Minyak nabati di pasar internasional merupakan salah satu pasar yang kompetitif, melibatkan lebih dari sembilan jenis minyak serta hampir diproduksi dan dikonsumsi di semua negara, baik negara maju maupun negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Minyak nabati yang banyak diperdagangkan di pasar internasional antara lain minyak kedele, minyak sawit, rapeseed oil, sunflower oil, minyak kelapa, minyak jagung, dan minyak kacang tanah.
Indonesia memiliki perkebunan pohon yang dapat menghasilkan salah satu jenis minyak nabati yang diperdagangkan di pasar internasional yakni kelapa sawit (Palm Oil atau Elaeis guineensis). Kelapa sawit dalam pengolahannya memiliki manfaat yang dihasilkan dari bagian pohon kelapa sawit. Batang pohon sawit dapat digunakan untuk pembuatan pulp, bahan kimia turunan, sumber energi, papan partikel, dan juga bahan kontruksi.Â
Buah kelapa sawit memiliki nilai ekonomis yang tinggi, dapat diolah menjadi minyak sawit CPO (Crude Palm Oil) diperoleh dari mesocarp yang bermanfaat untuk bidang pangan maupun non pangan. Bagian lainnya seperti sabut dan sludge, tandan kosong, cangkang, minyak inti (karnel) sawit PKO (Palm Kernel Oil) dan bungkilnya juga dapat dimanfaatkan.Â
Perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 1990an sudah berkembang tetapi mengalami berbagai kendala serta belum mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah mengenai perkembangannya dan konsumsi minyak nabati dunia di pasar internasional belum mengalami peningkatan. Pada saat itu perkebunan kelapa sawit Indonesia dikelola oleh perusahaan asing karena masyarakat belum memiliki kemampuan yang cukup dalam mengelolanya, awalnya hanya dikembangkan di wilayah Sumatra kemudian Kalimantan saja.Â
Pada tahun 2000 konsumsi nabati dunia naik menjadi 73 juta ton, dengan pertumbuhan 10,1% per tahun. Dalam dekade 2000 - 2006, laju pertumbuhan konsumsi minyak nabati dunia naik 7,3% per tahun. Konsumsi minyak nabati di pasar internasional mengalami pertumbuhan pesat yang konsumsinya mendominasi minyak kedele dan minyak sawit. Indonesia yang memiliki perkebunan kelapa sawit melihat konsumsi minyak nabati dunia mengalami kenaikan pertahunnya menjadikan kedudukan kelapa sawit sangat penting dalam peluang meningkatkan pendapatan negara setiap tahunnya, pembangunan perkebunan kelapa sawit dapat menciptakan kesempatan lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian masyarakat.Â
Pemerintah Indonesia pada tahun 2000 mulai memperhatikan perkebunan kelapa sawit dengan membuat perusahaan milik pemerintah dalam pengelolaan Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN), kebijakan -- kebijakan dalam hal perijinan dan bantuan subsidi investasi untuk mengembangkan dan memperluas areal perkebunan pada daerah lain seperti Sulawesi dengan luas perkebunan 107,927 ha, Papua dengan luas perkebunan 52,392 ha dan Jawa dengan luas perkebunan 21,122 ha. Pada tahun 2000 hingga 2006 pemerintah terus mengembangkan perluasan areal perkebunan kelapa sawit pertahun nya.Â
Selama periode tahun 2000 hingga 2006 areal luas perkebunan kelapa sawit berkembang di 19 provinsi Indonesia meliputi Pulau Sumatera dan Kalimantan, dua propinsi di Jawa (Jawa Barat dan Banten), tiga propmsi di Sulawesi (Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara) serta Papua dan Irian Jaya.Â
Dua pulau utama sentra perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Sumatra dan Kalimantan. Sekitar 90% perkebunan kelapa sawit di Indonesia berada di kedua pulau sawit tersebut, dan kedua pulau itu menghasilkan 95% produksi minyak sawit mentah (crude palm oil atau CPO).Â
Perkembangannya cenderung menunjukkan peningkatan yakni 2,21 -- 13,36 persen. Pada tahun 2000 lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia tercatat seluas 4,16 juta ha, kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2001 sekitar 13,36 persen menjadi seluas 4,71 juta ha. Pada tahun 2002 luas areal perkebunan kelapa sawit meningkat sebesar 7,50 persen menjadi seluas 5,07 juta ha, kemudian pada tahun 2003 luas areal perkebunan kelapa sawit meningkat 4,27 persen menjadi seluas 5,28 juta ha.Â
