Mohon tunggu...
Syifa Salsabila Ramadhani
Syifa Salsabila Ramadhani Mohon Tunggu... Lainnya - Syifa

Senang menulis, merajut, dan memberi makan kucing

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

7 Jenis dan Cara Mengatasi Distorsi Kognitif, Penyebab Kita Merasa Tidak Berharga

10 September 2020   20:26 Diperbarui: 6 April 2021   10:57 8019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita sering merasa mengetahui pikiran dan perasaan orang lain. Terkadang, kita yakin orang lain memiliki pemikiran negatif terhadap kita berdasarkan satu atau dua hal yang dilakukan orang tersebut. Contohnya, bisa dilihat dari kasus berikut.

Suatu hari, aku berpapasan dengan seorang teman di jalan. Namun, dia tidak menyapaku. Boro-boro menyapa, begitu melihat mataku saja dia langsung membuang muka. Kenapa, ya? Apa dia tidak mau berteman denganku lagi?

Saat kita yakin seseorang tidak mau berteman lagi dengan kita karena dia tidak menyapa, di situlah kita melompat ke suatu kesimpulan yang belum terbukti. Padahal, bisa saja seseorang tersebut sedang sibuk, terburu-buru ingin ke kamar mandi, atau sedang menyimpan masalah. Cobalah untuk bertanya terlebih dahulu sebelum tergesa-gesa mengambil kesimpulan.

5. Fortune-telling (Ramalan)

Fortune-telling alias meramal adalah kesalahan kognitif di mana kita memprediksi hal-hal yang akan datang akan bernasib buruk. Kesalahan meramal seringkali membuat kita takut melakukan hal baru. Contoh kasusnya seperti ini.

Aku ingin daftar organisasi itu. Pasti keren kalau aku bisa menjadi salah satu anggotanya. Tapi, aku tidak pandai bicara. Aku pasti gagal dalam wawancara. Ya sudah deh, tidak jadi daftar.

Memprediksi sesuatu tidak akan berjalan dengan baik hanya akan membuat kita kehilangan kesempatan yang ada. Sebab, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi jika tidak dicoba. Anggap kesempatan yang ada sebagai media pembelajaran. Kalau berhasil, bersyukurlah. Kalau belum berhasil, evaluasi diri.

6. Emotional Reasoning (Penalaran Emosional)

Distorsi kognitif ini terjadi ketika kita terlalu mengedepankan perasaan dalam melihat atau melakukan sesuatu. Apa yang kita rasakan itu betul, begitulah orang-orang dengan penalaran emosional berpikir. Ketika kita merasa tidak sanggup melakukan suatu hal, berarti kita memang betul-betul tidak mampu. Atau ketika kita merasa menjadi orang yang membosankan, maka kita memang orang yang membosankan.

Perasaan negatif seperti itu sangat merugikan kita. Tidak jarang kita jadi kehilangan kesempatan karena perasaan negatif yang sebenarnya belum terbukti.

7. Personalization (Personalisasi)

Seseorang dapat dikatakan melakukan kesalahan berpikir personalisasi jika ia meyakini segala yang dikatakan atau dilakukan orang lain memiliki hubungan terhadap dirinya sendiri. Secara enteng, kita jadi membandingkan diri kita dengan orang lain dan menarik segala kesimpulan secara personal. Selain itu, kita jadi sering menyalahkan diri sendiri atas kejadian yang mungkin tidak sepenuhnya salah kita. Kasus di bawah ini menjelaskan contoh personalization.

Aku adalah seorang pemain basket. Suatu hari, timku kalah. Ini semua kesalahanku karena aku tidak bermain dengan baik.

Padahal, olahraga basket tidak dimainkan secara individu. Kekalahan tim tidak dapat dibebankan kepada satu individu tertentu. Kita tidak perlu merasa bersalah dan malu terhadap segala kesalahan yang berada di luar kontrol kita.

Cara Mengatasi Distorsi Kognitif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun