Mohon tunggu...
Syifa Ann
Syifa Ann Mohon Tunggu... Penulis - Write read sleep

Alumni Sosiologi, Penyuka Puisi | Pecinta Buku Nonfiksi & Kisah Inspirasi. | Pengagum B.J Habibie. | Pengguna K'- Mobilian. | Addicted With Joe Sacco's Books. | Risk Taker. ¦ A Warrior Princess on Your Ground. | Feel The Fear, and Do It Anyway :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bebaskan Sandera dan Lima Cerita Warga Biasa dari Perdebatan yang Belum Usai

8 April 2016   16:24 Diperbarui: 8 April 2016   16:58 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemberitaan 10 ABK WNI yang disandra di Filipina membawa ingatan Laura Irawati pada kejadian 5 tahun silam yakni tanggal 16 Maret 2011 saat Kapal MV Sinar Kudus berbobot mati 8.900 ton milik PT Samudera Indonesia yang sedang membawa nikel curah seharga Rp 1,4 trilyun dari Pomalaa Sulawesi Tenggara ke Roterdam dibajak perompak Somalia di Teluk Aden. Pembajak tersebut meminta tebusan 3.5 Juta USD untuk membebaskan 20 orang ABK Warga Negara Indonesia.

Saat itu presiden SBY bereaksi dengan mengirim 2 kapal perang tua ke perairan Somalia.

"Oprasi pembebasan sandra ini dinilai gagal karena tidak adanya rencana reaksi cepat TNI yang memadai terlihat ketika TNI berada dibawah pengaruh kepemimpinan yang lamban, berorientasi pencitraan semata, dan tidak memiliki kapabilitas menangani hal seperti ini. "

"Seharusnya TNI memiliki otoritas lebih dalam pengambilan keputusan terkait operasi militer." Papar Laura yang berharap kegagalan serupa tak lagi terulang di Filipina. Tentu harapan tersebut juga menjadi harapan kita bersama.

Itulah lima dari sekian banyak cerita dari perbincangan yang belum usai tentang nasib Warga negara Indonesia dalam sandera di Filipina. Cerita ini menjadi gambaran kepedulian, doa dan harapan dari sekumpulan warga biasa yang mencoba membagi opini melalui tulisan.
--
Negara tidak boleh tunduk pada paksaan dan ketakutan,
keselamatan sandera harus jadi prioritas yang diutamakan
Sementara nyawa manusia tidak bisa dan tidak boleh dirupiahkan...

Semoga kasus penyanderaan ini menjadi pengalaman dan pembelajaran yang mendewasakan.

Semoga Ibu pertiwi dan keluarga para sandera masih dapat melihat orang-orang tersayang pulang dengan sentosa. Di titik ini, negara dinanti kehadirannya.

Salam Kompasiana!
*Penulis masih belajar mohon koreksinya :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun