Pemberitaan 10 ABK WNI yang disandra di Filipina membawa ingatan Laura Irawati pada kejadian 5 tahun silam yakni tanggal 16 Maret 2011 saat Kapal MV Sinar Kudus berbobot mati 8.900 ton milik PT Samudera Indonesia yang sedang membawa nikel curah seharga Rp 1,4 trilyun dari Pomalaa Sulawesi Tenggara ke Roterdam dibajak perompak Somalia di Teluk Aden. Pembajak tersebut meminta tebusan 3.5 Juta USD untuk membebaskan 20 orang ABK Warga Negara Indonesia.
Saat itu presiden SBY bereaksi dengan mengirim 2 kapal perang tua ke perairan Somalia.
"Oprasi pembebasan sandra ini dinilai gagal karena tidak adanya rencana reaksi cepat TNI yang memadai terlihat ketika TNI berada dibawah pengaruh kepemimpinan yang lamban, berorientasi pencitraan semata, dan tidak memiliki kapabilitas menangani hal seperti ini. "
"Seharusnya TNI memiliki otoritas lebih dalam pengambilan keputusan terkait operasi militer." Papar Laura yang berharap kegagalan serupa tak lagi terulang di Filipina. Tentu harapan tersebut juga menjadi harapan kita bersama.
Itulah lima dari sekian banyak cerita dari perbincangan yang belum usai tentang nasib Warga negara Indonesia dalam sandera di Filipina. Cerita ini menjadi gambaran kepedulian, doa dan harapan dari sekumpulan warga biasa yang mencoba membagi opini melalui tulisan.
--
Negara tidak boleh tunduk pada paksaan dan ketakutan,
keselamatan sandera harus jadi prioritas yang diutamakan
Sementara nyawa manusia tidak bisa dan tidak boleh dirupiahkan...
Semoga kasus penyanderaan ini menjadi pengalaman dan pembelajaran yang mendewasakan.
Semoga Ibu pertiwi dan keluarga para sandera masih dapat melihat orang-orang tersayang pulang dengan sentosa. Di titik ini, negara dinanti kehadirannya.
Salam Kompasiana!
*Penulis masih belajar mohon koreksinya :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H