Mohon tunggu...
Syifa Ann
Syifa Ann Mohon Tunggu... Penulis - Write read sleep

Alumni Sosiologi, Penyuka Puisi | Pecinta Buku Nonfiksi & Kisah Inspirasi. | Pengagum B.J Habibie. | Pengguna K'- Mobilian. | Addicted With Joe Sacco's Books. | Risk Taker. ¦ A Warrior Princess on Your Ground. | Feel The Fear, and Do It Anyway :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ragam Warna Paskah: Lewat Liputan dan Wawasan Kompasianer Berbagi Keseruan

5 April 2016   19:31 Diperbarui: 5 April 2016   21:02 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

- [caption caption="Sumber gambar: cumicumi.com"][/caption]

Rangkaian paskah merupakan momen yang sakral bagi umat kristiani di seluruh dunia. Rangkaian Paskah ini sebelumnya di dahului oleh tiga hari tri suci yaitu Kamis putih, Jumat agung dan Sabtu suci sebelum Minggu yang merupakan hari paskah itu sendiri.

Di media warga Kompasiana, semarak momentum Paskah juga menemukan geregetnya, baik dalam prosesi dan perayaannya di Indonesia maupun di berbagai negara lainnya, melalui tulisan sejumlah kompasianer berbagi cerita: warna-warni liputan, wawasan dan pengalaman. Inilah cerita Kompasisner dalam rangkuman.

1. Bagaimana Cara Menentukan Jatuhnya Hari Paskah?

Singkat, padat, cermat dalam tulisannya Kompasianer Ronny Noor memaparkan bahwa ada berbagai metode berbeda yang di pakai oleh berbagai otoritas gereja di dunia untuk menentukan jatuhnya hari paskah.
Perbedaan itu memperkaya, melalui artikelnya Ronny dengan jelas menguraikannya.

2. Salah Kaprah antara "Jumat Agung" dengan "Paskah"

Tiga penggalan berita dari tiga media daring kompas.com, tribunnews.com dan rri.co.id menulis bahwa Jumat, 25 Maret 2016 adalah hari umat Kristen merayakan Hari Raya Paskah. Ini keliru. Karena, Jumat (25/3) bukan Hari Raya Paskah, melainkan Jumat Agung.

Sebagai umat kristiani, Kompasianer Daniel HT melalui artikelnya mencoba meluruskan salah kaprah antara Jumat agung dan paskah yang selama ini kurang dipahami sebagian media dan masyarakat. Melalui tulisan singkat itu, Daniel ajak pembaca mengenal perbedaan makna keduanya.

3. Begini Situasi Paskah Bersama di Kota Paling Toleran, Salatiga

Melalui artikelnya, Kompasianer Bambang Setiyawan memaparkan bagaimana toleransi dan beragama mendapatkan tempatnya di kota Salatiga. Sebuah ibadah paskah digelar di lapangan Pancasila. Kota Salatiga Hajatan yang berlangsung tepat di depan sebuah Masjid bernama Masjid Raya Darul Amal tersebut diikuti sekitar 3.000 umat kristiani. Kota Salatiga. pada Minggu 28 Maret 2016 silam.

"Ibadah paskah berjalan sangat lancar tanpa ada gangguan apa pun, prosesi memperingati Paskah dan Natal yang berlangsung di lapangan Pancasila, sebenarnya sudah berlangsung berpuluh–puluh tahun. Di lapangan yang sama, umat Muslim setiap tahunnya juga memanfaatkannya untuk sholat Idhul Fitri serta Idhul Adha. Tak ada gesekan, tidak ada pula benturan. Semua berjalan normal seperti biasa karena masing-masing sangat menghargai pluralisme beragama". Papar Bambang turut bangga sebagai warga Salatiga.

Tak salah memang jika Salatiga dijuluki kota paling toleran ke dua di Indonesia, sebab di kota itu toleransi beragama mewujud dalam tindakan warganya.

4. Ketika Kebencian kalah Atas Persaudaraan

Kompasisner Gordi dalam tulisannya menyoroti prosesi rangkaian paskah di Kota Roma, Italia.

"Kisah yang mengharukan dan amat sangat berarti adalah ketika Paus Fransiskus membasuh kaki12 orang dari berbagai agama, negara, budaya, dan kultur berbeda: 1 orang wanita Italia, 4 orang laki-laki Katolik Nigeria, 3 orang wanita Eritrea dari ritus Kristen Koptik, 3 orang Muslim dari Siria, Pelstina dan Mali, dan 1 orang India beragama Hindu. Paus Fransiskus tahun lalu juga membuat pembasuhan seperti ini kepada 6 wanita dan 6 laki-laki. Adegan ini mau menunjukkan kepada dunia bahwa kita memang berbeda. Tetapi dalam perbedaan kita bersaudara". Papar Gordi.
Potret mengharukan sebuah toleransi yang patut diapresiasi.

5. Tradisi Paskah Senin Ceko: Cambuk Perempuan dengan Ranting Biar Subur

Mata Kompasiana di Jerman Gaganawati Stegmann berbagi cerita tentang tradisi paskah di berbagai negara di antaranya Jerman, Skotlandia, Swedia dan Ceko slovakia
Secara khusus dalam artikelnya Gana menyoroti tradisi paskah di Ceko Slovakia, disana ada tradisi unik untuk memukul para perempuan dengan tongkat rotan yang dihias tali warna-warni (pelangi) pada Paskah Senin.

"Konon, itu demi kesehatan, keindahan, dan kesuburan wanita Ceko. Selain dibuat sendiri, alat pukul juga bisa didapatkan di toko-toko. Saat melakukan aksi, para pemukul akan menyanyikan lagu Paskah, “Beri kami telur berwarna. Jika Anda tidak punya, yang putih tidak apa-apa. Ayam akan meletakkan telur baru sebagai pengganti telur Anda." -

Sebuah Paparan seru seorang kompasianer diaspora.

Semarak keseruan paskah dari berbagai sudutnya menunjukan toleransi beragama semakin terlihat nyata, catatan lima kompasianer dari sekian banyak yang ada mengamini hal yang sama.

Ya, semoga kerukunan beragama terus terjaga sekarang dan seterusnya melebihi batasan momen dan peristiwa.

*Penulis masih belajar, mohon koreksinya

Salam Kompasiana!

 

 

 

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun