Tuhan mengirimnya kembali ke bumi manusia, namun ternyata hantu itu belum jera. Naluri kadal semasa hidupnya menguar bersama insting setan yang sekarang dia punya. Kombinasi sempurna untuk menjadi sejahat-jahatnya dalam versi hantu maupun manusia. Namun ia pandai mendandani wajah agar terlihat sahaja.
"Cuih!"
Sepulang pesta atas undangan Balai Kota, tuan hantu itu meludah. Itu perbuatan bodoh sungguh. Bagaimana tidak? Ia membuang ludah di rumahnya sendiri. Rumah aksara yang semasa hidup ia rawat dengan susah payah. Ludahnya berbau busuk dan amat anyir. Bau amis menyebar ke seisi rumah itu. Mungkin ia habis minum darah kiriman dari neraka. Tak tahan bau akibat ulahnya sendiri, ia siram bensin untuk menutupi bau itu. Sesaat baunya memang hilang.
Tiba-tiba dari luar, seorang pemuda iseng mengira rumah itu kosong, melempar puntung rokok ke arah bangunan tua tersebut.
Duar!
Bensin dan puntung rokok bermetamorfosa jadi api,
Tuan hantu mati dua kali. Rumahnya terbakar akibat ulah sendiri, dia terkubur tinggal nama, dikenang lewat sebuah nisan penanda etalase aksara.
Dia Enyah..
Menjemput malu ke antah berantah...
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H