Cinta â—Š
Lihatlah bagaimana nyala itu ada
Menjadi energi bagi dunia
Dari percik sinar seberkas cahaya
Mari berkaca darinya
Tentang laku dan makna
Â
Cinta â—Šâ—Š
Lihatlah pada kembang api
Indahnya sesaat hanya ilusi
 Ia gemerlap tapi hancurkan diri sendiri
Seperti itulah kita menjadi
Bila tak pandai ukur diri
Merasa hebat..
Padahal kehancuran sudah dekat
Tentang sabda puas
Janganlah terlalu cepat
Â
Cinta â—Šâ—Šâ—Š
Jangan meniru cahaya lampu
Nyalanya punya jangka waktu
Tak punya kuasa bertindak sesuai kehendak
Seluruh hidupnya terseret
Menyala hanya  jika dipencet
Soal inisiatif jangan lelet
Sebab hidup tak hanya menunggu paket
Â
Cinta â—Šâ—Šâ—Šâ—Š
Jangan jadi lilin yang menerangi
Sampai melelehkan diri sendiri
Jika ego membawa nelangsa
Pada satu dari dua
Gagal sudah pasti jadi milik kita
Tentang rasa bukan tempat cari celaka
Â
Cinta â—Šâ—Šâ—Šâ—Šâ—Š
Jangan jadi kelip pohon natal di malam suci
Kilaunya selalu dipuji
Jika karyamu diapresiasi
Buang jumawa dan tinggi hati
Sebelum menusukmu bak duri
Â
Cintaâ—Šâ—Šâ—Šâ—Šâ—Šâ—Š
Mari merefleksi diri
Pada bulan dan mentari
Terangnya silih berganti menyinari bumi
Tanpa saling iri apalagi memaki
Semua sadar porsi
Tanpa dendam berbalut dengki
Â
Cintaâ—Šâ—Šâ—Šâ—Šâ—Šâ—Šâ—Š
Tentang yang kita rintis berdua
Belajarlah dari cahaya
Pada ujungnya…
Bukan siapa yang paling terang
Ini tentang usaha untuk dikenang
Menggores jejak memanjang
Agar tak lekang
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H