Jepang merupakan salah satu negara di Asia yang memiliki posisi perekonomian kuat di dunia global. Hal tersebut dapat terjadi karena kontribusi masyarakat Jepang dalam membangun ekonomi negara sangatlah kuat. Budaya, prinsip, dan nilai – nilai kehidupan yang dipegang oleh masyarakat Jepang merupakan poin yang sangat mempengaruhi kemajuan ekonomi di Negara Jepang. Kebangkitan perekonomian Jepang setelah Perang Dunia II merupakan contoh bagaimana poin – poin diatas sangat berpengaruh dalam kebangkitan ekonomi Jepang.Â
Salah satu prinsip masyarakat Jepang yang dipegang sampai saat ini adalah bushido. Bushido sendiri merupakan budaya masyarakat Jepang yang terbentuk pada zaman Kamakura (abad ke - 12), yang merupakan awal dari sistem feodal yang merupakan awal  landasan ilmu pedang Jepang. Pada zaman Edo (1603 – 1867) bushi sendiri dikenal sebagai sebutan untuk para samurai. Hal tersebut berkaitan dengan adanya sistem stratifikasi sosial yang membagi masyarakat Jepang dalam empat tingkatan pada Zaman Edo, dimana Shi dari bushi yang berarti kaum samurai atau prajurit, no dari nomin yang berarti petani, ko dari kosakunin yang berarti perajin, dan sho dari shonin yang berarti pedagang. Dengan adanya perbedaan empat golongan, tiap – tiap golongan memiliki implikasi semangat bushido mereka sendiri – sendiri.
Pada  masa sebelum Tokugawa kaum samurai lebih berperan sebagai kekuatan militer, pada era Tokugawa yang relatif damai, tanpa perang antar tuan tanah atau daimyo, mereka lebih banyak berperan dalam bidang administrasi dan politik, di samping ada yang tetap sebagai militer. Dengan peranan tersebut, sikap hidup yang mereka anut berpengaruh pada kalangan masyarakat luas dari golongan lainnya. Yamaga Shoko (1622 - 1685), seorang ahli konfusianisme, mengatakan bahwa seorang samurai harus memiliki moral yang dapat menegakkan kewibawaannya, seperti pengendalian diri, kesetiaan pada atasan, berkorban demi tugas, dan memiliki sikap sungguh - sungguh (Shoko dalam de Barry 1974: 395). Ia menekankan pentingnya wawasan berpikir yang luas bagi para samurai. Agar dapat lebih bijaksana dalam memerintah, mereka perlu belajar berbagai hal yang tidak ada kaitannya dengan kemiliteran, seperti kesenian, ilmu kemasyarakatan, kesusastraan, dan sejarah.
Seorang samurai juga dituntut untuk jujur dan berani, tidak hanya berani dalam peperangan, tetapi juga berani dalam menjalani kehidupan, dan berani menegakkan kebenaran. Penjelasan mengenai  prinsip – prinsip ajaran moral yang harus dipatuhi serta dilaksanakan oleh seorang samurai, antara lain,Â
Kesungguhan, seorang samurai harus mempertahankan keseluruhan aspek kehidupan seperti etika, moral, kebenaran, dan keberanian.Â
Keberanian, seorang samurai harus berani mati demi membela kebenaran.Â
Kebaikan, seorang samurai harus mengerti akan hubungan kasih sayang, cinta, dan kemuliaan perasaan.Â
Kesopanan, seorang samurai harus berperilaku sopan.Â
Kejujuran, seorang samurai harus menjunjung tinggi kejujuran, tindakan berbohong dianggap merupakan tindakan pengecut dan tidak terhormat bagi seorang samurai.Â
Kehormatan, seorang samurai dituntut untuk selalu menjaga kehormatannya dengan cara tidak melanggar moral dan selalu berperilaku terhormat.Â
Kesetiaan, kesetiaan seorang samurai ditunjukkan dengan pengabdian kepada tuannya. Etika bushido ini masih terus diterapkan secara mendalam pada era setelah restorasi meiji, para samurai juga banyak yang berganti profesi sebagai industrialis beberapa perusahaan besar bahkan dipimpin oleh keturunan beberapa samurai sehingga etika bushido tertanam kuat.
