"Aku akan mengejarmu, Keara!" Bisik Sena pada rerumputan di taman. (4;246)
Ini kisah tentang seorang lelaki kecil^ yang terlalu muda untuk jatuh cinta serta kesabaran untuk meng-usahakan rasa yang terlalu dini datangnya.
Sena mulai menaruh rasa pada Keara; Gadis kecil teman satu sekolah dasarnya sejak tahun pertama mereka sekolah di SD yang sama, tumbuh di kelas yang sama, duduk dibangku yang sama, belajar dan bergaul dengan teman-teman dan guru yang juga sama.
Sejak itu Sena memperhatikan Keara, senyumnya caranya bicara, lagu apa yang tidak Keara suka, sampai Sena juga tahu: Gadis yang mudah terjatuh saat sedang berjalan itulah Keara.
Meski mereka duduk berdua di bangku yang sama tanpa banyak bicara, namun Sena seorang pengamat yang cukup baik. Dan seperti anak kecil pada umumnya, Kaera tentu marah dan malu jika diolok teman sekelasnya prihal pacaran dan urusan cinta terlebih dengan Sena anak laki-laki yang duduk disebelahnya namun tidak terlalu akrab dengannya. Keara benci diolok "Suka sama Sena" Keara juga benci sebuah lagu yang selalu dinyanyikan temannya untuk memancing amarahnya.
Namun tidak bagi Sena, lelaki kecil itu justru menikmati setiap olokan teman-temannya tentang dia dan Kaera "Sena Pacar Keara" adalah sesuatu yang sejak dini diamini Sena dalam hati. Semua olokan itu dinikmati Sena kecuali olokan teman-teman sekelasnya yang dengan sengaja menyanyikan lagu yang dibenci Kaera hanya untuk membuat gadis kesayangan Sena itu marah lalu mengejar pengejeknya hingga terjatuh pada akhirnya karena langkah kakinya yang payah.
Sampai suatu hari kelas mereka kedatangan seorang murid pindahan bernama Abdul Malik Reza Ibrahim yang minta dipanggil Amri untuk memperkeren penyebutan namanya. dan guru mereka saat itu meminta Amri untuk duduk di antara Sena dan Keara jadilah mereka berbagi kursi bertiga.
Awalnya Sena merutuk dalam hati mengapa dia, Amri dan Keara harus duduk bertiga, adanya Amri membuat Sena tak bisa leluasa memandangi gadis pujaannya, namun dikemudian hari justru Amri yang jadi sahabat terbaik Sena juga perantara cinta Sena-Keara sejak mereka kecil hingga tumbuh menjadi remaja muda yang saling mencinta dan mendoa.
Masa sekolah dasar mereka lalui tanpa hubungan istimewa kecuali teman saja mungkin mengikat tali kasih memang belum waktunya, sementara Sena si kecil masih saja menyimpan rasa suka yang sama pada gadis pujaannya. Hingga saat kelulusan tiba, ternyata Sena, Amri dan Keara kembali memilih sekolah yang sama; disana, mereka akan sekolah dari SMP hingga tamat SMA; Sebuah pondok pesantren di Garut.
Darul Aqram namanya yang memberi Sena dan Keara kisah asmara satu pondok beda asrama. Pada dinding-dinding Darul Aqram,: dilingkungan yang sarat nilai-nilai agama dua sejoli ini mulai menyemai cinta meski mereka harus mencuri waktu untuk sekedar bertemu; bertukar sapa lewat aksara dalam lembar surat pereda rasa karena takut dapat sanksi dari para pembina.
Sampai suatu insiden terjadi di sana ruang guru pondok pesantren Darul Aqram jadi saksinya. Insiden tentang langkah Keara yang menjadikan seorang Sena lelaki yang lebih dewasa prihal urusan cinta dan dunia disekitarnya..
Mungkin kita heran bagaimana seorang anak kecil berani-beraninya mengaku jatuh cinta padahal menghitung perkalian saja belum bisa. Namun itulah Sena yang jatuh cinta pada Keara sejak masih kanak-kanak dan menjaga rasanya hingga mereka tumbuh menjadi remaja muda dan takdir membentang kisah indah untuk mereka.
Kisah kecil yang manis dari cinta masa kecil ini dituang apik oleh Fahd Pahdepie novel bertajuk Jodoh (2015.)
Diterbitkan oleh penerbit Bentang Pustaka, novel setebal 246 halaman ini mengajak pembacanya menyoal ulang tentang cinta pertama.
Apa itu Jodoh?
Setiap yang dipertemukan pada waktu dan tempat yang  sama adalah berjodoh. Namun untuk berjodoh beserta rasa tentu itu butuh usaha.
Buku ke 16 yang ditulis oleh Fahd Pahdepie ini sedikit berbeda dari buku-buku Fahd sebelumnya. Kalau pada buku-buku sebelumya  dengan tema,-tema bernusnsa filosofis Fahd lebih memposisikan pembaca sebagai "pendengar cerita" Kali ini ia ingin menjadi teman bercerita bagi pembacanya dengan mengusung tema cinta yang lebih ngepop, dalam bukunya  kali ini Fahd ingin lebih dekat dengan pembacanya  yang barangkali pernah punya pengalaman-pengalaman yang sama.
"Saya ingin menjadi teman bercerita untuk pembaca saya" Papar Fahd Pahdepie dalan Launching bukunya di Gramedia Merdeka Bandung 27 Desember 2015 Silam.
Diselingi Puisi-puisi Sapardi Djoko Darmono sebagai perekat kisah membuat novel bertajuk jodoh ini punya gaya bercerita yang berbeda.
Apa itu Jodoh?
Laut, ombak dan isinya selalu menjadi misteri yang tak terduga bukan? Orang yang kau sangka belahan jiwa sering kali hanyalah perantara atau justru pengalih perhatian dari belahan jiwamu yang sesungguhnya.
Ini adalah kisah tentang seorang laki laki dan perempuan yang memutuskan untuk berlayar sebelum mereka mengenal ketakutan.
"Buku yang manis dengan akhir misterius namun tetap manis-" (Syifa)
"Jatuh cinta terkadang mudah tetapi memang selalu butuh usaha untuk mengangkat cinta yang jatuh menjadi cinta yang hebat". (Syifa)
"Novel Jodoh berkisah tentang tunggu, kesabaran dan mempertahankan.."
Setiap yang sungguh-sungguh diusahakan pasti akan menemukan jalan..
Judul Buku: Jodoh
Genre: Novel
Penerbit: Bentang Pustaka ; 2015
Tebal buku: V+ 246 Halaman
* catatan: sebaiknya novel ini dikonsumsi oleh usia 17 tahun ke atas.
*Resensi ini ditulis dengan Gaya tulisan dan Olahan kata Syifa
*Semua Foto adalah Dokumen Pribadi
*Paragrap yang dicetak miring adalah kutipan novel Jodoh
Selamat Membaca!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H