Pada tahun 2004 luas areal perkebunan kelapa sawit meningkat 2,21 persen menjadi seluas 5,40 juta ha. Pada tahun 2005 perkebunan kelapa sawit meningkat menjadi seluas 5,60 juta ha, tahun 2006 perkebunan kelapa sawit meningkat menjadi seluas 6,5 juta ha dengan produksi 17,350,848 ton. Selama periode 2000 hingga 2006 pemerintah Indonesia berhasil melakukan perkembangan perluasan areal perkebunan kelapa sawit walaupun persentase setiap tahunnya meningkat dengan angka kecil.Â
Perkembangan perluasan areal perkebungan kepala sawit yang dilakukan pemerintah berpengaruh terhadap produksi dan nilai produksi minyak sawit Indonesia. Dengan luas perkebunan tersebut menjadikan Indonesia negara produsen minyak sawit mentah (Crude Palm Oil atau CPO) serta sebagai komoditi ekspor terbesar Indonesia yang banyak diperdagangkan di pasar internasional (berkontribusi sebesar 37,5 persen). Ekspor minyak sawit (CPO) Indonesia antara lain ke negara Belanda, India, Cina, Malaysia, dan Jerman, sedangkan minyak inti (karnel) sawit PKO (Palm Kernel Oil) di ekspor ke negara Belanda, Amerika Serikat dan Brasil. Pangsa pasar untuk produk minyak tersebut telah menjangkau kelima benua yakni Asia, Afrika, Australia, Amerika dan Eropa. Namun, Asia masih merupakan pangsa pasar yang paling utama.Â
Pada tahun 2000 volume ekspor minyak sawit Indonesia mencapai 4,11 juta ton dengan nilai ekspor sebesar US$ 1,09 milyar atau meningkat 24,58 persen dan pada tahun 2001 mengalami peningkatan sekitar 19,30 persen atau menjadi 4,90 juta ton dengan nilai sebesar US$ 1,08 milyar. Pada tahun 2002 volume ekspor mengalami kenaikan yakni menjadi 6,33 juta ton atau meningkat 29,17 persen dan nilamya mencapai US$ 2,09 milyar. Ekspor minyak sawit kembali mengalami peningkatan walau hanya sebesar 0,83 persen pada tahun 2003 dengan volume sebesar 6,39 juta ton dan nilai sebesar US$ 2,45 milyar.Â
Kenaikan yang cukup besar terjadi pada tahun 2004 yakni sebesar 35,63 persen atau menjadi 8,66 juta ton dengan nilai mencapai sebesar US$ 3,44 milyar. Pada tahun 2005 volume ekspor minyak sawit Indonesia mencapai 10,38 juta ton dengan nilai ekspor sebesar US$ 3,76 milyar atau meningkat 19,79 persen dan pada tahun 2006 mengalami peningkatan sekitar 16,61 persen atau menjadi 12,10 juta ton dengan nilai sebesar US$ 4,82 milyar.Â
Ekspor Crude Palm Oil (CPO) Indonesia pada periode 2000-2006 cenderung meningkat. Meningkatnya hasil produksi dan ekpor kelapa sawit Indonesia tahun 2000 hingga 2006 menjadikan negara Indonesia memiliki prospek besar yang cerah setiap tahunnya dan menjanjikan baik dari sisi permintaan pasar minyak nabati internasional maupun dari ketersediaan sumberdaya lahan.Â
Daftar pustakaÂ
A.yustaningwarno, Fitriyono. 2012. "PROSES PENGOLAHAN DAN APLIKASI MINYAK SAWIT MERAH PADA INDUSTRI PANGAN *." VITASPHERE 2: 1-11.
Bustomi, Bambang Drajat dan Hamzah. 2009. "ALTERNATIF STRATEGI PENGEMBANGAN EKSPOR SAWIT MINYAK INDONESIA." JurnaL Manjemen & Agribisnis 6 (1): 1-13.Â
Hafizah, Dian. 2011. "KAJIAN KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA DALAM PERDAGANGAN CPO INDONESIA MENGGUNAKAN PENDEKATAN ANALISIS INTEGRASI PASAR." AGRISEP 10 (2): 154-170.Â
Indonesia, S. 2005. Statistik Kelapa Sawit Indonesia Indonesian Palm Oil Statistics 2004. JAKARTA: BADAN PUSAT STATISTIK.Â
Jan Horas V. Purba, Tungkot Sipayung. 2017. "PERKEBUNAN KELAPA SAWIT INDONESIA DALAM PERSPEKTIF PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN." Masyarakat Indonesia 43 (1): 81-94.Â
Purba, Jan Horas Veryady. 2019. Industri Sawit Indonesia dalam Perspektif Minyak. Bogor: Kesatuan Press.Â
Siswanto, A. Faroby Falatehan dan A. Dwi. 2014. "PENGEMBANGAN BIODIESEL KELAPA SAWIT DI INDONESIA." Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah 6 (1): 97-104.Â
Wibowo, Vega Nurmalita dan Prasetyo Ari. 2019. "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Minyak Kelapa." Economic Education Analysis Journal 8 (2): 605-619. doi: 10.15294/eeaj.v8i2.31492.
sumber gambar : Coaction.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H