Seorang anak tersebut masih berusaha menyelesaikan tugas membangun confidence yang seharusnya selesai di usia sekolah (industri vs inferioritas), padahal ketika usianya memasuki remaja, harus sudah fokus mencari identitas dir. Akhirnya identitas anak tersebut sebagai pembully terbentuk, dan dia merasa bangga, dan itu bahayanya.
Sebelum para pembully SD itu tumbuh remaja, tugas perkembanganmasa lalu yang belum selesai harus diselesaikan saat itu juga. Mereka harus tahu bahwa tindakan yang mereka lakukan itu salah dan berbahaya.
Mereka harus dibimbing untuk membedakan mana tindakan terpuji dan tercela (yang seharusnya selesai di fase pra sekolah). Lalu dibimbing untuk membangun kepercayaan diri dengan cara yang tepat. Semua itu butuh peran profesional yang mengerti psikologi perkembangan.
Jika orang tua mengerti anak sudah masuk usia pra sekolah, mereka pasti mengerti bahwa anak mulai mengalami fase inisiatif vs rasa bersalah. Di fase ini anak akan tinggi rasa ingin tahunya. Mereka akan melakukan apapun untuk satisfy their curiosity.
Sering menemukan anak-anak memecahkan perabot?
Di situ peran orang tua digunakan untuk mengajarkan itu salah dan itu benar. Biarkan mereka lakukan apapun (selama tidak membahayakan) dan jangan dilarang. Lalu bimbing mana yang benar dan salah. Jika dilarang, anak mudah merasa bersalah. Maka  gagal.
Anak mengolok anak lain, orang tua masuk ranah dan menyampaikan bahwa itu salah lalu mencontohkan yang benar.
Jika anak itu belum menguasai apa yang diajarkan,ketika memasuki usia sekolah yang tugas perkembangannya sudah mulai mengembangkan kepercayaan diri, bisa repot. Anak bisa bangga mengolok-olok temannya yang nanti berkembang menjadi bully.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.qubisa.com/article/tahapan-perkembangan-psikososial-teori-erik-erikson
https://twitter.com/afrkml/status/1550387822510866432 Â