Prinsip – prinsip ajaran etika dan moral bushido sampai sekarang masih sangat melekat dengan nilai – nilai kehidupan yang dipegang oleh masyarakat Jepang. Bushido, yang berkembang dan membimbing masyarakat begitu lama, pada akhirnya harus menyerah pada modernisasi. Ketika ksatria meninggalkan feodalisme Eropa, gereja melindungi prajurit dan ksatria sehingga memperpanjang umurnya. Jepang, bagaimanapun, kekurangan agama besar untuk memainkan peran yang sama; Shinto yang telah menopang Bushido hanya menua dan Konfusianisme digantikan oleh filosofi Barat. Ditambah lagi, perang modern menggunakan metode dan senjata yang sama sekali berbeda dari Bushido. Dengan demikian, kehidupan Bushido berakhir dengan cepat setelah berakhirnya feodalisme pada akhir tahun 1800-an.
Walaupun begitu Jepang tetap memegang nilai – nilai etika dan moral bushido, walaupun tidak secara langsung Jepang berhasil mempertahankan karakteristik bangsanya diantara berbagai pengaruh barat dengan memegang nilai etika dan moral bushido. Penerapan nilai – nilai etika dan moral bushido juga masih terus bertahan sampai saat ini. Falsafah bushido dari perspektif masyarakat Jepang saat ini antara lain, Kesungguhan, pemahaman tentang kebenaran dan berusaha untuk menghindari hal hal yang merugikan banyak pihak. Keberanian, berani menghadapi berbagai macam keadaan, kesulitan, dan tahan terhadap tekanan. Kebaikan, berbagi kebaikan terhadap sesama. Kesopanan, berbicara dan berperilaku santun terhadap orang tua maupun sesama. Kejujuran, kejujuran merupakan poin penting dalam kehidupan masyarakat jepang, kejujuran merupakan dasar moral dan etika seseorang. Kehormatan, saling menghormati satu sama lain, baik dalam menghormati waktu atau pun bersikap sebaik mungkin antar sesama. Kesetiaan, bentuk kesetiaan saat ini dapat dilihat dari bagaimana masyarakat Jepang bekerja, loyalitas pada atasan sebuah kelompok masih jelas terlihat pada loyalitas para pekerja pada pekerjaan mereka, para siswa kepada guru, atau individu yang bekerja atau bertindak dengan bermuara bagi kepentingan negara. Bagaimanapun juga, dasar etika bushindo masih terus berperan dalam kebudayaan dan masyarakat Jepang. Penekanan bushindo pada semangat atau etika bushindo yang tersisa pada masa kini tentu saja berbeda dengan para samurai yang memilih mati dengan cara terhormat demi membela tuannya atau demi kehormatan. Perwujudan lebih pada nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, seperti bekerja keras, menghormati atasan atau yang lebih senior, loyalitas, dan sebagainya. Sistem nenko joretsu (senioritas) yang ada dalam perusahaan Jepang juga merupakan salah satu bentuk dari etika tersebut.
Bushido adalah akar dan bunga masyarakat Jepang. Mereka menetapkan standar moral dan membimbing orang melalui keteladanan samurai. Oleh karena itu, tema-tema seni pertunjukan seringkali diambil dari kisah-kisah para pejuang.
Bushido pada awalnya dimulai sebagai prinsip para samurai namun, melalui massa dari waktu ke waktu bushido akhirnya berubah menjadi konsep "jiwa Jepang" mewakili seluruh etnis. Bushido sering disamakan dengan bunga sakura, bunga asli Jepang. Bunga sakura memiliki keanggunan dan keindahan, namun mereka sederhana. Demikian pula, Bushido yang merupakan kesederhanaan, indah dan anggun namun tidak glamor tetapi menyebarkan suasana yang menyegarkan bagi orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian, walaupun konsep bushido atau sistem feodal tidak lagi bertahan di zaman modern ini, akan tetapi, semangat bushido tampaknya masih tetap ada dalam pikiran dan hati orang Jepang. Seperti yang dikatakan, Bushido sebagai kode etik yang independen mungkin lenyap, tetapi kekuatannya tidak akan musnah dari bumi. Seperti bunga simbolisnya, setelah ditiup ke empat penjuru angin, Bushido akan tetap memberkati umat manusia dengan wangi yang akan memperkaya kehidupan. (Nitobe : 192)
Daftar Pustaka
Nakamoto M. 2022. Bushido: The book that changed Japan's image
Nitobe Inazo (1974), Bushido, The Soul of Japan.
OJBS: Online Journal of Bahá‟à Studies
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H