Politik, Ibukota, Pelayanan Masyarakat, Ekonomi, Budaya, Kepemimpinan, Tertib Hukum, Asimilasi dan Cendikiawan. Membaca tuntas buku babon Kompasiana awal anggitan setebal 813 halaman membuat saya menangkap ada embrio jurnalisme warga yang kuat dalam ragam esai yang dihimpun dari rubrik Kompasiana yang diasuh oleh PK Ojong dulu. Hebat bahkan embrio dan 'bau' jurnalisme warga sudah tercetus jauh sebelum jurnalisme warga itu sendiri dihidupi du Kompasiana sekarang.
Bravo Kompasiana, dulu hingga kini, semoga terus ada sampai nanti, apa pun bentuknya.