Mohon tunggu...
Syifa Ann
Syifa Ann Mohon Tunggu... Penulis - Write read sleep

Alumni Sosiologi, Penyuka Puisi | Pecinta Buku Nonfiksi & Kisah Inspirasi. | Pengagum B.J Habibie. | Pengguna K'- Mobilian. | Addicted With Joe Sacco's Books. | Risk Taker. ¦ A Warrior Princess on Your Ground. | Feel The Fear, and Do It Anyway :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kepala Daerah Terjerat Narkoba: Empat Kompasianer Bersuara

30 Maret 2016   08:45 Diperbarui: 30 Maret 2016   08:55 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tertangkapnya Bupati termuda Tanah Air yang memimpin kabupaten Ogan Ilir Sumsel Ahmad Wazir Noviandi (27) menambah satu lagi daftar Kepala Daerah yang 'Nista' Kepada warga daerah yang dipimpinnya. Tertangkap karena kasus narkoba, ulah Novi tak luput jadi buah bibir media. Menambah ramai khasanah pemberitaan di Indonesia, tak terkecuali di media warga Kompasiana kasus ini juga menemukan geregetnya. Topik pilihan bertajuk Kepala Daerah Terjerat Narkoba yang diangkat Admin Kompasiana mulai mendapat sambutan dari Kompasianer yang menuliskan opininya, dari banyaknya tulisan yang masuk di antaranya, inilah intisarinya:

1. Bobolnya Parpol Pengusung Bupati Nyabu

Poin lugas tersebut diungkapkan Kompasianer Anang Prasongkodalam artikelnya, ia melihat adanya kasus kepala daerah yang terjerat narkoba terjadi karena kebobolan parpol yang mengusung kepala daerah tersebut sejak awal masih menjadi calon.

 

"Lucu atau bahkan tidak lucu sama sekali, seorang pengguna narkoba akut bisa lolos sebagai calon bupati."

Masih menurut Anang, momentum tertangkapnya bupati termuda Ogan Ilir karena narkoba harusnya menjadi pelajaran bagi parpol manapun agar lebih slektif dalam menjaring calon untuk posisi kepala daerah atau apa pun.

"Pelajaran bagi Parpol lain untuk selektif menjaring calon Kepala Daerah, karena setidaknya para pengusung khususnya bupati Ogan Ilir, kini kena getahnya, nama baik parpol itu ikut tercemar juga". Papar Anang.

2.Malukah Warga yang Kepala Daerahnya Terjerat Narkoba?

Kompasianer asal Cianjur Okti Limelalui artikelnya melempar pertanyaan itu kepada pembaca, sejurus kemudian Okti menjawab pertanyaannya sendiri, seperti inilah pandangannya, seraya kembali melempar tanya yang juga jadi keheranan kita semua.

" Kalau saya jelas malu. Meskipun pada saat pemilihan kepala daerah saya tidak memilih kepala daerah terkait." "Tapi jika kepala daerahnya saja sudah terjerat narkoba, bagaimana dengan warganya? Jika pejabat dan tokoh masyarakatnya saja sudah melanggar hukum (negara dan agama) bagaimana mau mengatur warga di lokasi yang jadi kekuasaannya dengan jumlah yang tidak terhingga?" Papar Okti.

Keheranan tersirat dalam tulisannya tentu saja senada dengan tanya kita semua; dalam artikel yang sama, Okti berharap semoga jerat narkoba tidak ikut menimpa bupati Cianjur yang juga masih berusia muda.

3.Bupati Termuda Ditangkap BNN, Kaderisasi Parpol Kembali Dipertanyakan

Berulangnya kasus kepala daerah yang terjerat narkoba memicu tanya di benak warga biasa Apakah Kaderisasi Parpol masih layak dipercaya?

Melihat fenomena ini, Kompasianer Beni Guntarman menilai bahwa kaderisasi parpol sejak dari akar layak untuk kembali dipertanyakan.

"Kasus Narkoba yang menimpa Bupati termuda ini kembali menggugah pertanyaan, sebegitu mudahkah Parpol menunjuk kadernya untuk maju dalam Pilkada guna meraih jabatan terhormat?"

 

"Mumpung isu deparpolisasi sedang hangat dibicarakan, saatnya bagi Parpol mengkoreksi diri, meninjau kembali fungsi rekruitment dan kaderisasi partai. Menunjuk kader-kader untuk maju sebagai caleg atau cabup atau cawako atau cagub atau sebagai wakilnya, mekanisme seperti apa yang dilakukan partai?" Sebuah uraian menarik dan menggelitik.

4. Pemimpin Muda, Bukan Berarti Harus Foya-Foya, Saatnya Bangun Indonesia

Pemimpin muda identik dengan fenomena positif anak muda yang melek politik, namun Kompasianer Djani Suryapunya pandangan berbeda, menurutnya:

 

"pemimpin muda adalah tunas yang baru dari sebuah ekologi politik yang selama ini didominasi oleh senior. Namun jika berkaca dari arti sebenarnya, bahwa tunas adalah suatu individu dimana identik dengan induk, maka yang sebenarnya terjadi di indonesia ini adalah posisi stagnan yang dimana era kepemimpinan berjalan ditempat, bahkan mundur beberapa langkah dari pendahulunya."

Adanya kasus Bupati muda Ogan Ilir yang terjerat narkoba memperkuat pandangannya.

 

"Bupati Ogan Ilir, Ahmad Wazir Noviadi atau kerap disapa Ovi, yang tertangkap tangan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) Pusat dan BNN Provinsi Sumsel, akan dan mau dibawa kemana Indonesia jika para pemimpin mudanya bermental tempe dan konyol seperti ini?" Papar Djani.

Masih menurut Djani, tidak penting seorang kepala daerah itu tua atau muda, yang penting adalah orang yang punya visi dan mau membangun Indonesia. Bukan hanya foya-foya dengan jabatannya.

Kepala Daerah Terjerat Narkoba memang bukan sebuah kasus yang patut dibangga. Empat Kompasianer dalam tulisannya masing-masing menyepakati poin yang sama.
Semoga di kemudian hari tak ada lagi kejadian serupa.

* Penulis masih belajar, mohon koreksinya

Salam Kompasiana!

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun