Mohon tunggu...
Syifa Ann
Syifa Ann Mohon Tunggu... Penulis - Write read sleep

Alumni Sosiologi, Penyuka Puisi | Pecinta Buku Nonfiksi & Kisah Inspirasi. | Pengagum B.J Habibie. | Pengguna K'- Mobilian. | Addicted With Joe Sacco's Books. | Risk Taker. ¦ A Warrior Princess on Your Ground. | Feel The Fear, and Do It Anyway :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berkaca Pada Kasus Sonya, Mengambil Hikmah Sekumpulan Cerita

12 April 2016   10:08 Diperbarui: 12 April 2016   12:20 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut Dee, sangatlah aneh jika pernyataan-pernyataan bijak “dia tidak salah yang salah masyarakatnya, sistem pendidikannya, sistem hukum, sistem politik dan sistem-sistem lainnya” menghilangkan konsep kesan yang langsung terhadap sebuah fenomena pertama yang seharusnya dalam konsep moral yang logis harus mengisyaratkan kode awal benar-salah sebelum menghubungkannya ke fenomena kedua dalam ide.

"Jika menjadikan alasan sifat labil seorang remaja untuk mendapatkan legitimasi kewajaran sosial tidak bisa disebut sebagai sikap permisif untuk mendapatkan kekuatan kewajaran atas suatu tindakan, maka ada kebutuhan sikap lain yang lebih berpijak pada struktur moral yang kuat sebagai penggantinya. Dan pembela moral seharusnya sadar bahwa moral harus memiliki struktur sebelum mendapatkan pembelaan." Pangkas Dee. Sebuah artikel filsafat yang mendalam.

5. Kritik dan Teknologi: Pisau Bermata Dua

Samuel Henry memilih membahas kasus Sonya dari sisi teknologi, menurutnya penggunaan teknologi, khususnya smart phone dan sosial media pada masa sekarang ini ibarat pisau bermata dua . Di satu sisi bermanfaat untuk memudahkan pekerjaan manusia, namun pada sisi lain teknologi ini dimanfaatkan untuk menghakimi orang lain.

Secara keseluruhan, artikel yang ditulis Samuel Henry adalah refleksi pengingat bagi pembaca agar bijak berprilaku di era teknologi dan sosial media modern.

6. Surat Cinta untuk Turang, Sonya Depari

Dengan gaya penulisan berbeda Thomas Sembiring menggoreskan narasi menyentuh- sebuah surat untuk Sonya Depari. Surat ini dimaksudkan untuk menenangkan batin Sonya si gadis remaja yang menurut Thomas sedang menghadapi ujian secara nasional karena kelakuannya sendiri sehari pasca berakhirnya ujian nasional negara.

Dalam surat tersebut, Thomas secara implisit juga menjelaskan bahwa dalam adat suku Batak Karo, seorang laki-laki semarga yang lebih tua, tetap akan dipanggil bapak oleh ponakannya, jadi menurut Thomas, Sonya tak salah jika mengaku sebagai anak Arman Depari karena memang secara adat Batak Karo benar adanya.

Sebuah surat yang menyentuh dengan sisi lain yang menarik.

Berkaca dari apa yang dialami Sonya, mengingatkan kita bahwa semestinya atribut kekuasaan yang melekat pada diri maupun keluarga tidak dipergunakan semena-mena untuk kepentingan pribadi semata. Kini masyarakat lebih peka karena sudah muak dengan arogansi kuasa yang dulu berjaya pada era lama.

Kuasa bukan alat pemuas rasa
Tetapi ladang mengabdi untuk sesama..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun