Mohon tunggu...
Syifa Ann
Syifa Ann Mohon Tunggu... Penulis - Write read sleep

Alumni Sosiologi, Penyuka Puisi | Pecinta Buku Nonfiksi & Kisah Inspirasi. | Pengagum B.J Habibie. | Pengguna K'- Mobilian. | Addicted With Joe Sacco's Books. | Risk Taker. ¦ A Warrior Princess on Your Ground. | Feel The Fear, and Do It Anyway :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Serba-Serbi Sekolah Dasar di 4 Negara dalam Catatan Kompasianer

12 Agustus 2016   16:10 Diperbarui: 13 Agustus 2016   08:29 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

3. Rapor SD Kelas 1-2 Jerman, Tanpa Angka

Setelah lulus SD di Indonesia dan memiliki anak-anak yang sekolah SD di Jerman (satu dari tiga anak sudah lulus), Gaganawati Stegmann jadi bisa membedakan antara pola dan sistem pendidikan Indonesia dan Jerman.

Melalui tulisannya Gana bercerita bahwa Jerman tidak memberikan nilai berupa angka pada anak-anak kelas 1-2 SD. Jadi hanya catatan penting tentang Verhalten, ( Prilaku), Arbeiten (Cara Kerja) dan Lernen (Hasil Belajar) saja yang tertulis disana. Tak ada kompetisi bernama ranking! Angka baru dimulai di dritte Klasse, kelas 3 SD seumuran 9 tahun.

SD di Jerman tidak memberikan ranking. Pun ketika anak sudah masuk OHG Gymnasium (setara SMA Indonesia, eksakta, yang bahasa di kota kami disebut IKG). Mereka hanya mengenal Striche (berapa kali tidak membuat PR/tugas). Papar Gana.

" Anak-anak di Jerman sangat beruntung bahwa mereka bisa jadi mengerti lebih banyak bahwa sekolah dasar bukan untuk mengejar angka, melainkan lebih pada pemahaman diri dari masa peralihan TK ke SD. Dimana masa bermain, berubah menjadi periode mulai mengenal membaca, menulis dan berhitung". Pangkas wanita yang hobi menari itu.
Artikel yang menarik.

4. Mengintip Sekolah Dasar di Inggris

Melalui Tulisannya, Septin Puji Astuti mengajak pembaca mengintip pendidikan ala sekolah dasar di Inggris. Dalam uraiannya Septin menjelaskan, Kurikulum di Inggris untuk anak SD sangatlah ringan. Pelajarannya hanya reading, writing, speaking, listening, Math dan Science. Ini yang dilaporkan di progress report anak-anak. Jika kita cermati, intinya hanya dua mata pelajaran yaitu bahasa yang dijabarkan di dalam empat kemampuan dan matematika. Sementara dalam science juga banyak membaca. Lebih tepatnya memahami bacaan.

Bagaimana pelajaran-pelajaran itu diajarkan di kelas?

Tiap hari senin anak belajar beberapa 10-20 kata. Guru mendiktekan kata-kata, dan anak menuliskan di buku kecil yang diberi oleh sekolahan. Dari sini anak belajar listening, writing sekaligus reading. Begitu selesai didekte, guru mengoreksi pekerjaan anak-anak. Kemudian guru memberikan lembaran kertas berisi daftar kata-kata yang telah didiktekan tadi. Di lembaran itu, kata-kata yang salah tulis dikasih highlight menggunakan stabilo warna. Jika anak tidak melakukan kesalahan atau salahnya sedikit, guru akan menambah 5 kata lagi di lembaran daftar kata. Kemudian lembar kata-kata tadi dibawa pulang untuk dipelajari di rumah. Guru sudah menyiapkan tiga kolom di lembaran itu, untuk membantu orangtua mengoreksi listening, reading, writing dan spelling kata-kata itu di rumah. Hari jumat, kata-kata itu didiktekan lagi ke anak-anak untuk evaluasi sejauh mana anak bisa melakukan keempat kemampuan itu.

SD di Inggris menganut sistem tematik. Tiap semester ada temanya, misal temanya tentang kehidupan laut dan hutan hujan tropis. Bagaimana mengintegrasikan pelajaran itu dengan tema? Sebagai contoh, misal temanya tentang kehidupan laut. Kata-kata yang didiktekan tiap hari senin adalah kata-kata tentang laut. Misal hiu, paus, lumba-lumba, batu karang, ombak, koral, rumput laut dan seterusnya. Dari berbagai jenis ikan bisa dipelajari kehidupannya. Misal: apa ikan hiu? apa lumba-lumba termasuk ikan? bagaimana kehidupan ikan pari? bagaimana makan dan cara makannya, dan seterusnya.

Selain menulis kata-kata, anak juga belajar menulis serangkaian kalimat dalam suatu paragraf atau beberapa paragraf. Tapi itu bukan pelajaran mengarang atau menulis fiksi, tetapi menulis suatu tulisan dimana anak diajak belajar berfikir secara ilmiah, logis dan runtut. Tentu saja, standar level menulis anak kelas 1 lebih mudah dibandingkan dengan yang kelas 6. Pemerintah Inggris sudah memmiliki standard nasionalnya. Begitu juga dengan empat kemampuan lain dan pelajaran matematika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun