3. Tradisi Ngaliwet Orang Sunda
Ngaliwet, demikian istilah yang lazim digunakan oleh masyarakat sunda yang akan mengadakan makan bersama dengan menu spesial di akhir pekan.
Melalui tulisannya, Ridwan Sumantrimenjelaskan, Ngaliwet bukan hanya sekedar makan bersama melainkan, ada ritual masak bersama pula. Mulai dari patungan biaya membeli bahan makanan atau menyumbangkan jenis bahan makanan mentah untuk dimasak. Ngaliwet menjadi tradisi orang sunda yang telah lama ada. Hampir setiap akhir pekan terutama para remaja mengadakan acara ngaliwet.
Ngaliwet menjadi acara istimewa karena disajikan dengan cara yang berbeda dari memasak nasi biasa.
Ngaliwet membutuhkan sebuah kastrol untuk memasak. Bentuknya bulat lonjong. Biasanya sering digunakan sebagai peralatan kemah Sebelum memasak nasi, terlebih dahulu diawali menggoreng irisan beberapa siung bawang merah lalu memasukkan air dengan ukuran perbandingan beras. Bumbu tambahannya biasa digunakan beberapa daun salam, sereh, dan garam.
Untuk lauknya bisa apa saja sesuai selera dan modal keuangan juga. Terkadang dengan membakar ikan mas atau ayam, bisa juga yang lebih sederhana menggunakan ikan asin, lalapan, dan sambal semua disimpan diatas nasi. Setelah nasi matang, maka, akan disiapkan beberapa lembar daun pisang sebagi pengganti piring untuk alas makan.
Semua nasi dan lauk-pauknya disebar merata ke seluruh bagian daun pisang sesuai jumlah orang yang ikut serta dalam acara makan tersebut. Ngaliwet juga biasanya dilaksanakan di luar rumah. Jelas Sumantri runtut dan rinci.
Paparan yang menarik.
4. Tradisi Manene' dari Toraja Yang Unik, Langka dan Membuat Bulu Kuduk Berdiri
Di daerah Toraja dikenal sebuah tradisi unik nan antik yaitu Manene, dipaparkan oleh Heriyanto Rantelino, Manene adalah proses penggantian baju jenazah yang usianya mencapai puluhan hingga ratusan tahun.
Ritual MaNene’ dianggap sebagai wujud kecintaan mereka pada para leluhur, tokoh dan kerabat yang sudah meninggal dunia. Mereka tetap berharap, arwah leluhur menjaga mereka dari gangguan jahat, hama tanaman, juga kesialan hidup.
Ritual ini biasanya diadakan di Bulan Agustus dimana saat itu adalah musim panen. Dalam pelaksanaannya, tradisi ini baru dilaksanakan setelah masyarakat telah memanen hasil perkebunannya.