*Â [caption caption="Saaatnya Warga Menulis! Menjadi tajuk di acara nangkring kompasiana) Dok Pri"][/caption]
"Apalah arti sebuah tulisan?"Menurut saya itu pernyataan dan pertanyaan yang ketinggalan zaman terlebih di era digital sekarang ini.
Di era kekinian, seiring dengan menjamurnya internet dan media sosial, kegiatan menulis bukan lagi menjadi monopoli jurnalis atau orang-orang di belakang meja redaksi, tapi warga juga bisa!
Di era digital, setiap orang bisa memiliki medianya sendiri. Baik berupa blog pribadi maupun blog sosial atau media warga. Hal ini membuat kegiatan menulis semakin mendapat ruang dan daya tampung yang lebih luas, zaman ini, informasi tidak hanya bisa diakses dari media massa arus utama, tapi wargapun punya peran. Peradaban internet telah membuat siapa saja menjadi produsen informasi, salah satu sumber informasi adalah tulisan yang datang dari warga. Seiring dunia yang semakin suka berinternet ria, tulisan warga kian mendapat tempat, perhatian dan tanggapan, tak lagi dipandang sebelah mata.
Merespon geliat warga yang kian eksis lewat menulis, Kompasiana bersama Kompas Gramedia menyelengarakan Nangkring bertajuk Saatnya Warga Menulis. Berlangsung di arena pekan Raya Indonesia di Ice BSD 6 November 2016 silam, acara ini mendapuk 3 kompasianer keren sebagai pembicara. Mas Iskandar Zulkarnaen alias Isjet anak Betawi asli yang terkenal dengan tagline #AyoNulis Mbak Yayat, Kompasianer Of The Year 2016, dan Kang Maman Suherman yang terkenal dengan notulensinya. Mereka berbagi kiat menulis ala warga, di antaranya:
1. Mulailah!
"Yang paling awal dari menulis itu mau dulu. Mau memulai". Ujar mas Isjet dihadapan 50 peserta nangkring yang antusias menyimaknya. Kemauan itu modal awal menulis, kalau tidak mau, orang tidak bisa menulis.
"Tulislah apa yang kita ketahui, jangan mengarang-ngarang cerita, kecuali untuk genre fiksi". Lanjutnya.
Satu lagi yang diutarakan Mas Isjet dalam sesi tersebut Content is the King, pada akhirnya, tulisan yang bermanfaat akan bertahan lama.
Poin ini menekankan pentingnya seorang penulis menulis dengan mempertimbangkan kebutuhan pembaca.
Kita yang menulis, dan orang lain yang membaca. Tulisanmu berdampak luas, kuncinya mulailah menulis.
2. Tak cukup 5 W 1 H
Maman Suherman menambahkan, menulis di era kekinian tak cukup hanya memuat unsur 5 W 1H seperti yang selama ini dikenal, tapi juga harus menambahkan 5 R. Apa saja poin dari 5 R tersebut? Ini dia;
★Read
Karena kunci utama sebuah tulisan adalah membaca. Betul, sebab kalau tidak terbiasa membaca, seseorang bisa menulis apa?
★Riset
Kumpulkan fakta dan data tentang apa yang ingin kamu tulis, sumber data dan fakta bisa dari mana saja, baik buku atau pengalaman sendiri. Memadukan data dan kata akan membuat tulisan lebih 'bunyi'
Sayangnya, diungkapkan Kang Maman penulis Indonesia termasuk lemah dalam budaya riset. Dengan gaya khasnya Kang Maman mengungkapkan Perpustakaan di Indonesia, adalah tempat paling sepi nomor dua setelah kuburan. Itu artinya belum banyak orang Indonesia yang senang berkunjung ke perpustakaan, padahal salah satu tempat untuk riset itu di pepustakaan.
★ Realiabel
Menulislah dengan mengutamakan cek dan ricek, juga verifikasi untuk meminimalkan kesalahan. Seorang penulis harus yakin dulu informasi yang ditulisnya benar, sebelum tulisan tersebut digulirkan ke publik.
★Reflecting
Tulisanmu adalah cerminan diri dan pikiranmu, jadi tulislah apa-apa yang sekiranya bermanfaat bagi khalayak, dan jangan terjebak menebar benci dalam tulisan.
★(W) Rite!
Tak jadi soal apakah kamu menjadi penulis generalis yang umum, atau penulis spesialis yang mengkhususkan diri pada bidang tertentu, yang penting tulislah apa-apa yang bermanfaat, "Setiap tulisan akan menemukan jalan dan pembaca" Ungkap kang Maman.
3. Tulis Saja, Jangan Ngoyo Kejar Nama
" Menulis itu bukan untuk disebut blogger atau apa, menulis ya menulis saja. Jadilah dirimu sendiri, maka tulisanmu akan berharga." Ungkap Mbak Yayat.
Mencermati poin ini, menurut penulis yang bisa diambil adalah tentang konsistensi. Seseorang disebut blogger karena rajin nulis di blog, seseorang disebut penulis karena rajin menulis. Nama akan mengikuti seiring konsistensi. Seperti Mbak Yayat yang belum lama ini terbang menyusuri negeri jiran ke Sepang berkat konsistensinya dalam menulis cabang olahraga balapan.
Untuk Apa Sih Warga Menulis?
Ngapain? Kita orang biasa, urusan nulis tugasnya jurnalis! Wha.. Dari mana pameo itu? Salah!
Kenapa? Karena sejak mengenal bangku sekolah kan kita diajari menulis, dan tidak semua dari kita ditakdirkan menjadi jurnalis, tapi kita semua adalah warga dalam tiap-tiap lingkungan kita dan kita bisa menulis karena sudah diajari sejak di bangku sekolah. Jadi jelas menulis bukan hanya pekerjaan jurnalis yang memang jumlahnya tidak sebanyak warga. Yuk nulis, warga juga bisa.
Mungkin banyak orang yang bertanya, buat apa sih warga menulis? Wah buat apa ya? Di antaranya, inilah manfaatnya, tulisanmu bisa jadi salah satu poin ini:
★Rujukan
Tulisanmu bisa jadi sumber rujukan atau referensi buat orang lain, misalnya ketika kamu mengulas pengalaman berkunjung ke suatu tempat dan menulisnya di media warga Kompasiana atau di mana saja, pembaca jadi tahu minimal seperti apa gambaran dan plus-minus tempat tersebut yang nanti akan jadi bahan pertimbangan mereka.
★ Peringatan
Jika kamu punya pengalaman buruk tentang sesuatu dan kamu menulisnya itu bisa jadi peringatan supaya orang lain hati-hati dan tidak sampai mengalami hal seperti kamu.
★Buku
Kalau kamu konsisten menulis, lama-lama tulisanmu bisa dibukukan, sudah banyak lho orang yang menerbitkan buku dari hasil menulis artikel. Jadi ayo mulai nulis, mungkin buku yang terbit berikutnya itu punyamu.
**
Warga menulis untuk mengubah kata menjadi daya untuk diri sendiri orang lain dan lingkungan. Dari kata jadi daya, banyak yang bisa dilakukan lewat jalan menulis.
Jadi yuk kita sebagai warga membiasakan menulis apa saja yang berguna. Berdaya via kata, kita bisa. Mari mulailah menulis!
#AyoNulis
Salam Kreatif!
Â
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI