Mohon tunggu...
Syekh Muchammad Arif
Syekh Muchammad Arif Mohon Tunggu... Konsultan - Menawarkan Wacana dan Gagasan Segar sertaUniversal

syekh muhammad arif adalah motivator dan bergerak di bidang konsultasi pendidikan dan pemerhati sosial dan keagamaan universal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Virus Corona: Persoalan Ilmiah atau Agama?

31 Maret 2020   14:35 Diperbarui: 31 Maret 2020   17:06 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengapa virus Corona dari persoalan kesehatan/medis berubah menjadi persoalan teologi? Apakah kita benar-benar sedang menghadapi persoalan teologi? Apakah dengan menyebarnya virus Corona di 200 negara yang merujuk data real time Global Cases by the CSSE at John Hopkins University, tercatat ada 785.709 orang di dunia terinfeksi, lebih dari 37 ribu meninggal hingga selasa (31 Maret 2020) pagi menandakan bahwa keyakinan tentang Tuhan hanya dongeng dan omong kosong dan sekaligus membuktikan kelemahan dan ketidakberdayaan-Nya bagi yang tetap mempercayai-Nya?

Corona adalah virus yang menyebabkan sakit namun penyebarannya di seluruh dunia  menunjukkan bahwa masalah ini bukan hanya berhenti pada dataran kedokteran dan kesehatan namun secara cepat memengaruhi juga ekonomi, politik dan budaya.

Dalam pandangan masyarakat, keabsahan dan keunggulan sesuatu tidak bisa menandingi pengetahuan (sains). Bahkan sains hari ini sampai pada titik menjadi tolak ukur kemuktabaran  bagi masalah-masalah yang lain. Misalnya, nilai ekonomi suatu produk, nilai sosial suatu masyarakat dan bahkan kemuktabaran agama-agama samawi terkadang ditimbang oleh pengetahuan (sains).

Sebagai contoh, di Australia untuk mempromosikan Kristen ditulis seperti ini: "kebenaran Injil kaum Masehi sudah teruji secara ilmiah." Sementara itu di dunia Islam pun ada aliran yang cukup kuat dan dengan investasi yang cukup besar pada tiap tahunnya untuk membuktikan kebenaran Alquran secara ilmiah (tafsir 'ilmi/interpretasi saintifik), Doktor Nidhal Guessoum menggagas rekonsiliasi Islam dan sains modern dalam bukunya yang berjudul "Islam's Quantum Question: Reconcilling Muslim Tradition and Modern Science", IB Tauris (London, UK), 2010.

nidhal-5e8316e6d541df377c5cb342.jpeg
nidhal-5e8316e6d541df377c5cb342.jpeg
Dalam kondisi dan zaman seperti ini, kemuktabaran wahyu pun harus didukung oleh sains sehingga bila terjadi konflik antara sains dan agama---bahkan saat terjadi di kalangan internal kaum yang religius---tentu tidak akan menguntungkan agama, khususnya ketika suatu penyakit (wabah) mengancam nyawa masyarakat (manusia).

Oleh karena itu, ada sebagian yang menganalisa bahwa penyebaran virus Corona merupakan lonceng kematian bagi agama dan ucapan selamat tinggal pada Tuhan atau keyakinan tauhid (monoteisme).

Apakah faktanya memang demikian? Apakah dengan datangnya virus Covid 19 ini agama sudah tidak mempunyai tempat di hati masyarakat dunia? Ataukah justru sebaliknya, agama semakin mendapat angin dan tempat di pelbagai belahan dunia?

Mari kita perhatikan pelbagai realita dan fenomena berikut ini:

Peradaban-peradaban yang memang menjaga jarak dengan Tuhan alias tidak percaya atau meragukan keberadaan Tuhan, dengan penyebaran virus Corona, kini menghampiri Tuhan dan mencari-Nya. Ini menunjukkan keterasingan manusia di era modern.

Ketika wabah corona virus berlanjut, Kepala Rabbi Israel David Lau menyerukan kepada masyarakat untuk berpuasa setidaknya setengah hari pada hari Rabu, yang menandai malam hari pertama bulan Ibrani bulan Nisan.

Melalui cuitannya, Donald Trump mendeklarasikan 15 Maret 2020 sebagai Hari Doa Nasional di Amerika Serikat.

"Kita adalah Negara yang, sepanjang sejarah kita, telah mencari Tuhan untuk perlindungan dan kekuatan di saat-saat seperti ini," tulis Trump seperti dilansir dari cuitan Twitter-nya pada Jumat (13/3/2020)

Imam umat Katolik sedunia, berkeliling kota Roma, Italia, yang lengang pada Minggu (15/3/2020) dan berdoa di dua tempat suci agar pandemi corona Covid-19 segera berakhir.

Paus Fransiskus meningalkan Vatikan tanpa pemberitahuan publik untuk berdoa di Basilika Santa Maria Maggiore. Ia juga menuju Gereja St. Marcello dengan berjalan kaki melewati jalanan utama Kota Roma.

Pihak Vatikan menyatakan bahwa Paus berdoa agar pandemi segera berakhir, serta mendoakan para orang-orang yang sakit, keluarga mereka, dan para petugas kesehatan.

Bahkan di Italia, masyarakat mau meminum air dari "sendok suci"supaya tidak terkena Covid 19.

Surat kabar Newyork Post menurunkan headline: Heaven help Us! (Tolonglah kami alam surgawi).

Sebuah video viral memperlihatkan warga Kota Tangier, Utara Maroko, serempak menggaungkan dzikir dan doa di atap rumah-rumah mereka di tengah wabah virus corona (covid19) yang melanda negara tersebut.

J.M. Opal adalah asisten professor dan ketua Departemen Sejarah dan Studi Klasik di McGill University menyatakan bahwa sebelum peristiwa ini (pandemi Corona), saya bukan orang yang religius dan biasanya saya memandang agama dengan penghinaan, dan satu-satunya simbol agama di sekeliling saya adalah hijab (jilbab) kaum wanita di daerah kami, tetapi sakarang di zaman tersebarnya virus Corona saya merasa bahwa hanya dengan doa saya baru bisa merasa tenang.

Sementara itu, di Iskandaria Mesir, orang-orang yang berada di karantina, semua serempak membaca doa dengan khusuk.

Di Brasil, bendera negara-negara yang terjangkit virus covid 19 ditempelkan di badan patung Yesus.

patung-ys-5e8308dff1110c352945c942.jpeg
patung-ys-5e8308dff1110c352945c942.jpeg
Hastag:"Mari kita berdoa bersama" dengan pelbagai bahasa menghiasi media sosial dan menjadi viral.

Rakyat Amerika yang non-Muslim bahkan ikut melakukan shalat bersama kaum Muslimin supaya mereka mendapatkan pertolongan dari Tuhan dalam menghadapi virus Corona.

Nabi saw bersabda: Tolaklah gelombang bala dengan berdoa.

Ya Allah, jangan Engkau jadikan kami termasuk orang-orang yang lalai dan jauh dari-Mu.

Syekh Muh. Alcaff, Founder Chanel Manazila TV di Youtube

Referensi:
https://www.theglobeandmail.com
https://travel.detik.com
https://www.liputan6.com
https://www.cnnindonesia.com
https://www.aus.edu
https://nypost.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun