Mohon tunggu...
Syifa Ann
Syifa Ann Mohon Tunggu... Penulis - Write read sleep

Alumni Sosiologi, Penyuka Puisi | Pecinta Buku Nonfiksi & Kisah Inspirasi. | Pengagum B.J Habibie. | Pengguna K'- Mobilian. | Addicted With Joe Sacco's Books. | Risk Taker. ¦ A Warrior Princess on Your Ground. | Feel The Fear, and Do It Anyway :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kematian Kedua Selepas Pesta

26 Mei 2016   21:28 Diperbarui: 27 Mei 2016   06:53 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tuhan mengirimnya kembali ke bumi manusia, namun ternyata hantu itu belum jera. Naluri kadal semasa hidupnya menguar bersama insting setan yang sekarang dia punya. Kombinasi sempurna untuk menjadi sejahat-jahatnya dalam versi hantu maupun manusia. Namun ia pandai mendandani wajah agar terlihat sahaja.

"Cuih!"

Sepulang pesta atas undangan Balai Kota, tuan hantu itu meludah. Itu perbuatan bodoh sungguh. Bagaimana tidak? Ia membuang ludah di rumahnya sendiri. Rumah aksara yang semasa hidup ia rawat dengan susah payah. Ludahnya berbau busuk dan amat anyir. Bau amis menyebar ke seisi rumah itu. Mungkin ia habis minum darah kiriman dari neraka. Tak tahan bau akibat ulahnya sendiri, ia siram bensin untuk menutupi bau itu. Sesaat baunya memang hilang.

Tiba-tiba dari luar, seorang pemuda iseng mengira rumah itu kosong, melempar puntung rokok ke arah bangunan tua tersebut.

Duar!
Bensin dan puntung rokok bermetamorfosa jadi api,
Tuan hantu mati dua kali. Rumahnya terbakar akibat ulah sendiri, dia terkubur tinggal nama, dikenang lewat sebuah nisan penanda etalase aksara.

Dia Enyah..
Menjemput malu ke antah berantah...

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun