Mohon tunggu...
Humaniora

Pemikiran Ekstrimis Berkedok Islam

15 Maret 2018   19:34 Diperbarui: 15 Maret 2018   19:45 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun mengaku lebih suka kembali ke Al-Quran dan As-Sunnah (naql) daripada merujuk pada dan melakukan aktivitas berpikir (ra'y), para ekstremis berkedok Islam punya corak dan produk pemikiran. Corak berpikir mereka literalis, sedangkan produk berpikir mereka kebencian. Di tulisan ini, corak dan produk berpikir mereka menjadi bahan ulasan.

Mereka adalan kaum literalis, yaitu orang-orang yang membaca teks apa adanya. Apa yang tertera di dalam teks itulah yang mereka yakini. Tak ada konteksualisasi dalam pembacaan mereka atas ayat-ayat Al-Quran dan hadits-hadits Nabi. Yang tertulis di dua sumber epistemologis Islam itu dianggap independen dari dimensi ruang dan waktu, sementara orang di masa kini didorong tunduk patuh menjalankan apa yang tersurat. Akibatnya, muncul sikap ahistoris.

Contoh ketidakbersejarahan pembacaan mereka atas teks agama Islam adalah pembacaan mereka atas ayat Al-Quran ke-44, ke-45 dan ke-47 dari Surat Al-Maidah.

Di akhir Surat Al-Maidah ayat ke-44 disebutkan: "wa man lam yahkum bim anzala-llh fa ulika humul-kfirn" (barang siapa tidak memutuskan dengan apa yang diturunkan oleh Allah, maka mereka adalah orang-orang kafir).

Di akhir Surat Al-Maidah ayat 45 tertulis: "wa man lam yahkum bim anzala-llh fa ulika humuzh-zhlimn" (barang siapa tidak memutuskan dengan apa yang diturunkan oleh Allah, maka mereka adalah orang-orang zalim).

Penghujung ayat ke-47 surat tersebut berbunyi: "wa man lam yahkum bim anzala-llh fa ulika humul-fsikn" (barang siapa tidak memutuskan dengan apa yang diturunkan oleh Allah, maka mereka adalah orang-orang fasik).
Berdasarkan pembacaan harfiah atas penggalan ayat-ayat tersebut, mereka menyimpulkan bahwa siapapun yang tidak menjalankan apa yang tertera di dalam Al-Quran adalah orang kafir, zalim dan/atau fasik.

Pembacaan itu selain ahistoris juga tidak pas dengan keseluruhan ayat yang dikutip. Secara historis, ayat itu muncul ketika ada orang Yahudi dan orang Nasrani menghadapi suatu persoalan hukum, lantas bertanya kepada Rasulullah, lalu Rasulullah menyuruh mereka untuk mengacu kepada kitab suci mereka masing-masing, yaitu Taurat bagi orang Yahudi dan Injil bagi orang Kristiani.

Faktor historis itu juga tercatat di dalam redaksi utuh ayat-ayat tersebut. Ayat ke-44 dan ke-45 Surat Al-Maidah itu berisi tentang umat Yahudi dan hukum balas yang terdapat di dalam Taurat. Adapun ayat ke-46 dan ke-47 surat tersebut menceritakan tentang umat Kristiani dan Injil. Artinya, tak hanya secara historis, secara literal pun ayat itu terkait dengan umat pengikut Nabi Musa dan pengikut Nabi Isa.

Sejauh kaum literalis mengaku mengacu pada apa yang tertera di dalam teks, maka mereka seharusnya tidak menyimpulkan bahwa ayat itu terkait dengan Al-Quran dan pengikut Nabi Muhammad. Ketika mereka melakukan penyimpulan semacam itu, mereka justru inkonsisten dengan klaim mereka kembali kepada Al-Quran dan Sunnah, karena mereka malah melakukan penafsiran non tekstual yang mereka hindari.

Tapi, mereka cenderung tidak peduli dengan kerancuan berpikir mereka itu. Di masa lampau, tepatnya di masa pemerintahan Khalifah Ali ibn Abi Thalib, kaum Khawarij menggunakan penggalan ayat-ayat itu untuk mengkafirkan Sang Khalifah, lalu membunuhnya, lantaran Sang Khalifah mau melakukan genjatan senjata dengan Muawiyah ibn Abi Shufyan di Perang Shiffin. Di masa kini, kaum ekstremis berkedok Islam mengutip petikan ayat-ayat tersebut untuk mengafirkan pemerintahan non Muslim dan pemerintahan Muslim yang tidak secara eksplisit menyatakan mengacu pada Al-Quran dan Hadist Nabi.

Para ekstremis berkedok Islam di masa kini menganggap pemerintahan semacam itu sebagai pemerintahan thght (setan). Mereka, antara lain, mengacu pada penggalan ayat ke-257 surat Al-Baqarah yang berbunyi: "walladzna kafar auliyuhumut-thght" (Dan orang-orang yang kafir, pelindung/rekan/pemimipinnya adalah setan).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun