Mohon tunggu...
Syifa Ann
Syifa Ann Mohon Tunggu... Penulis - Write read sleep

Alumni Sosiologi, Penyuka Puisi | Pecinta Buku Nonfiksi & Kisah Inspirasi. | Pengagum B.J Habibie. | Pengguna K'- Mobilian. | Addicted With Joe Sacco's Books. | Risk Taker. ¦ A Warrior Princess on Your Ground. | Feel The Fear, and Do It Anyway :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pagi Gerimis: Slaksa Rasa Desa dan Perempuan yang Berdamai dengan Hujan

3 Februari 2017   10:34 Diperbarui: 4 Februari 2017   12:08 1774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ilustrasi By @Shequates"][/caption]

Barangkali hujan lekat dengan perempuan, para perempuan menampi hujan dan memikulnya di pundak mereka.

**
Rusmini, sejak kecil ia terbiasa hidup susah, rumahnya dari bilik, kursi untuk duduk saja dia tidak punya, setelah menikah hidupnya juga tak kunjung membaik, tinggal di rumah bekas warisan orangtua suaminya, Rus punya satu anak: Udin, setelah itu Rusmini melahirkan dua anak lagi. Satu anak meninggal, satu anak diberikan suaminya untuk diasuh keluarga yang lebih mampu tanpa seizinnya. Rusmini akhirnya terima-terima saja kemudian lahir Sri, dilengkapi Bawon yang diangkat jadi anak namun dibalik diam dan sikap nerimanya, Rusmini masih menyimpan luka, bom yang meledak ketika suatu peristiwa membekas dalam hidupnya.

Sri, gadis agresif yang haus kasih sayang, mandiri karena terbiasa dididik keras, namun keras kepala dan seorang pemberontak yang selalu merindukan Jakarta. Impiannya ingin jadi pengasuh anak atau pelayan supermarket di ibukota, namun kemana nasib membawanya?

Bawon, gadis pendiam, pemalu yang jarang memiliki teman, namun hal itu mengasah daya imajinasinya. Bawon anak angkat dan bungsu dalam keluarga, pribadinya tenang sejak awal meski kesempatan baik jarang berpihak padanya, Bawon setipe dengan Rusmini nerima nasib senerima-nerimanya tapi akankah begitu hingga habis cerita? Waktu kecil Bawon ingin mencebur ke sumur, setelah dewasa ia ingin mencebur ke laut karena suatu kejadian. Bawon sedari kecil tak pernah bisa menentukan hidupnya sendiri, tapi akankah ia lakukan jika sudah tak tahan dan jika diberi kesempatan?

**
Rusmini, Sri dan Bawon adalah satu keluarga yang dikepalai seorang suami dan ayah yang tegas cendrung keras dalam mendidik. Si bapak; tipe ayah pekerja keras, tapi sangat tidak suka dibantah kemauannya. Mulutnya seringkali mengucapkan kata buruk kepada Sri yang membuat Sri jadi semakin agresif.

**
Suasana desa, kronik keluarga, dinamika bertetangga khas pedesaan hingga lika-liku perempuan menjelma narasi otentik dalam novel Pagi Gerimis anggitan Nurhasanah. Di dalamnya ada luka perempuan, adapula gadis yang mengejar mimpi, ada denyut nadi desa yang disangkal sekaligus dirindukan, ada narasi tentang nasib bahkan sisipan pelajaran bagi orangtua.

[caption caption="Novel pagi gerimis dok pribadi"]

[/caption]

Rusmini dan keluarganya tinggal di sebuah desa di mana kehidupan tradisional kampung masih amat terasa ada permainan tradisional seperti gerobak soder, televisi berwarna yang menjadi penanda orang berada, hidup bertani yang masih jadi mata pencaharian, hingga adanya judi, nikah dini dan bisik-bisik tetangga yang cepat sekali menyebar. Semua itu adalah denyut nadi keseharianan di desa Cemplong, tempat Rusmini dan keluarganya hidup dan bertahan hidup dari hari ke hari, sampai suatu hari sebuah peristiwa buruk memaksa keluarga Rus untuk tercerabut dari akar rumput, juga mengubah cara Rusmini menyikapi hidup. Sejak saat itu, ia menjadi singa yang terluka, siap mencakar, bahkan pada anak sendiri. Semua dipicu satu nama: Sri.

Kekuatan Perempuan: Mereka yang Bertahan

Tiga perempuan, bahkan lima-- dengan beragam konflik, mulai dari bebisik tetangga hingga pasang-surut satu keluarga dirajut utuh dalam satu kisah. Setiap perempuan dalam novel ini bahkan tokoh-tokoh pendukungnya digambarkan memiliki lukanya masing-masing, luka yang mengalir perlahan bertebaran di sepanjang cerita. Luka kesepian, luka karena tak diinginkan, luka akibat rasa terbuang dan terasing, luka kehilangan anak, luka karena dipermalukan dan luka karena kehilangan sandaran hati. Setiap perempuan pernah terluka dan hidup dengan luka yang mungkin tak pernah usai tapi setiap perempuan adalah merpati yang punya cara menyembuhkan sayapnya sendiri.
Para perempuan yang berdamai dengan luka tak kasat mata untuk pada akhirnya tetap hidup.

Seperti langit berdamai dengan awan hitam yang pada akhirnya menurunkan rinai gerimis pada waktu pagi, kala hujan berbagi tempat dengan matahari.

**
Semua dalam hidup ada porsinya dan melebihi tercerabut dari akar rumput, pekerjaan paling berat sehabis menjaga ialah merelakan. Setelahnya urusanmu bertahan!

Pada akhirnya setiap tokoh dalam novel ini harus merelakan satu hal tercabut dari diri mereka sebagai konsekuensi. Lebih dari itu, dari setiap tokohnya, pembaca diajak untuk belajar dari kegetiran. Bahwa apapun yang terjadi dalam hidup, yang paling berharga adalah hidup itu sendiri.

**
Membaca pagi gerimis barangkali adalah belajar berdamai dengan hujan, mensiasati keadaan dan bertahan meski tak semua mimpi dapat diraih. Novel ini menyajikan gambaran kehidupan desa, membuka cakrawala bahwa desa dan pedalaman yang jarang dilirik bisa diramu menjadi ide cerita menarik dengan akhir tak terduga; mengejutkan sekaligus gambaran perubahan.

Cerita dewasa yang menyajikan pemaknaan yang juga dewasa untuk pembaca. Sebaiknya novel ini dibaca oleh pembaca yang memang cukup umur. Cerita dalam novel ini otentik asli Indonesia dengan akhir tak biasa, yang dengan membacanya, kita bisa tahu satu hal; wanita yang terluka bisa menjadi sangat berbahaya.

Mungkin kisah dalam novel ini akan dilanjutkan penulisnya (?) :)

Salam Kreatif!

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun