Mohon tunggu...
Syifa Ann
Syifa Ann Mohon Tunggu... Penulis - Write read sleep

Alumni Sosiologi, Penyuka Puisi | Pecinta Buku Nonfiksi & Kisah Inspirasi. | Pengagum B.J Habibie. | Pengguna K'- Mobilian. | Addicted With Joe Sacco's Books. | Risk Taker. ¦ A Warrior Princess on Your Ground. | Feel The Fear, and Do It Anyway :)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Ada Apa dengan Kompasiana di 4 April Ini?

4 April 2017   12:07 Diperbarui: 5 April 2017   02:00 1102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wajah Kompasiana Jadul dalam buku PK Ojong Dok Pri

Kompasiana yang kita kenal sekarang ini adalah sosial blog yang terbuka untuk masyarakat umum, Di Kompasiana siapa saja bisa menulis setelah membuat akun dan menyandang sebutan Kompasianer, Pada perjalanannya, Kompasiana awalnya merupakan sebuah rubrik di Harian Kompas yang diasuh dan diisi oleh salah satu pendiri Kompas P.K Ojong antara kurun waktu 1966-1971, Di tengah pergolakan orde baru.

Di dalam buku Kompasiana: Esai Jurnalistik Tentang Berbagai Masalah, dituliskan dalam pengantar penerbit kalau rubrik Kompasiana di Harian Kompas pertama kali muncul ke khalayak pada 04 April 1966., Jadi jika sekarang rubrik Kompasiana masih ada, tentulah rubrik Kompasiana di Kompas sudah berusia 51 tahun, seusia dengan Kompas itu sendiri.

Namun pada perjalanannya Kompasiana diambil alih dan diubah bentuk menjadi blog oleh Pepih Nugraha, sang inventor 'pendobrak' saat itu Nyaris 42 tahun setelah kelahiran rubrik Kompasiana pertama oleh P.K Ojong tahun 1966.

 

Kompasiana dalam bentuk rubrik di harian Kompas akhirnya berhenti tayang sejak akhir 1971an, kemudian, nyaris 37 tahun setelahnya-- di tahun 2008 Pepih Nugraha menghidupkan lagi Kompasiana sebagai blog internal jurnalis Kompas, tapi kemudian pada 22 Oktober 2009, Kompasiana memutuskan membuka diri untuk menampung tulisan warga biasa hingga terbentuklah Kompasiana yang kita kenal sekarang ini.

**

Kembali ke rubrik Kompasiana jadul, saya baca dalam buku Kompasiana PK Ojong yang diterbitkan tahun 1981, ditulis bahwa pada bentuk aslinya rubrik Kompasiana yang dulu memiliki bentuk perwajahan yang khas di cetak dengan huruf kursif lebar satu kolom disusun berdampingan. Menurut penerbit Gramedia, perwajahan Kompasiana yang seperti itu di Koran merupakan pilihan P.K Ojong untuk menampilkan kesan berisi dan ringkas.

Rubrik Kompasiana di Kompas dan Embrio Jurnalisme Warga Sejak Awal

Kompasiana selama kemunculannya 1966-1971 di Harian Kompas mengusung 10 topik besar yang menjadi perhatian penulisnya pada saat itu antara lain: Pers Politik, Ibukota, Pelayanan Masyarakat, Ekonomi, Budaya, Kepemimpinan, Tertib Hukum, Asimilasi dan Cendikiawan. Membaca tuntas buku babon Kompasiana awal anggitan setebal 813 halaman membuat saya menangkap ada embrio jurnalisme warga yang kuat dalam ragam esai yang dihimpun dari rubrik Kompasiana yang diasuh oleh PK Ojong dulu. Hebat bahkan embrio dan 'bau' jurnalisme warga sudah tercetus jauh sebelum jurnalisme warga itu sendiri dihidupi du Kompasiana sekarang.

10 topik besar yang menjadi fokus Kompasiana versi PK Ojong Dok Buku Kompasiana Esai Jurnalistik tentang berbagai masalah ( Foto Dok Syifa)
10 topik besar yang menjadi fokus Kompasiana versi PK Ojong Dok Buku Kompasiana Esai Jurnalistik tentang berbagai masalah ( Foto Dok Syifa)
Kuatnya bau jurnalisme warga di Kompasiana jadul yang diasuh P.K Ojong tercermin antara lain dalam tulisan-tulusannya di bagian "Pers" dan "Tertib Hukum" pada bagian "Pers" P.K Ojong beropini menyentil prihal kondisi pers saat itu yang mulai banyak menjilat penguasa, sesuatu yang masih relevan bahkan hingga sekarang.

Ketajaman opini Ala Warga dalam tulisan PJ Ojong tentang Pers Dok Buku PK Ojong: Foto Dok Syifa)
Ketajaman opini Ala Warga dalam tulisan PJ Ojong tentang Pers Dok Buku PK Ojong: Foto Dok Syifa)
Sementara di bagian "Tertib Hukum" P.K ojong bercerita tentang pandangannya soal seorang pemuda yang diberitakan hendak bunuh diri dengan terjun dari bukit di Sumatra Utara dan yang saya tangkap dari situ adalah opini P.K ojong yang menyentil negara harusnya bertanggung jawab atas ketenangan warganya, Kenapa sampai terjadi niat ingin bunuh diri? Sebuah sentilan keras mengingat konteks saat itu adalah pemerintahan orde baru. Betapa Kompasiana sudah kritis sejak dulu, sebuah sifat kritis yang semoga tetap hidup hingga sekarang meski Kompasiana telah berubah wajah dan konsep mengikuti perkembangan zaman.

Bravo Kompasiana, dulu hingga kini, semoga terus ada sampai nanti, apa pun bentuknya.

Selamat 4 April!
Salam Kreatif!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun